NIM: 1361050114
EPISTAKSIS ANTERIOR
DEFINISI
• Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung
atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis bukan
suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat
berhenti sendiri
ANATOMIS
• Epistaksis anterior
Merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama pada anak-anak dan
biasanya dapat berhenti sendiri. Perdarahan pada lokasi ini bersumber dari pleksus
Kiesselbach (little area), yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum bagian
anterior tepat di ujung postero superior vestibulum nasi. Perdarahan juga dapat berasal dari
bagian depan konkha inferior. Mukosa pada daerah ini sangat rapuh dan melekat erat. pada
tulang rawan dibawahnya. Daerah ini terbuka terhadap efek pengeringan udara inspirasi
dan trauma. Akibatnya terjadi ulkus, ruptur atau kondisi patologik lainnya dan selanjutnya
akan menimbulkan perdarahan
ETIOLOGI
• Epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengeluarkan ingus dengan
kuat, bersin, mengorek hidung atau akibat trauma yang hebat seperti kecelakaan lalu
lintas.
• Disamping itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing
dan trauma pada pembedahan.
• Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, sinusitis dapat juga menimbulkan
epistaksis.
PATOFISIOLOGI
• Perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media menjadi jaringan
kolagen. Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan
yang komplet menjadi jaringan parut. Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya
kontraksi pembuluh darah karena hilangnya otot tunika media sehingga
mengakibatkan perdarahan yang banyak dan lama.
• Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan oleh iskemia lokal atau trauma.
DIAGNOSIS
• Lakukan pengukuran tekanan darah dan periksa faktor pembekuan darah. Disamping
pemeriksaan rutin THT, dilakukan pemeriksaan tambahan foto tengkorak kepala,
hidung dan sinus paranasal
PENATALAKSANAAN
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
Tatalaksana:
1. Diposisikan dalam posisi duduk, sedangkan kalau sudah terlalu lemah dibaringkan
dengan meletakkan bantal di belakang punggung, kecuali bila sudah dalam keadaan
syok.
2. Cari sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk menyingkirkan
bekuan darah.
3. Kemudian diberikan tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1: 10.000
dan lidokain atau pantokain 2 %.
4. Kapas ini dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan
mengurangi rasa sakit pada saat tindakan selanjutnya. Tampon ini dibiarkan selama
3 - 5 menit.
Kauterisasi
1. Rongga hidung dianestesi lokal dengan menggunakan tampon kapas yang telah
dibasahi dengan kombinasi lidokain 4% topikal dengan epinefrin 1 : 100.000 atau
kombinasi lidokain 4% topikal dan penilefrin 0.5 %.
2. Tampon ini dimasukkan dalam rongga hidung dan dibiarkan selama 5 – 10 menit
untuk memberikan efek anestesi lokal dan vasokonstriksi.
3. Kauterisasi secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan perak
nitrat 20 – 30% atau dengan asam triklorasetat 10%. menggunakan larutan asam
triklorasetat 40 – 70%.
Tampon Anterior
1. Apabila kauter tidak dapat mengontrol epistaksis atau bila sumber perdarahan tidak
dapat diidentifikasi, maka diperlukan pemasangan tampon anterior dengan
menggunakan kapas atau kain kassa yang diberi vaselin atau salap antibiotik.
2. Tampon ini dipertahankan selama 3 – 4 hari dan kepada pasien diberikan antibiotik
spektrum luas menggunakan swimmer’s nose clip untuk penanggulangan epistaksis
anterior.
Resep:
SIP 1361050114
.....................................................................................................................................
Jakarta, 22/8/2018
S 1 d.d 1 u.e
..............................................................................................................................................8