Anda di halaman 1dari 3

3.

Reseptor β1 adrenergik
Reseptor β1 merupakan reseptor adrenergik utama di jantung dan transduksi
signalnya melalui ikatan dengan protein Gs yang mengaktifkan jalur adenilat siklase.
Di jantung, aktivitas reseptor β1 menyebabkan peningkatan kadar cAMP,
menstimulasi PKA untuk memfosforilasi berbagai protein regulator Ca dan beberapa
protein miofilamen (seperti troponin), menyebabkan efek peningkatan kontraksi
otot jantung dan frekuensi denyut jantung (efek kronotropik dan ionotropik positif).
Agonis selektif reseptor β1 seperti norepinefrin dan dobutamin digunakan untuk
memacu kerja jantung pada kondisi syok atau penurunan tekanan darah secara
drastis, misalnya pada pasien syok anafilaksis. Sementara itu, antagonis selektifnya
seperti atenolol, alprenolol, metoprolol, dan asebutolol banyak dipakai sebagai
obat antihipertensi. Propanolol, antihipertensi yang cukup banyak dipakai, bersifat
tidak selektif, ia bisa mengikat reseptor β1 maupun β2.

4. Reseptor β2 adrenergik
Reseptor ini terutama dijumpai di sepanjang saluran pernapasan, otot polos
bronkus, dan di liver. Sama seperti reseptor β1, transduksi signal reseptor ini melalui
ikatannya dengan protein Gs yang memicu aktivitas adenilat siklase. Aktivasi
reseptor ini pada otot polos bronkus meningkatkan level cAMP, yang mengaktifkan
PKA dan menghambat myosin light chain kinase, yang pada gilirannya menghambat
interaksi aktin-myosin sehingga menyebabkan efek bronkodilatasi. Meskipun
pengaturan saluran pernapasan tidak semata-mata oleh persarafan adrenergik,
regulasi adrenergik ini memiliki kontribusi yang besar sehingga menjadi target aksi
obat. Pada kondisi patologis dimana saluran napas mengalami kontraksi seperti pada
penyakit asma dan PPOK, agonis reseptor β2 menjadi salah satu lini pertama
pengobatan, contohnya adalah salbutamol dan terbutalin (aksi pendek),
salmeterol dan formeterol (yang memiliki aksi panjang). Adrenalin sendiri
sebagai agonis tidak selektif juga kerap digunakan pada keadaan darurat yang
memerlukan efek bronkodilatasi yang cepat dan kuat.
Di liver, aktivasi reseptor β2 menstimulasi peristiwa glikogenolisis (peruraian
glikogen menjadi glukosa). Peningkatan cAMP akibat aktivasi protein Gs akan
memicu PKA untuk memfosforilasi protein yang terlibat dalam glikogenolisis, seperti
glikogen fosforilase dan glikogen fosforilase.

5. Reseptor β3 adrenergik
Reseptor β3 adrenergik merupakan reseptor adrenergik yang terutama banyak
dijumpai pada jaringan adiposa/lemak. Hipotesis adanya reseptor β3 ini berawal dari
adanya fakta bahwa pada jaringan adipose, dijumpai efek-efek lipolisis dan konsumsi
oksigen yang tidak terperantarai oleh reseptor β adrenergik yang sudah diketahui (β1
dan β2) sampai pada akhirnya grup Emorine dkk. pada tahun 1989 berhasil
mengklon reseptor β3. Aktivasi reseptor β3 pada sel adiposit dilaporkan dapat
meningkatkan ekspresi protein “uncoupling protein (UCP)” yang berperan penting
dalam proses lipolisis pada sel adiposet. Adanya polimorfisme pada reseptor β 3,
tepatnya pada allele W64R, dilaporkan terkait dengan kejadian obesitas, terutama
oada pria. Karena itu, reseptor ini sekarang dikembangkan sebagai salah satu target
pengobatan obesitas.
Selain di jaringan adipose, diketahui bahwa reseptor β3 adrenergik juga
dijumpai pada berbagai jaringan, seperti usus halus, usus besar, lambung, otak,
kandung kemih, uretra dan pada otot atrial dan ventrikel jantung. Pada dekade
terakhir, karakterisasi reseptor β3 menghasilkan efekk yang berlawanan dengan efek
yang dihasilkan oleh aktivasi reseptor β1 dan β2 yakni efek inotropik negatif. Hal ini
membawa pada pemikiran bahwa efek inotropik negatif yang disebabkan oleh
stimulasi reseptor β3 ini adalah berperan sebagai “katup penyelamat” ketika ada
stimulasi adrenergik yang berlebihan.
Pada pembuluh darah, semua tipe reseptor β menyebabkan vasodilatasi.
Karena reseptor β3 teraktivasi pada konsentrasi katekolamin yang lebih tinggi
daripada reseptor β1 dan β2, ia dapat berperan sebagai cadangan reseptor. Reseptor
β3 ternyata terekspresi berlebihan pada kondisi gagal jantung dan hipertensi
sehingga dapat menjadi targer terapi baru untuk gangguan kardiovaskuler.
Tranduksi signal reseptor β3 sama dengan reseptor beta lainnya, yaitu melalui
ikatan dengan Gs yang mengaktifkan adenilat siklase dan menghasilkan cAMP. Pada
otot atrial, aktivasi reseptor β3 memicu fosforilasi kanal Ca dan meningkatkan kadar
Ca intraseluler sehingga memicu kontraksi, sedangkan pada sel adipose, reseptor ini
memperantarai peristiwa lipolisis dan termogenesis.
Meskipun demikian, aktivasi reseptor β3 pada otot ventrikular menngunakan
jalur transduksi signal yang berbeda, yaitu melalui ikatan dengan protein G jenis Gi
yang menyebabkan turunya kadar cAMP sehingga menyebabkan relaksasi otot.
Selain itu, aktivasi reseptor β3 juga akan menghasilkan oksida nitrat (NO) melalui
aktivasi NO synthase (NOS) pada sel endoteliel maupun pada sel otot ventrikular. NO
menghasilkan cGMP yang pada gilirannya memberikan efek menurunkan kekuatan
kontraksi.
Keberadaan reseptor β3 pada saluran uretra cukup menarik juga, yakni bahwa
aktivasi reseptor ini mengatur relaksasi kandung kemih dan uretra. Jika pada
reseptor muskarinik M3 telah dikembangkan agonis selektif untuk mengatasi
gangguan over-active bladder, yaitu mirabegron dengan nama paten Myrbetri yang
1 penggunaanya oleh FDA pada bulan Juni 2012.
Banyak obat bekerja pada reseptor adrenergik, baik sebagai agonis maupun
antagonis, selektif amupun nonselektif. Pada tabel 13 ditampilkan obat-obat yang
bekerja pda reseptor-reseptor tersebut beserta farmakologinya.

Tabel 13. Obat-obat yang Bekerja pada Reseptor Adrenergik Beserta Aksi
Farmakologinya

Agonis Aksi Farmakologi Antagonis Aksi Farmakologi


α1 Efedrin, Vasokontriksi perifer, Prazosin Mengurangi
pseudoefedrin, sebagai dekongestan vasokontriksi,
fenilefrin nasal sebagai
antihipertensi
α2 Klonidi Menghambat pelepasan Yohimbin Vasodilatasi perifer,
norepinefrin, untuk mengatasi
antihipertensi sentral ganggan ereksi
pada pria
β1 Norepinefrin, Vasokontriksi, untuk Propanolol, Vasodilatasi,
xamoterol, mengatasi syok atenolol, sebagai
denopamin alprenolol, antihipertensi
labetolol
β2 Salbutamol, Bronkorelaksasi, --- ---
salmeterol, menghambat pelepasan
formoterol, histamin dari sel mast
terbutalin
β3 Oktopamin Lipolisis sel adiposit, --- ---
untuk mengontrol berat
badan
Mirabegron Merelaksasi otot
detrusor pada kandung
kemih

Anda mungkin juga menyukai