Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SAHRUL

KELAS : X TKR II

MAPEL : BHS. INDONESIA


JUDUL : MEMBUAT TEKS ANEKDOT TENTANG LINKUNGAN
DAN POLITIK BESERTA STRUKTURNYA

Contoh teks anekdot tentang politik


Pagi itu pada halaman utama sebuah surat kabar nasional, terdapat sebuah berita
disertai foto tentang perilaku pejabat negara yang tertidur saat sidang berlangsung.
Bukan masalah pertama, jauh sebelumnya banyak sekali kasus yang ditayangkan di
televisi tentang hal ini. Ayah yang merupakan seorang wiraswasta dengan
memiliki penghasilan secara mandiri pun menjadi geram dengan kabar tersebut.

Ayah : “Beginikah tingkah wakil rakyat tertidur pulas saat sidang berlangsung?”.

Dedo: “Meskipun tidur dalam mimpinya tetap memikirkan kesejahteraan rakyat


loh Yah”.

Ayah : “Mana mungkin mereka masih ingat rakyat? Kamu ini ngaco”.

Dedo: “Ishhhh ayah, kok gak percaya. Pejabat itu ada kalanya saat tidur dan saat
semangat dalam sidang Yah”.

Ayah: “Lho memang begitu? Lalu kapan pejabat bisa semangat dalam sidang”.

Dedo: “Nanti Yah, sidang di belakang layar yang bahasannya menarik”.

Ayah : “Jadi menurut mereka ini bahasan yang kurang menarik?”.

Dedo“ “Tentunya Yah. Nanti ketika bahasannya tentang proyek, gaji pejabat, dan
jabatan serta semua hal yang mensejahterakan dirinya sendiri pasti mereka
semangat dan tidak akan ngatuk bahkan tertidur saat sidang berlangsung”.
.
.
strukturnya di bawah ini ⬇⬇⬇

1.Abstraksi : Bagian di awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang


isi teks secara umum.

2.Orientasi : Bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang
bagaimana peristiwa terjadi.

3.Krisis : Bagian dimana terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang
terjadi pada si penulis.

4.Reaksi : Bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan
masalah yang timbul dibagian krisis tadi.

5.Koda : Bagian terakhir dari cerita unik tersebut.

Contoh Teks Anekdot Tentang Lingkungan Sekolah

pinterest.com
Pada hari itu di sekolah, Tito sedang kebelet ingin buang air besar.

Bagi Tito atau bagi siswa dan siswi lain di sekolah itu, buang air besar di sekolah adalah mimpi
buruk. Betapa tidak, sudah bertahun-tahun sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas toilet yang
manusiawi.

Untungnya pagi itu Tito masih memiliki waktu 10 menit sebelum bel masuk jam pelajaran
pertama.

Dengan demikian, Tito masih sempat untuk berlari keluar gerbang sekolah dan langsung saja
menuju warung makan depan sekolah untuk numpang buang air besar (tentu nggak gratis-gratis
amat karena sebagai rasa terimakasih, semua siswa yang numpang ke toilet setidaknya membeli
sesuatu di warung tersebut).

Maka Tito segera bergegas dengan kecepatan penuh dan terseok-seok.

Sesampainya di warung, ia langsung menyelonong ke belakang karena sudah nggak tahan.


Namun sial berlipat ganda, sesampainya di depan toilet, ia sudah melihat ada dua siswa yang
antri.

Apa boleh buat, Tito harus menunggu sambil meringis menahan sakit, 1 menit…2menit…3
menit…Tito sudah tidak tahan dan akhirnya ia menyerah dan langsung berlari kembali ke
sekolah. Pikirnya waktu itu, nggak apa-apa lah di toilet sekolah daripada keburu rembes
celananya.

Dan yang terjadi terjadilah, di toilet sekolah yang hanya berjumlah 6 bilik (3 cewek dan 3
cowok) untuk 750 murid tentunya adalah neraka.

Terlebih, di toilet itu tidak ada air (kadang ada dan kadang tidak tergantung belas kasihan
PDAM). Tito mengecek satu per satu toilet cewek dan cowok; ia tak peduli gender, yang penting
ia menemukan toilet yang paling mendingan.

Yup, tak satupun yang lebih baik dari yang lain; semua berbau pesing sekaligus telah ada
beberapa gundukan yang telah mengering. Tak ada waktu lagi untuk jijik dan memikirkan
bagaimana cara paling higienis untuk buang air besar di toilet sekolah itu.
Kebayang kan bagaimana endingnya? Tito tidak punya sesuatupun yang layak untuk
membersihkan bagian tubuhnya yang terlewati kotoran.

Dengan sangat terpaksa ia kenakan celananya tanpa bebersih terlebih dahulu. Tentu bau. Tentu
malu dengan teman lainnya, atau malah gebetannya. Inilah yang akhirnya dilakukan Tito,
sebagaimana teman-teman lainnya; pergi ke ruang guru dan izin pulang dengan beribu-ribu
alasan.

Tito : Selamat pagi pak.

Guru Piket : Yak, selamat pagi.

Tito : Saya mau izin pulang pak!

Guru Piket : Nah, itu dia yang setiap hari bapak dengar dari semua siswa yang kesini. Baiklah,
apa alasanmu?

Tito : Ada keperluan mendadak pak.

Guru Piket : Keperluan apa?

Tito : (bingung mencari alasan) Penting pak

Guru Piket : Ya penting itu apa? Kalau urusan keluarga, sebelum bapak kasih izin, kamu harus
kasih nomor keluarga yang bisa dihubungi untuk memastikan kebenarannya.

Tito : Saya harus pulang pak pokoknya, saya malu cerita ke bapak.

Guru Piket : Bapak lebih senang dengan siswa yang jujur dari pada siswa yang berbohong.
Bapak sudah setiap hari dibohongi dan sebenarnya selalu tahu kalau dibohongi tetapi tidak bisa
melakukan hal lebih selain meluluskan permintaan bohong yang selalu sampai pada bapak. Jadi
jika kamu bicara jujur, tentu bapak akan jauh lebih senang.

Tito : Tadi saya kebelet pak

Guru Piket : Terus

Tito : Saya buang air di toilet siswa


Guru Piket : Hahahaha!!! Eh…ehmm…maaf…kamu pasti murid kelas satu ya.

Tito : Betul pak. Apanya yang lucu pak

Guru Piket : Tidak ada, teruskan (sambil menahan tawa)

Tito : Lalu saya buang air di toilet dan tidak ada sesuatupun untuk membersihakan kotoran
BAB sehingga sebagian masih menempel di balik celana ini pak. Masak bapak nggak mencium
baunya sih?

Guru Piket : Sudah kuduga. Makanya bapak jaga nafas dari tadi kamu belum bilang apa-apa.
Baik, bapak kasih kamu izin, sekarang tanda tangan di sini…

Tito : Kenapa kok toilet tidak pernah diperbaiki pak?

Guru Piket : Hanya tuhan yang tahu nak, toilet guru juga sama nasibnya. Ingat, sekolah ini
berada di dataran tinggi yang minim air sehingga lebih baik air itu dipergunakan untuk minum
daripada untuk menyiram kotoran. Lain kali kalau ke sekolah bawa botol air dari rumah, tissue
basah atau kalau tidak saran bapak kamu BAB saja di kebun belakang sekolah.

#####
Analisis Struktur Contoh Teks Anekdot Tentang Lingkungan
Sekolah.
Contoh anekdot diatas merupakan salah satu jenis teks anekdot yang berbentuk tulisan atau cerita
ringkas. Nah, cerita yang tertulis tersebut juga bisa dipahami secara lebih spesifik lagi
bentuknya, yakni narasi dan dialog.

Narasi dicirikan melalui bentuknya (paragraph) yang lebih bercerita mengenai situasi atau latar
belakang tokoh dalam cerita. Sementara dialog dicirikan dalam bentuk
ujaran/perkataan/percakapan tokoh-tokoh dalam cerita. Dua bentuk ini merupakan bentuk yang
efektif digunakan dalam anekdot untuk menyampaikan wacana yang tertuang di dalamnya.

Sebagai teks anekdot jenis tulisan, maka contoh tersebut tentu saja memiliki struktur. Struktur
yang paling umum dari berbagai jenis tulisan adalah pembuka-isi-penutup dan struktur dasar ini
sekaligus juga bisa ditemukan dalam contoh anekdot tersebut.
Namun demikian, dari struktur dasar ini, kita juga bisa memecah-mecah struktur tersebut
menjadi beberapa unsur lagi yang lebih spesifik seperti misalnya abstraksi-orientasi-konflik-
koda.

Ada juga yang menggunakan struktur semacam ini; abstraksi-orientasi-reorientasi-aksi-reaksi-


koda.

Atau, unsur-unsur dalam struktur tersebut bisa dibolak-balik posisinya kecuali bagian abstraksi
atau pembuka cerita, misalnya; abstraksi-konflik-orientasi-konflik-reorientasi-koda.

Tetapi, apakah contoh tersebut merupakan teks anekdot? Kenapa bukan cerita humor? Teks
tersebut merupakan teks anekdot yang dibuat dengan nuansa lucu dengan tujuan mengkritik
lingkungan sekolah yang kurang kondusif untuk belajar mengajar.

Masih banyak sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas toilet yang layak, terutama adalah
sekolah-sekolah pelosok yang jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Bila kita analisis strukturnya, maka kita bisa memulainya dari abstraksi, yakni paragraph pertama
dalam contoh tersebut.

Abstraksi ini berisi gambaran singkat yang menjadi pengantar atau pintu masuk ke bagian teks
selanjutnya, yakni orientasi.

Dalam abstraksi tersebut, digambarkan situasi awal cerita melalui penanda waktu; pagi hari,
penanda ruang; di lingkungan sekolah, situasi tokoh; kebelet BAB, situasi sekolah; fasilitas toilet
tidak layak pakai.

Penanda-penanda tersebut sudah cukup untuk memberikan gambaran singkat atau pengantar
singkat untuk pembaca membayangkan situasi awal dari cerita tersebut.

Orientasi atau pengenalan cerita awal dari teks tersebut terletak pada paragraph ketiga dimana
bagian ini mengenalkan situasi tokoh serta setting ruang secara lebih mendalam (lebih komplit
dari sekedar yang ada dalam abstraksi).

Orientasi ini dilanjutkan oleh reorientasi, yakni pengenalan lanjutan yang memberikan gambaran
lebih mendetail lagi atau bisa dijadikan petunjuk awal bahwa cerita sudah mulai berjalan.
"Tito segera bergegas dengan kecepatan penuh… " Dalam teks tersebut, reorientasi cerita bisa
dibilang lumayan panjang, yakni mulai dari paragraph kelima hingga ke-dua belas. Akhir dari
reorientasi ini tentu saja adalah awal mula dialog (konflik).

Pada bagian dialog tersebut kenapa disebut sebagai konflik? Sederhananya dialog tersebut berisi
aksi-reaksi antar tokoh dan melalui inilah biasanya kelucuan dimunculkan dan tak jarang
sindiran-sindiran khas anekdot muncul pada dialog semacam ini di berbagai jenis teks anekdot
yang berupa tulisan.

Lalu dimana ya koda-nya? Koda umumnya berada pada bagian paling akhir, dan biasanya berisi
gong dari sebuah cerita.

Apa gong nya? Pak Guru berkata kalau disekolah yang terletak di dataran tinggi dan sulit air,
kondisinya memang demikian; bahkan wc gurupun tidak ada airnya sehingga hal ini sangat
mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai