Anda di halaman 1dari 13

BAB II

SINTESIS ASPIRIN

2.1. Tujuan Percobaaan


- Memahami reaksi esterifikasi fenol
- Memahami reaksi pembuatan aspirin
- Mampu melakukan uji kadar aspirin hasil reaksi.
2.2. Tinjauan Pustaka
Reaksi esterifikasi adalah reaksi yang dimana akan membentuk ester, prosesnya
adalah mereaksikan antara asam karboksilat dan alkohol. Ester asam karboksilat ialah
suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R’ dengan R dapat berupa alkil maupun
aril (Prasetyo, 2012).
Ester asam lemak dari berbagai minyak nabati dan lemak hewani telah
dimanfaatkan dalam berbagai industri kimia, seperti contoh industri kosmetika, industri
tekstil, pembuatan zat adiktif makanan, bahan zat antara industri farmasi, untuk
pembuatan lemak alkohol, amida poliester dan sebagai subtitusi bahan bakar diesel
(Arfah, 2015).
Fenol sendiri bisa dikatakan yaitu bentuk dari suatu senyawa aromatik, yang
dimana struktur kimianya diturunkan dari benzene jika satu atom atau lebih dari dua
atom hidrogen yang terikat pada inti benzene diganti dengan satu atau lebih gugus
hidroksil (Sumardjo, 2009).
Esterifikasi fenol yaitu reaksi yang berkatalis asam dari suatu anhidrida dengan
alkohol yang menghasilkan senyawa ester (Retnoningrum, 2014). Ester merupakan
turunan dari asam yang menggantikan gugus dari OH oleh gugus OR. Pada penamaan
ester sama dengan pemberian nama pada garam.
Terdapat kesetimbangan antara ester dan air, jika memanaskan asam karboksilat
dan alkohol dan katalis asam, untuk katalis asam yang sering digunakan ialah HCl atau
H2SO4. Berikut proses dari esterifikasi Fischer, yang merupakan metode yang
dikembangkan oleh Emil Fischer.
O O
H+
R C OH + OH R' R CH OR' + H2O
(Asam) (Alkohol) (Ester) (Air)
Untuk mendapatkan hasil ester yang tinggi caranya yaitu dengan menggeserkan
kesetimbangan kekanan yang dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Salah satu
tekniknya yang pertama, menggunakan alkohol atau asam dalam jumlah yang banyak
bila harganya terjangkau atau murah. Teknik kedua melakukan penyulingan untuk
memisahkan ester dan air yang dapat membuat reaksi bergeser kekanan (Hart, 1983).
Proses reaksi esterifikasi fenol yang direaksikan dengan natrium hidroksida akan
membentuk natrium fenoksida kemudian dipanaskan dengan karbondioksida (CO2) dan
ditambahkan asam akan membentuk asam salisilat. Asam salisilat tersebut yang akan
menjadi bahan baku sintesis aspirin (Ritu, 2012).
OH ONa

+ NaOH + H2O

(Natrium hidroksida)
(Fenol) (Natrium oksida) (Air)
ONa COONa

OH
+ CO2

(Natrium oksida) (Karbondioksida) (Asam fenoksida)


COONa
COOH

OH OH
+ H2SO4 + Na

(Asam fenoksida) (Asam sulfat) (Asam salisilat) (Natrium)


COOH
COOH

OH
OH

CH3COOCOCH3 + CH3COOH
+

(Asam salisilat) (Anhidrat asam asetat) (Asam salisilat) (Asam asetat)


Faktor-faktor yang mempengaruhi esterifikasi
- Suhu Reaksi
Esterifikasi adalah reaksi dapat balik (Reversible), sehingga suhu yang ada akan
mempengaruhi konstanta kesetimbangan kimia.
- Waktu Reaksi
Reaksi esterifikasi juga dipengaruhi oleh waktu reaksi. Di industri, waktu reaksi yang
diinginkan sependek mungkin dengan kemungkinan yield produk yang tinggi, hal
tersebut dilakukan untuk mengurangi biaya operasi
- Perbandingan Pereaksi
Naiknya perbandingan mol reakstan akan mempercepat laju reaksi, sehingga
konversi reaktan membentuk produk akan semakin besar.
- Pengadukan
Pengadukan yang konstan akan berpengaruh karena hal ini akan mempercepat
terjadinya reaksi, pengadukan dilakukan juga bertujuan untuk memperbesar peluang
tumbukan antar molekul-molekul pereaksi
- Katalisator
Keberadaan katalis dalam suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi. Selain itu,
katalisator juga berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi (Setyaningsih, 2017).
Kelarutan Aspirin yaitu 1 dalam 300 bagian air dalam istilah kelarutan aspirin
termasuk dalam kategori sukar larut dalam air , dikarenakan dosisnya yang tinggi
(maksimal 4 g sehari) dan pemberiannya 3 sampai 4 kali sehari dapat meyebabkan
iritasi pada mukosa lambung dengan resiko tukak (lecet) lambung dan pendarahan
(Ningsi, 2014).
Sejak aspirin diperkenalkan pada bertahun-tahun lalu, aspirin digunakan dan
digemari untuk aplikasi baru terapi, aspirin digunakan untuk anti nyeri, mengobati
peradangan (Rainsford, 2004).
Reaksi anhidrida asetat dengan asam salisilat digunakan untuk mensintesis
aspirin. Dalam reaksi tersebut, gugus hidroksil fenolik dikonversi menjadi ester asetat
(diasetilasi). Tetapi disisi lain, aspirin mengandung bahaya juga. Penggunaan berulang
dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal, dan satu dosis tinggi (10 sampai 20 g)
dapat menyebabkan kematian.
O

O O OCCH3
OH
+ CH3CO2H
+ CH3C O CCH3

CO2H
CO2H

(Asam salisilat) (Anhidrida asetat) (Asam asetilsalisilat


/ Aspirin)

(Hart, 2003).
Aspirin adalah metode penanggulangan atau terapi antiplatelet standar untuk
penyakit jantung dan pembuluh darah. Aspirin dapat memberikan efek antiplatelet
melalui asetilasi siklooksigenase di platelet sehingga menimbulkan hambatan
pembentukan platelet yang permanen (Ema, 2015).
Asam asetil salisilat atau aspirin merupakan senyawa yang memiliki khasiat
sebagai analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi pada penggunaan dosis besar. Khasiat
lain yang dimiliki asetosal pada penggunaan dosis kecil adalah sebagai anti platelet
yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infark miokard pada orang dengan
resiko tinggi stroke, sehingga asetosal diproduksi dengan dosis sediaan 80 dan 160
mg/tablet dengan aturan pakai 1 tablet/hari (Annuryanti, 2013).
Asam asetilsalisilat (aspirin) diperkenalkan sebagai obat anti-inflamasi dan
analgesik yang kuat pada tahun 1892. Sejak saat itu, aspirin dan obat anti-inflamasi non-
steroid lainnya (NSAID) atau salisilat telah ditampilkan untuk menunjukkan efek
tambahan Banyaknya efek aspirin diyakini dimediasi oleh penghambatan
siklooksigenase (COX) -1 dan enzim COX-2. Aspirin adalah sejenis zat kimia yang
disebut "salisilat”. Salisilat sederhana telah digunakan sebagai penawar rasa sakit dan
pereda demam sejak zaman Yunani kuno, lebih dari 1.500 tahun yang lalu (Ritu, 2012).
Rendemen adalah perbandingan dari kuantitas (jumlah) minyak yang dihasilkan
dari proses ekstraksi tanaman aromatik. Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan
maka hal tersebut menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan semakin besar
Jumlah minyak yang dihasilkan
Rendemen (%)= ×100
Jumlah bahan sebelum diolah
(Armando, 2009).
2.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- bau : tidak berbau
- bentuk fisik : cair
- berat molekul : 18, 02 gram/mol
- densitas : 1 gram/cm3
- pH :7
- rumus molekul : H2O
- titik didih : 100oC
- titik leleh : 0oC
- warna : tidak berwarna
B. Asam asetat anhidrat
- bau : kuat
- bentuk fisik : cair
- berat molekul : 102, 09 gram/mol
- densitas : 1, 08 gram/cm3
- pH : 2, 5
- rumus molekul : (CH3CO)2
- titik didih : 139, 9oC
- titik leleh : -73, 1oC
- warna : terang
C. Asam fosfat
- bau : tidak berbau
- bentuk fisik : cair
- berat molekul : 96 gram/mol
- densitas : 1,71 gram/cm3
- pH : < 0,5
- rumus molekul : H3PO4
- titik didih : 296, 5oC
- titik leleh : 21oC
- warna : tidak berwarna
D. Asam salisilat
- bau : tidak berbau
- bentuk fisik : padatan
- berat molekul : 138,12 gram/mol
- densitas : 1,443 gram/cm3
- pH : 2,4
- rumus molekul : C7H6O3
- titik didih : 211oC
- titik leleh : 159oC
- warna : putih
E. Besi klorida
- bau : tidak berbau
- bentuk fisik : padatan
- berat molekul : 162,21 gram/mol
- densitas : 2,9 gram/cm3
- pH :2
- rumus molekul : FeCl3
- titik didih : 316oC
- titik leleh : 306oC
- warna : kekuningan
F. Etanol 96%
- bau : alkohol
- bentuk fisik : cair
- berat molekul : 46,07 gram/mol
- densitas : 0,789 gram/cm3
- pH :7
- rumus molekul : C2H5OH
- titik didih : 78,5oC
- titik leleh : -114,1oC
- warna : tidak berwarna
2.4. Alat dan bahan
A. Alat yang digunakan: B. Bahan - bahan yang digunakan:
- batang pengaduk - Aquadest (H2O)
- Ballpipet - besi klorida (FeCl3)
- Beakerglass 250 mL - etanol (C2H5OH)
- Beakerglass 600 mL - anhidrida asam asetat (C4H6O3)
- botol Aquadest - asam fosfat (H3PO4)
- corong kaca - asam salisilat (C7H6O3)
- corong Büchner
- Erlenmeyer 250 mL
- gelas arloji
- kertas saring
- labu ukur
- neraca
- penjepit
- pipet tetes
- pipet volume 10 mL
- spatula
- waterbath
2.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan 10% FeCl3 sebanyak 50 mL
B. Pembuatan aspirin
- Memanaskan air dalam Waterbath
- Menimbang 1,4 g asam salisilat dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
Menambahkan 4 mL anhidrida asam asetat dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat membilas serbuk asam salisilat yang menempel di dinding labu
Erlenmeyer
- Menambahkan dengan hati-hati (bekerja di ruang asam) 5 tetes 85% H3PO4.
Mengaduk larutan dengan pengaduk kaca
- Memanaskan Erlenmeyer berisi campuran reaksi tersebut dalam Waterbath
yang airnya telah dipanaskan 5 menit. Sebaiknya labu erlenmeyer dipegang
dengan klem
- Setelah 5 menit, mengangkat labu Erlenmeyer dari Waterbath dan segera
menambahkan 2 mL Aquadest
- Setelah 2 atau 3 menit, menambahkan lagi 20 mL Aquadest dan membiarkan
labu berisi campuran reaksi mencapi suhu kamar dan mulai mengalami
kristalisasi. Pastikan bahwa kristal telah terbentuk sebelum melanjutkan ke
tahap berikutnya. Dapat menggores dinding bagian dalam labu dengan batang
pengaduk kaca untuk mempercepat pembentukan kristal, jika kristal tak juga
muncul
- Menambahkan 20 mL Aquadest dingin dan dinginkan labu besrta isinya dalam
wadah berisi es sehingga proses pembentukan kristal sempurna
- Mengumpulkan kristal yang diperoleh menggunakan corong Büchner yang
telah dilapisi kertas saring. Mencuci kristal dengan sedikit Aquadest dingin
- Melakukan rekristalisasi untuk mendapatkan kristal yang lebih murni, dengan
cara melarutkan kristal yang sudah terbentuk dalam 5 mL etanol. Kemudian
menambahkan 20 mL Aquadest hangat. Memansakan larutan sampai semua
kristal tepat larut, dan kemudian biarkan larutan dingin sampai kembali
terbentuk kristal. Menyaring kembali kristal dengan corong Büchner
- Menimbang kristal yang terbentuk sesudah dikerngkan di udara. Kemudian
menghitung rendemen hasil kristal asam asetil salisilat (aspirin) yang diperoleh,
dengan membandingkan berat hasil percobaan dengan berat hasil teoritis
(berdasarkan perhitungan stoikiometrik, sesuai persamaan di bawah ini)

- Menghitung persen rendemen adalah sebagai berikut:


hasil yang diperoleh percobaan
% Rendemen = hasil teoritis berdsarkan stokiometri
× 100%
C. Uji terhadap Aspirin
- Menyiapkan 3 buah tabung reaksi dan memberi label masing-masing
- Menambahkan 20 tetes Aquadest ke dalam tiap tabung dan goyangkan untuk
melarutkan sampel dalam tabung
- Menambahkan 5 tetes larutan 10% FeCl3 ke dalam tiap tabung. Amati
perubahan warna larutan dan mencatat hasilnya. Warna ungu menunjukkan
adanya asam salisilat dalam sampel.
2.6. Data Pengamatan
Tabel 2.6.1. Data pengamatan pembuatan aspirin dan uji aspirin
No Perlakuan Pengamatan Kesimpulan
1 Preparasi Larutan bentuk: cair
5,5 gram FeCl3 + 50 mL Aquadest warna: putih keruh
Lar. 1 bau: tidak berbau

2. Pembuatan Aspirin bentuk: larutan


C7H6O3+(CH3CO)2O Lar. 1 warna: putih
bau : asam menyengat

Lar. 1 + H3PO4 Lar. 2 bentuk: larutan


warna: tak berwarna
bau : asam cuka
Lar. 2 Lar.3 bentuk: larutan
warna: tak berwarna
bau: asam cuka

Lar. 3 + H2O (2 mL) Lar.4 bentuk: larutan dengan


endapan kristal putih
warna: tak berwarna
bau : asam cuka

Lar. 4 + H2O (20 mL) Lar. 5 bentuk: terdapat kristal


putih
warna: putih
bau : tak begitu
menyengat

Didinginkan
Lar.5 + H2O dingin (20 mL) bentuk: larutan dengan
an
Lar.6 endapan kristal
warna: putih
bau : alcohol

disaring
Lar. 6 Kristal A bentuk: kristal
warna: larutan jernih
endapan putih
bau : alkohol
Kristal A + 5 mL etanol + H2O hangat bentuk: kristal
Larutan 7 warna: putih keruh
bau: alkohol

Lar. 7 Larutan 8 bentuk: sedikit endapan


kristal
bau: alkohol
warna: bening
didinginkan
Larutan 8 suhu Larutan 9
suhu kamar
kamar

Terbentuk banyak Terbentuk


Didinginkan
Larutan 9 Larutan 10 endapan kristal kristal
aspirin
Kristal yang akan sebanyak
disaring
Larutan 10 Aspirin ditimbang 1,41 gram.
3 Uji terhadap Aspirin Kristal larut sedikit Terdapat
Kristal + 20 tetes H2O Larutan asam
11 Campuran larutan salisilat
Larutan 11 + 5 tetes FeCl3 berwarna ungu dalam
Larutan 12 sampel

2.7. Persamaan Reaksi


COOH COOH
O O
OH O CH3
C C C
H3C O CH3 +
H3PO4 + CH3COOH
O

(Asam asetat anhidrat) (Asam salisilat) (Asam asetil salisilat) (Asam asetat)

2.8. Dokumentasi

Gambar 2.1. Penimbangan asam Gambar 2.2. Pemanasan larutan


salisilat

Gambar 2.3. Penyaringan I Gambar 2.4. Penyaringan II


Gambar 2.5. Penimbangan aspirin Gambar 2.6. Uji aspirin
2.9. Pembahasan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini dibuat dengan cara melarutkan 5,54
gram untuk membuat larutan 10% besi klorida sebanyak 50 mL. langkah pertama yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu dengan cara mereaksikan 1,4 gram asam salisilatdan
4 mL anhidrat asam asetat membentuk larutan lewat jenuh dengan endapan berwarna
putih. Setelah itu menambahkan asam fosfat sebagai katalis yang berfungsi
mempercepat terjadinya reaksi antara asam salisilat dan anhidrat asam asetat. Setelah itu
pemanasan dilakukan dengan Waterbath menyebabkan larutan tersebut lewat jenuh
dengan endapan putih. Setelah larut sempurna, ditambahkan 2 mL Aquadest karena
penambahan tersebut untuk mengakibatkan larutan tepat jenuh. Setelah proses
pendiaman sekitar 2-3 menit kemudian tambahkan 20 mL Aquadest, dengan
penambahan tersebut menyebabkan endapan yang terbentuk semakin banyak hal
tersebut dikarenakan perubahan suhu pada Erlenmeyer menyebabkan kelarutan suatu
larutan menjadi rendah. Kemudian menambahkan 20 mL Aquadest dingin agar endapan
yang terbentuk semakin memadat dan mengkristal serta menaruh Erlenmeyer tersebut
dalam wadah yang berisi air es, karena semakin turun suhu suatu larutan maka tingkat
kejenuhan suatu larutan akan semakin tinggi. Kristal tersebut disaring dengan kertas
saring, setelah itu kristal tersebut di kristalisasi kembali atau di rekristalisasi.
Tahap rekristalisasi yaitu dengan cara melarutkan Kristal yang terbentuk tersebut
dengan pelarut yaitu etanol 5 mL dan dengan penambahan Aquadest hangat sebanyak
20 mL. Setelah itu memanaskan larutan sampai semua kristal tepat larut, kemudian
biarkan larutan dingin sampai kembali terbentuk kristal, dan menyaring kembali kristal
dengan corong Buchner. Tujuan utama rekristalisasi sendiri untuk memperoleh kristal
yang lebih murni.
Berat aspirin yang diperoleh pada percobaan ini yaitu 1,41 gram. Sedangkan hasil
teoritis dari perhitungan stoikiometri diperoleh sebesar 1,8 gram. Data tersebut hanya
menunjukkan sedikit perbedaan jumlah aspirin yang diperoleh dari data percobaan
dengan data teoritis. Hasil aspirin yang diperoleh saat percobaan tidak berbeda jauh
dibandingkan dengan hasil secara teoritis. Hal ini menunjukan bahwa sisa pengotor dan
air hampir tidak ada. Dari hasil yang didapat, diperoleh rendemen sebesar 78,3 %.
Setelah menghitung berat aspirin tersebut dilakukan tahap uji kandungan aspirin
dengan besi klorida sebagai indikator. Pada hasil percobaan ini, hasil larutan setelah
ditambahkan besi klorida berubah warna menjadi ungu. Hal itu menjadi pertanda
bahwasanya produk yang dihasilkan mengandung asam salisilat.
2.10. Kesimpulan
- Esterifikasi fenol yaitu reaksi yang berkatalis asam dari suatu anhidrida dengan
alkohol yang menghasilkan senyawa ester.
- Aspirin merupakan senyawa turunan asam salisilat yang dapat disintesis
melalui reaksi esterifikasi dengan penambahan anhidrida asam asetat. Sebagai
katalis, digunakan asam fosfat. Reaksi ini akan menghasilkan aspirin sebagai
produk utama dan asam asetat sebagai produk sampingan.
- Hasil rendemen yang didapatkan dari percobaan praktikum adalah 78,3 %.

Anda mungkin juga menyukai