1411312020
ANALISA JURNAL DIARE I
1. Identitas Jurnal
Tahun 2015
2. Tujuan
3. Manfaat
a. Memberikan pengetahuan dan gambaran baru mengenai penggunaan
antiobiotik pada diare
b. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait penggunaan
antibiotik pada diare
c. Memudahkan perawat dan dokter dalam menjalankan perannya dalam
proses pemberian antibiotik
d. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
memberikan pendidikan dan melakukan penelitian untuk mengetahui efek
samping dan semua hal terkait penggunaan antibiotic dalam
penatalaksanaan diare.
4. Metode
Metodologi penelitian yang digunakan tidak di cantumkan dalam jurnal.
5. Hasil
Prevalensi antibiotik terkait diare (AAD)
Dalam 98 dari 743 yang termasuk pengguna AB, tanda-tanda dan gejala
diare tercatat (13,2%). Diare berkembang setelah memulai pengobatan AB
pada 71 dari mereka, memberikan periode prevalensi AAD sebesar 9,6%
(95% CI = 7,5-11,9%). Prevalensi AAD yang diamati bervariasi antara 4,2%
di bangsal neurologi hingga 18,8% di bangsal nefrologi. Khususnya di
bangsal neurologi, gastroenterologi dan geriatrik, perbedaan besar diamati
antara prevalensi diare dari semua penyebab dan AAD. Prevalensi AAD
bervariasi juga antara kategori usia yang berbeda mulai dari 5,9% pada pasien
yang lebih muda dari 65 hingga 12,8% pada pasien di atas 85.
6. Pembahasan
B. Kekurangan Jurnal
1. Tidak ada saran untuk pendidikan keperawatan dan penelitian; dan
ringkasan terhadap perkembangan yang diharapkan di masa depan
dalam penggunaan antibiotic untuk penderita diare.
2. Metodologi penelitian yang digunakan tidak di cantumkan dalam
jurnal.
ANALISA JURNAL DIARE II
1. Identitas Jurnal
2. Tujuan
3. Manfaat
a. Memberikan pengetahuan dan gambaran baru mengenai hubungan
pengetahuan tentang diare dengan sikap ibu balita dalam penanganan diare
b. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait bagaimana
hubungan pengetahuan tentang diare dengan sikap ibu balita dalam
penanganan diare.
c. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
memberikan pendidikan dan melakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan pengetahuan tentang diare dengan sikap ibu balita dalam
penanganan diare
4. Metode
6. Pembahasan
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 30 ibu balita sebagian besar yaitu
21 responden (70%) mempunyai pengetahuan baik, artinya dari 30 ibu balita
di posyandu Desa Kalibatur terbanyak mempunyai pengetahuan baik tentang
diare. Hal ini dekarenakan keseluruhan responden (100%) pernah
mendapatkan informasi sebelumnya mengenai diare dengan sumber informasi
responden tentang diare sebesar 63% berasal dari tenaga kesehatan.
Pengetahuan orang tua (ibu) tentang diare dapat didukung oleh beberapa
faktor seperti yang disebutkan oleh Notoadmodjo (2007) bahwa pengetahuan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan, informasi dan
usia. Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita
dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber
informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio,
televisi, majalah, koran, dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan
rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare
pada balita secara benar dan tepat maka akan menambah pengetahuannya.
Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar berpengetahuan baik, dengan
mayoritas responden berpendidikan SMA.
B. Kekurangan Jurnal
1. Peneliti kurang menjelaskan bagaimana instrument yang digunakan
dalam penelitian
2. Peneliti tidak mencantumkan cara pengambilan sampel yang akan
digunakan sebagai responden.
ANALISA JURNAL DIARE III
1. Identitas Jurnal
2. Tujuan
3. Manfaat
a. Memberikan pengetahuan dan gambaran baru mengenai hubungan
pengetahuan tentang diare manajemen anak terbaik pada pasien dengan
penyakit diare akut.
b. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait manajemen anak
terbaik pada pasien dengan penyakit diare akut.
c. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
mendapat gambaran rekomendasi saat ini tentang manajemen anak terbaik
pada pasien dengan penyakit diare akut.
4. Metode
5. Hasil
D. Kekurangan Jurnal
1. Peneliti kurang menjelaskan pembahasan bagaimana cara penelitian
dilakukan.
2. Peneliti tidak mencantumkan cara pengambilan sampel yang akan
digunakan sebagai responden.
3. Peneliti tidak mencantumkan jumlah sampel, populasi dan saran terkait
penelitian
ANALISA JURNAL DIARE IV
1. Identitas Jurnal
2. Tujuan
3. Manfaat
d. Memberikan pengetahuan dan gambaran baru mengenai hubungan
pengetahuan tentang diare manajemen anak terbaik pada pasien dengan
penyakit diare akut.
e. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait manajemen anak
terbaik pada pasien dengan penyakit diare akut.
f. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
mendapat gambaran rekomendasi saat ini tentang manajemen anak terbaik
pada pasien dengan penyakit diare akut.
4. Metode
5. Hasil
Usia responden terbanyak adalah pada kelompok 0-1 tahun (87%).
Status sosial ekonomi terbanyak adalah pada kelompok yang memiliki
pendapatan keluarga setiap bulannya Rp. 1.100.000 – 2.000.000.
Kebiasaan mencuci tangan orang tua, hasilnya adalah lebih dari setengah
orangtua atau pengasuh tidak pernah atau kadang kadang saja mencuci
tangan setiap kali akan memberi makan anaknya.
6. Pembahasan
1. Pengaruh terapi pijat terhadap penurunan frekuensi bab dan
tingkat dehidrasi pada kelompok intervensi.
Dari penelitian didapatkan rata-rata frekuensi buang air besar
sebelum dipijat adalah 8,33 kali/24 jam dengan standar deviasi 0,816,
sedangkan setelah diberi terapi pijat didapatkan hasil rata-rata
frekuensi buang air besar adalah 1,67 kali/24 jam dengan standar
deviasi 0,816. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa ada pengaruh
terapi pijat pada kelompok intervensi dalam penurunan frekuensi
buang air besar (p = 0,000 ; α = 0,05).
Setelah diberi terapi pijat, maka rata-rata tingkat dehidrasi lebih
tinggi dibanding sebelum diberi terapi pijat (0,87) dengan standar
deviasi 0,352. Hal ini berarti bahwa terjadi penurunan tingkat
dehidrasi, dari dehidrasi ringan sedang menjadi tanpa dehidrasi. Nilai
rata-rata setelah diberi terapi pijat terlihat lebih besar karena hasil ukur
untuk kategori tanpa dehidrasi lebih besar daripada kategori dehidrasi
ringan sedang. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan pada penurunan tingkat dehidrasi antara sebelum
dipijat dengan setelah dipijat (p = 0,019 ; α = 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden yang diberi
terapi pijat setiap 2 kali sehari selama 3 hari, terdapat pengaruh yang
signifikan dalam penurunan frekuensi BAB (p = 0,000) dan tingkat
dehidrasi (p = 0,019).
Penelitian terdahulu membuktikan bahwa pijat bayi menurunkan
jumlah hari dengan gejala penyakit pada anak-anak di panti asuhan di
daerah Equador. Gejala penyakit tersebut termasuk diare. Walaupun
berada di dalam lingkungan yang sama dengan kelompok kontrol,
kelompok terapi pijat memiliki rata-rata lebih banyak hari tanpa gejala
dari suatu penyakit.
Bayi-bayi yang mendapat pijatan selama 15 menit setiap hari
jarang mengalami diare dan dehidrasi. Karena setiap tahunnya, sekitar
2 juta anak berusia di bawah 5 tahun di seluruh dunia meninggal
karena diare dan dehidrasinya (Jump, Fargo, & Akers, 2006). Dengan
berkurangnya kejadian diare, maka dapat mengurangi juga kejadian
dehidrasi dan peningkatan frekuensi buang air besar yang
membahayakan bagi anak.
Pijat merupakan manipulasi pada jaringan lunak untuk tujuan
terapi (Barr & Taslitz, 1970 dalam Snyder, 2003). Menurut Auckett
(2004) pijat adalah proses mengusap-usap otot dan menyentuh bayi
sesuai petunjuk khusus yang disusun untuk bayi. Pijatan dapat
menstimulasi sirkulasi darah lokal. Pembuluh darah pada bagian tubuh
yang dipijat akan mengalami dilatasi dan aliran darah pada daerah ini
akan meningkat. Terapis dapat menilai peningkatan aliran darah
dengan membandingkan suhu dari daerah pemijatan sebelum dan
sesudah dipijat menggunakan tangan (Field, 1998 dalam Field 2001).
Berdasarkan teori tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan
menstimulasi sirkulasi darah, maka dapat melancarkan juga peredaran
darah ke organ pencernaan. Mekanisme diare diakibatkan karena
masuknya pathogen yang menyebabkan rusaknya mukosa usus dan
mengganggu proses absorpsi. Dengan peredaran yang lancar, dapat
mengatasi infeksi yang terjadi di dalam organ pencernaan dan
memperbaiki kemampuan absorpsi usus. Meningkatnya frekuensi
buang air besar salah satunya disebabkan karena kemampuan absorpsi
usus terganggu, maka apabila kemampuan absorpsi usus membaik,
frekuensi buang air besar pun akan kembali normal.
1. Identitas Jurnal
2. Tujuan
Tujuan jurnal ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pemberian madu
pada diare akut.
3. Manfaat
a. Memberikan pengetahuan dan gambaran untuk mengetahui Pengaruh
pemberian madu pada diare akut
b. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait manajemen diare
dengan pemberian madu pada diare akut
c. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
mendapat gambaran Pengaruh pemberian madu pada diare akut.
4. Metode
5. Hasil
6. Pembahasan
B. Kekurangan Jurnal
1. Peneliti kurang menjelaskan berapa banyak takaran madu yang akan
diberikan pada si penderita diare akut ini.
2. Peneliti tidak mencantumkan cara pengambilan sampel yang akan
digunakan sebagai responden.
ANALISA JURNAL DIARE VI
8. Identitas Jurnal
Tahun 2015
9. Tujuan
10. Manfaat
e. Memberikan pengetahuan dan gambaran baru mengenai penggunaan
antiobiotik pada diare
f. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait penggunaan
antibiotik pada diare
g. Memudahkan perawat dan dokter dalam menjalankan perannya dalam
proses pemberian antibiotik
h. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
memberikan pendidikan dan melakukan penelitian untuk mengetahui efek
samping dan semua hal terkait penggunaan antibiotic dalam
penatalaksanaan diare.
11. Metode
Metodologi penelitian yang digunakan tidak di cantumkan dalam jurnal.
12. Hasil
Prevalensi antibiotik terkait diare (AAD)
Dalam 98 dari 743 yang termasuk pengguna AB, tanda-tanda dan gejala
diare tercatat (13,2%). Diare berkembang setelah memulai pengobatan AB
pada 71 dari mereka, memberikan periode prevalensi AAD sebesar 9,6%
(95% CI = 7,5-11,9%). Prevalensi AAD yang diamati bervariasi antara 4,2%
di bangsal neurologi hingga 18,8% di bangsal nefrologi. Khususnya di
bangsal neurologi, gastroenterologi dan geriatrik, perbedaan besar diamati
antara prevalensi diare dari semua penyebab dan AAD. Prevalensi AAD
bervariasi juga antara kategori usia yang berbeda mulai dari 5,9% pada pasien
yang lebih muda dari 65 hingga 12,8% pada pasien di atas 85.
13. Pembahasan
D. Kekurangan Jurnal
3. Tidak ada saran untuk pendidikan keperawatan dan penelitian; dan
ringkasan terhadap perkembangan yang diharapkan di masa depan
dalam penggunaan antibiotic untuk penderita diare.
4. Metodologi penelitian yang digunakan tidak di cantumkan dalam
jurnal.
ANALISA JURNAL DIARE VII
8. Identitas Jurnal
9. Tujuan
10. Manfaat
d. Memberikan pengetahuan dan gambaran baru mengenai hubungan
pengetahuan tentang diare dengan sikap ibu balita dalam penanganan diare
e. Memberikan Informasi kepada petugas kesehatan terkait bagaimana
hubungan pengetahuan tentang diare dengan sikap ibu balita dalam
penanganan diare.
f. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
memberikan pendidikan dan melakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan pengetahuan tentang diare dengan sikap ibu balita dalam
penanganan diare
11. Metode
13. Pembahasan
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 30 ibu balita sebagian besar yaitu
21 responden (70%) mempunyai pengetahuan baik, artinya dari 30 ibu balita
di posyandu Desa Kalibatur terbanyak mempunyai pengetahuan baik tentang
diare. Hal ini dekarenakan keseluruhan responden (100%) pernah
mendapatkan informasi sebelumnya mengenai diare dengan sumber informasi
responden tentang diare sebesar 63% berasal dari tenaga kesehatan.
Pengetahuan orang tua (ibu) tentang diare dapat didukung oleh beberapa
faktor seperti yang disebutkan oleh Notoadmodjo (2007) bahwa pengetahuan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan, informasi dan
usia. Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita
dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber
informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio,
televisi, majalah, koran, dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan
rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare
pada balita secara benar dan tepat maka akan menambah pengetahuannya.
Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar berpengetahuan baik, dengan
mayoritas responden berpendidikan SMA.
H. Kekurangan Jurnal
3. Peneliti kurang menjelaskan bagaimana instrument yang digunakan
dalam penelitian
4. Peneliti tidak mencantumkan cara pengambilan sampel yang akan
digunakan sebagai responden.
1. Identitas Jurnal
2. Tujuan
Tujuan jurnal ini adalah untuk membangun dampak diare pada beban
biaya dan beban manusia terhadap perawat unit perawatan intensif.
3. Manfaat
a. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai dampak diare pada
beban biaya dan beban manusia terhadap perawat unit perawatan intensif.
b. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
mendapat gambaran dampak diare pada beban biaya dan beban manusia
pada perawat unit perawatan intensif.
4. Metode
Penelitian merupakan penelitian Sebuah survei dan studi observasional
5. Hasil
Kuesioner diselesaikan oleh 146 dari 204 perawat unit perawatan
intensif (75%perawat; 73% pembantu keperawatan). Berurusan dengan pasien
diare adalah aspek yang menyakitkan dari pekerjaan mereka (69% perawat)
dengan kelelahan sebagai perasaan utama dan sumber konflik atau
kesalahpahaman di antara pengasuh. Pengukuran waktu rata-rata untuk
mengelola satu tinja cair di 50 episode diare adalah 17 menit dan 33 detik,
melibatkan rata-rata 1,4 perawat dan 0,8 keperawatan pembantu. Beban biaya
sumber daya manusia rata-rata adalah 26,60 CHF per tinja cair.
6. Pembahasan
B. Kekurangan Jurnal
1. Tidak ada saran untuk pendidikan keperawatan dan penelitian; dan
ringkasan terhadap perkembangan yang diharapkan di masa depan
dalam penggunaan antibiotic untuk penderita diare.
2. Peneliti tidak mencantumkan cara pengambilan sampel yang akan
digunakan sebagai responden.
1. Identitas Jurnal
2. Tujuan
Tujuan jurnal ini adalah untuk menentukan hubungan antara data
sosio-demografi ibu yang tinggal di daerah mikro berisiko dan self-efficacy
mereka dalam mencegah diare pada masa kanak-kanak.
3. Manfaat
c. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai dampak diare pada
beban biaya dan beban manusia terhadap perawat unit perawatan intensif.
d. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk
mendapat gambaran dampak diare pada beban biaya dan beban manusia
pada perawat unit perawatan intensif.
4. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal yang dilakukan di
Fortaleza, dengan 90 ibu dari anak-anak di bawah lima tahun. Pengumpulan
data dilakukan melalui penggunaan Skala Kemanjuran Diri Ibu untuk
Pencegahan Diare Anak (EADPI) dan melalui telepon. Data dianalisis dengan
uji chi-square dan rasio kemungkinan.
5. Hasil
Signifikansi statistik dalam tingkat self-efficacy ditemukan dalam
variabel-variabel berikut: berusia antara 15 dan 29 (ρ <0,001); menikah (p =
0,035); consensus union (ρ = 0,039); tunggal (p = 0,033); lebih dari lima tahun
sekolah (ρ <0,001); pendapatan per kapita lebih rendah dari R $ 169,50 (ρ
<0,001); pendapatan per kapita lebih dari R $ 169,50 (ρ <0,001); ibu rumah
tangga (ρ <0,001); pekerjaan lainnya (ρ <0,001); dan jumlah anak-anak (ρ
<0,001).
Ketika perawat menggunakan EAPDI mereka dapat memantau efikasi
diri ibu dan menggunakan hasil ini dalam hubungannya dengan kondisi sosial-
ekonomi ibu yang mempengaruhi terjadinya diare untuk campur tangan
dengan kegiatan pendidikan.
B. Kekurangan Jurnal
1. Tidak ada saran untuk pendidikan keperawatan dan penelitian; dan
ringkasan terhadap perkembangan yang diharapkan di masa depan
dalam penelitian berikutnya.
2. Peneliti tidak mencantumkan cara pengambilan sampel yang akan
digunakan sebagai responden.
1. Identitas Jurnal
Tahun 2015
Volume Volume 3 | Number 3
Sumber Global Health: Science and Practice 2015
2. Tujuan
Tujuan jurnal ini adalah Skor Dehidrasi DHAKA dan DHAKA
Dehydration Tree adalah yang pertama kali diturunkan secara empiris dan
model diagnostik yang divalidasi secara internal untuk menilai dehidrasi pada
anak-anak dengan diare akut untuk digunakan oleh perawat praktik umum
dalam pengaturan sumber daya terbatas. Penyedia garis depan dapat
menggunakan alat-alat baru ini lebih baik mengklasifikasikan dan mengelola
dehidrasi pada anak-anak..
3. Manfaat
a. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai menilai dehidrasi pada
anak-anak dengan diare akut untuk digunakan oleh perawat praktik umum
dalam pengaturan sumber daya terbatas.
b. Memberikan peluang untuk perawat dan fakultas keperawatan untuk dapat
menilai dehidrasi pada anak-anak dengan diare akut untuk digunakan oleh
perawat praktik umum dalam pengaturan sumber daya terbatas.
4. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian studi kohort prospektif, sampel
acak anak-anak di bawah 5 tahun dengan diare akut terdaftar antara Februari
dan Juni 2014 di Bangladesh. Perawat lokal anak-anak yang dinilai untuk
tanda-tanda klinis dehidrasi pada saat kedatangan, dan kemudian bobot seri
diperoleh sebagai subyek direhidrasi. Untuk setiap anak, perubahan berat
persen dengan rehidrasi digunakan untuk mengklasifikasikan subjek dengan
dehidrasi berat (> perubahan berat 9%), beberapa dehidrasi (3-9%), atau tidak
ada dehidrasi (o3%). Variabel klinis kemudian dimasukkan ke dalam regresi
logistik dan model partisi rekursif untuk mengembangkan Dehidrasi DHAKA
Skor dan DHAKA Dehidrasi Tree, masing-masing. Model dinilai untuk
keakuratannya menggunakan area di bawah kurva karakteristik operasi
penerima mereka (AUC) dan untuk keandalannya melalui pemeriksaan klinis
berulang. Bootstrap digunakan untuk memvalidasi model secara internal.
5. Hasil
Sebanyak 850 anak didaftarkan, dengan 771 termasuk dalam analisis
akhir. Dari 771 anak yang termasuk dalam analisis, 11% diklasifikasikan
dengan dehidrasi berat, 45% dengan beberapa dehidrasi, dan 44% tanpa
dehidrasi. Baik Skor Dehidrasi DHAKA dan DHAKA Dehydration Tree
memiliki AUCs signifikan 0,79 (95% CI = 0,74, 0,84) dan 0,76 (95% CI =
0,71, 0,80), masing-masing, untuk diagnosis dehidrasi berat. Selain itu,
DHAKA Skor Dehidrasi dan DHAKA Dehydration Tree memiliki rasio
kemungkinan positif yang signifikan sebesar 2,0 (95% CI = 1,8, 2,3) dan 2,5
(95% CI = 2,1, 2,8), masing-masing, dan rasio kemungkinan negatif yang
signifikan 0,23 (95% CI = 0,13, 0,40) dan 0,28 (95% CI = 0,18, 0,44),
masing-masing, untuk diagnosis dehidrasi berat. Kedua model menunjukkan
kesepakatan 90% antara penilai independen dan reproduktifitas baik
menggunakan bootstrap.
Penelitian ini adalah yang pertama kali secara empiris dan secara
internal memvalidasi diagnostik klinis yang akurat dan dapat diandalkan
model untuk dehidrasi dalam pengaturan terbatas sumber daya. Setelah
validasi eksternal, penyedia garis depan dapat menggunakan yang baru ini
alat untuk lebih baik mengelola diare akut pada anak-anak.