Anda di halaman 1dari 13

Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun
adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian
kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi
. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali
lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara
industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut
10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.

Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler.
Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika
dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%
sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler
50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

Klasifikasi

 Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)


2. Demensia prasenilis (<65th)

 Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

 Menurut kerusakan struktur otak


Tipe Alzheimer

1. Tipe non-Alzheimer
2. Demensia vaskular
3. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
4. Demensia Lobus frontal-temporal
5. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
6. Morbus Parkinson
7. Morbus Huntington
8. Morbus Pick
9. Morbus Jakob-Creutzfeldt
10. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
11. Prion disease
12. Palsi Supranuklear progresif
13. Multiple sklerosis
14. Neurosifilis
15. Tipe campuran

 Menurut sifat klinis:

1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia

Etiologi Demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan


timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan
membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala Klinis

Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan
Vaskuler.

1. Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat


gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,
dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif.
Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30
tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan
penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan
mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun
yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala
neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri
barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau),
depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

 Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori,
berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah
memori baru atau lupa hal baru yang dialami

 Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara
lain,

 Disorientasi
 gangguan bahasa (afasia)
 penderita mudah bingung
 penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan
kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
 Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di
lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala
klinisnya antara lain:

 Penderita menjadi vegetatif


 tidak bergerak dan membisu
 daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya
sendiri
 tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
 kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
 kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

2. Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah
di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan
sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler.
Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal
ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi
tetap stabil pada demensia vaskuler.

Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:

1. Kelainan sebagai penyebab Demensia :

 penyakit degenaratif
 penyakit serebrovaskuler
 keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
 trauma otak
 infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
 Hidrosefaulus normotensif
 Tumor primer atau metastasis
 Autoimun, vaskulitif
 Multiple sclerosis
 Toksik
 kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

2. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi

1. Gangguan psiatrik :

 Depresi
 Anxietas
 Psikosis

2. Obat-obatan :

 Psikofarmaka
 Antiaritmia
 Antihipertensi

3. Antikonvulsan

 Digitalis
4. Gangguan nutrisi :

 Defisiensi B6 (Pelagra)
 Defisiensi B12
 Defisiensi asam folat
 Marchiava-bignami disease

5. Gangguan metabolisme :

 Hiper/hipotiroidi
 Hiperkalsemia
 Hiper/hiponatremia
 Hiopoglikemia
 Hiperlipidemia
 Hipercapnia
 Gagal ginjal
 Sindromk Cushing
 Addison’s disesse
 Hippotituitaria
 Efek remote penyakit kanker

Tanda dan Gejala Demensia

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun
keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan
dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit
mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu
adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh
orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa
bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum
mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami
oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah
sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang
mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik,
pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik
perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman
perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat
dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka.
Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia
penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi
tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi,
apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

 Pembedaan antara delirium dan demensia


 Bagian otak yang terkena
 Penyebab yang potensial reversibel
 Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
 Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
 Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
 Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
 Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

Peran Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan
hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan
sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses
perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara
teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan
dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga
Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota
keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin
melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas
sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat
mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap
hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah
mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa
yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat
anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita
demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha
dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri
sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan
stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan
demensia.

Tingkah Laku Lansia


Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan
panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk
ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan
aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan
orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat,
genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan
minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak
memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun
orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja.
Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin
mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau
menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang
sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama
disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam
sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh
Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari
Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan
demensia di rumahnya.

Pencegahan & Perawatan Demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak,
seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
o Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
o Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA


Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan
sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami
demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.
Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata
ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.

Pengkajian

Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan


daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia
lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar
500.000 penderita demensia di indonesia.

Tanda dan Gejala

1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari


2. Pelupa
3. Sering mengulang kata-kata
4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5. Cepat marah dan sulit di atur.
6. Kehilangan daya ingat
7. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8. kurang konsentrasi
9. kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Mudah terangsang
12. Tremor
13. Kurang koordinasi gerakan.

Cara melakukan pengkajian

1. Membina hubunga saling percaya dengan klien lansia

Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara


harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.
Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:

1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore /
malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
2. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan
bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas
tersebut.
6. Bersikap empati dengan cara:
o Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
o Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
o Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
o Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.

1. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari
penggunaan kata atau kalimat jargon)
2. Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu
respon pasien
3. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-
kata yang sama.
4. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume
ditingkatkan, nada harus direndahkan.
5. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik
6. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan
terbuka
7. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:
• Tidak berisik atau ribut
• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.

Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan
demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan
wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan
terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku
pasien untuk tanda-tanda seperti:

 Kurang konsentrasi
 Kurang kebersihan diri
 Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
 Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
 Tremor
 Kurang kordinasi gerak
 Aktiftas terbatas
 Sering mengulang kata-kata.

Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak
sesuai.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan
diagnosa keperawatan:

1. Gangguan Proses Pikir


2. Risiko Cedera: jatuh

Tindakan Keperawatan

Diagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”

 Tindakan keperawatan untuk pasien:


Tujuan agar pasien mampu:
a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat
b. Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
Tindakan
1. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya
tempat tidur, lemari, pakaian dll.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan
jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota
keluarga terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
5. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.
6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat
dilakukannya.
8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
9. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
 Tindakan untuk keluarga
Tujuan

 Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat


 Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas
 Membantu pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.

Tindakan

1. Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat


pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
4. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.
5. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan
terhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh pasien
6. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat.
8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih
dimiliki pasien
9. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki
10. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat.

Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”

 Tindakan pada pasien.

Tujuan

1. Pasien terhindar dari cedera


2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.

Tindakan

1. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang
sederhana
2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak
minta tolong
3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah
cedera.

Tindakan untuk keluarga

Tujuan: Keluarga mampu:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien


2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera

Tindakan

1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada


pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah
tidak licin, jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan
yang cukup, lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika
pasien merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkan
alat-alat listrik lainnya dari jangkauan klien, sediakan tempat tidur yang rendah
3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau
aktivitas harian yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai