Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga
menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan
mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami
kerusakan.
Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang
berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demesia
yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.
Demensia Progesif
Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak
tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan
secara tuntas. Beberapa jenis demensia progresif meliputi:
Kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala menyerupai demensia yang sifatnya
sementara dan dapat pulih dengan pengobatan, yaitu:
Kelainan metabolisme atau endrokrin.Kondisi seperti kelainan kelenjar tiroid,
hipoglikemia, kekurangan atau kelebihan kadar sodium atau kalsium, hingga
ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 dapat memicu gejala menyerupai
demensia atau perubahan perilaku.
Kelainan sistem daya tahan tubuh.Kondisi ini dapat mengakibatkan demam atau efek
samping lainnya yang dapat menurunkan kemampuan sistem daya tahan tubuh
melawan infeksi. Kondisi seperti multiple sclerosis juga dapat memicu demensia.
Reaksi medis. Beberapa interaksi antar obat atau vitamin dapat memicu demensia.
Kekurangan nutrisi. Kondisi seperti dehidrasi, kekurangan vitamin (khususnya B1, B6,
dan B12) atau ketergantungan alkohol, dapat menimbulkan gejala menyerupai
demensia.
Keracunan. Dipicu oleh paparan timah, logam berat, pestisida, obat-obatan dan alkohol.
Subdural hematoma. Penumpukan darah di ruang antara lapisan durameter dan
lapisan araknoid pada rongga tengkorak, disebabkan oleh cedera atau trauma kepala.
Anoksia (hipoksia). Kondisi ini terjadi saat jaringan dalam tubuh tidak mendapatkan
asupan oksigen yang cukup, seperti pada penderita asma, serangan jantung, keracunan
gas karbon monoksida dan lainnya.
Normal-pressure hydrocephalus.Disebabkan oleh pelebaran ventrikel dalam otak,
mengakibatkan penderita kesulitan berjalan, membuang kemih hingga hilang ingatan.
Tumor otak. Jarang terjadi, namun dapat menjadi salah satu pemicu demensia terjadi.
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko demensia yang di luar kendali dan tidak bisa diubah meliputi
pertambahan usia, riwayat kesehatan keluarga, serta masalah kesehatan seperti
gangguan kognitif ringan dan sindrom Down. Sedangkan faktor-faktor risiko demensia
yang dapat dikendalikan atau dihindari meliputi kebiasaan merokok dan mengonsumsi
alkohol, depresi, sleep apnea, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan
aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).
Gejala Demensia
Hilang ingatan.
Kesulitan berkomunikasi.
Kesulitan berbahasa dan betutur kata.
Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu.
Konsentrasi menurun.
Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan.
Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh.
Merasa bingung.
Depresi.
Gelisah.
Perubahan perilaku dan emosi.
Merasa ketakutan (paranoid).
Agitasi.
Halusinasi.
Dalam kondisi parah, penderita dapat mengalami gejala lanjutan seperti kelumpuhan di
salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan kemih, penurunan nafsu makan, hingga
kesulitan menelan.
Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan apabila seseorang mengalami salah satu
atau beberapa gejala demensia, guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Diagnosis Demensia
Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosa dikarenakan banyaknya gejala yang dapat
mengindikasikan penyakit sejenis. Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan
pasien serta keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes lanjutan,
yang meliputi:
Pada kasus demensia progresif yang terdiagnosis, dokter akan mengacu pada teori 5
tahap perkembangan kondisi untuk menentukan tingkat keparahan demensia. Kelima
tahap tersebut meliputi:
Tahap 1: Kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal.
Tahap 2: Penderita mulai mengalami penurunan kemampuan fungsi otak, tetapi masih
mampu hidup secara mandiri.
Tahap 3: Penderita mulai sedikit kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, namun masih
dalam intensitas ringan.
Tahap 4: Penderita mulai memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas
sehari-harinya.
Tahap 5: Kemampuan fungsi otak penderita menurun drastis dan tidak mampu hidup
secara mandiri.
Pengobatan Demensia
Tidak semua kasus demensia dapat dipulihkan. Pengobatan demensia dapat dilakukan
untuk meredakan gejala yang dialami dan menghindari komplikasi. Pengobatan
demensia meliputi pemberian obat-obatan, terapi, hingga operasi.
Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala demensia adalah:
Terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas, guna menstimulasi daya ingat,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berbahasa, meredakan disorientasi
pikiran, hingga meningkatkan kepercayaan diri penderita.
Terapi perilaku, guna menekan perilaku tidak terkontrol yang terjadi karena depresi
atau halusinasi.
Terapi okupasi, untuk mengajarkan penderita cara melakukan aktivitas sehari-hari
dengan aman dan disesuaikan dengan kondisinya, sambil juga mengajarkan cara
mengontrol emosi serta mempersiapkan diri untuk perkembangan gejala lebih lanjut
pada demensia progresif.
Terapi validasi, dengan cara memperlihatkan empati dan memahami kondisi penderita
agar tidak mengalami depresi. Walau dapat membantu meredakan kebingungan dan
kegelisahan penderita, terapi validasi belum memiliki bukti cukup dalam segi
efektivitasnya.
Selain terapi-terapi di atas, terdapat juga beberapa terapi pendukung yang dapat
dilakukan di rumah, seperti terapi musik, aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan
peliharaan, hingga melakukan aktivitas seni.
Saat proses terapi, sangat disarankan untuk memodifikasi perabotan rumah agar
memudahkan penderita bergerak dan menyingkirkan benda tajam agar tidak
membahayakan penderita.
Operasi
Pada kasus demensia yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak,
atau hidrosefalus, tindakan operasi dapat disarankan. Jika belum terjadi kerusakan
permanen pada otak, tindakan operasi dapat membantu memulihkan gejala.
Kondisi pemicu demensia seperti hipertensi, diabetes dan gangguan kolestrol perlu
diobati agar tidak menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah lebih lanjut.
Perubahan gaya hidup seperti mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok juga
dapat membantu.
Komplikasi Demensia
Pencegahan Demensia
Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menekan risikonya, seperti:
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah
lemak dan tinggi serat.
Kurangi asupan alkohol.
Menjaga berat badan.
Meningkatkan asupan vitamin D.
Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.