TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya
terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
1. Hipertensi gestasional
Tekanan darah sistolik ≥ 140 atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg ditemukan pertama kali sewaktu hamil, tidak ada
proteinuria, tekanan darah kembali ke normal sebelum 12
minggu postpartum. Diagnosis akhir hipertensi gestasional
hanya dapat dibuat postpartum, memiliki gejala atau tanda lain
preeklampsia misalnya dispepsia atau trombositopenia
(Cunningham, FG., et al. 2014).
2. Sindrom preeklampsia dan eklampsia
a. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik pada kehamilan
yang dapat mempengaruhi hampir semua sistem organ
yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang
2.1.3 Preeklampsia
A. Definisi
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik pada kehamilan
yang dapat mempengaruhi hampir semua sistem organ yang
B. Faktor risiko
Ada beberapa faktor risiko yang terkait dengan preeklampsia
antara lain, yaitu :
1. Primigravida
Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya
preeklampsia jika dibandingkan dengan multigravida. Hal ini
dikarenakan ketika kehamilan pertama pembentukan human
leukocyte antigen protein G (HLA-G) terhadap antigen
plasenta tidak sempurna (Prawirohardjo, S. 2013).
2. Genetik
Faktor genetik merupakan unsur yang penting dalam terjadi
preeklampsia. Preeklampsia adalah hasil interaksi ratusan gen
baik ibu maupun ayah yang mengendalikan fungsi enzimatik
dan metabolik yang beragam di seluruh sistem organ.
Berkaitan dengan hal ini, ekspresi fenotipe akan berbeda
3. Usia ibu
Kehamilan dibawah usia 20 tahun dan kehamilan diatas usia
35 tahun berisiko tinggi terjadinya preeklampsia dibandingkan
dengan wanita yang hamil pada usia reproduksi (20-35 tahun).
Ibu yang hamil pada usia < 20 tahun mempunyai risiko
preeklampsia 3,58 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil
yang berusia 20-35 tahun, sedangkan usia > 35 tahun
mempunyai risiko untuk menderita hipertensi kronik yang
akan berlanjut menjadi superimposed preeklampsia ketika
7. Kehamilan ganda
Preeklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
dari 105 kasus kehamilan ganda didapat 28,6% preeklampsia
(Rozikhan, 2007).
8. Hiperhomosisteinemia
Peningkatan plasma homosistein terjadinya pada 20-30%
wanita dengan preeklampsia. Peningkatan konsentrasi
homosistein berhubungan dengan disfungsi endotel yang
menjadi pusat patofisiologi preeklampsia (Malahayati, I.
2017).
9. Sindrom metabolik
Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko
metabolik yang berkaitan langsung terhadap terjadinya
penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. Faktor risiko tersebut
antara lain terdiri dari dislipidemia aterogenik, peningkatan
tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma, keadaan
prototrombik, dan proinflamasi (Rini. S. 2015).
C. Patofisiologi
Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya
preeklampsia, tetapi tidak satupun teori tersebut yang dianggap
mutlak benar. Menurut Cunningham, F.G. et.al. 2014, teori-teori
tersebut diantaranya adalah :
1. Vasospasme
Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan
peningkatan resistensi sehingga terjadi preeklampsia. Pada saat
yang sama, kerusakan sel endotel menyebabkan kebocoran
interstisial yang dimana blood constituent, termasuk platelet
dan fibrinogen, disimpan di subendotel. Dengan berkurangnya
aliran darah karena maldistribusi, iskemia dari jaringan
4. Nitrit Oksida
Vasodilator ini disintesis dari L-arginin oleh sel endotel.
Inhibisi sintesis nitrit oksida meningkatkan sintesis tekanan
arteri rata-rata, menurunkan detak jantung dan membalikkan
refraktori yang diinduksi kehamilan terhadap vasopresor. Pada
manusia, kemungkinan nitrit oksida merupakan senyawa yang
mempertahankan karakteristik perfusi fetoplasenta tekanan
rendah dengan keadaan tervasodilatasi. Senyawa ini juga
diproduksi oleh endotel fetus dan meningkat pada
preeklampsia, diabetes melitus, dan infeksi. Namun, efek
produksi nitrit oksida pada preeklampsia masih belum jelas,
sindrom ini dikaitkan dengan menurunnya ekspresi sintesis
nitrit oksida, endotel, sehingga meningkatnya inaktivasi nitrit
oksida.
5. Endotelin
Asam amino peptida-21 merupakan vasokonstriktor kuat,
dan endotelin-1 (ET-1) merupakan isoform utama yang
diproduksi oleh endotel manusia. Kadar plasma ET-1
meningkat pada kehamilan wanita normotensif, tetapi wanita
dengan preeklampsia memiliki kadar yang lebih tinggi lagi.
Pengobatan wanita preeklampsia dengan magnesium sulfat
menurunkan konsentrasi ET-1.
6. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
a. Iskemia plasenta dan pembentukan radikal bebas
Kegagalan remodeling arteri spiralis menyebabkan
aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah
hipoksia dan iskemia plasenta. Plasenta yang mengalami
iskemia dan hipoksia akan menghasilkan radikal bebas.
Salah satu radikal bebas yang dihasilkan adalah radikal
hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil
akan merusak membran sel yang mengandung banyak
D. Manifestasi klinis
Penyebab preeklampsia masih belum diketahui, manifestasi
klinis preeklampsia mulai tampak sejak awal kehamilan berupa
perubahan patofisiologi yang timbul sepanjang kehamilan dan
akhirnya menjadi nyata secara klinis. Tanda klinis ini merupakan
akibat vasospasme, disfungsi endotel dan iskemia. Sejumlah besar
dampak sindrom preeklampsia pada ibu biasanya diuraikan
persistem organ, manifestasi klinis ini sering kali multipel dan
bertumpang tindih secara klinis.
1. Sistem kardiovaskular
Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular normal lazim
terjadi pada preeklampsia. Gangguan ini berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung yang disebabkan preeklampsia,
preload jantung, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi
cairan intravaskular kedalam ruang ekstrasel dan yang paling
penting kedalam paru-paru.
2. Darah dan koagulasi
Kelainan hematologis timbul pada beberapa perempuan
dengan preeklampsia. Salah satu kelainan yang lazim dijumpai
adalah trombositopenia. Selain itu, kadar beberapa faktor
pembekuan darah dalam plasma dapat berkurang dan eritrosit
dapat memperlihatkan bentuk yang aneh serta mengalami
hemolisis cepat.
3. Homeostasis volume
a. Perubahan endokrin
Kadar renin, angiotensin II, angiotensin 1-7, dan aldosteron
dalam plasma meningkat secara nyata selama kehamilan
normal. Pada kasus preeklampsia, meskipun volume darah
E. Komplikasi
Terdapat berbagai komplikasi preeklampsia diantaranya
adalah :
1. Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzyme, Low
Platelets)
Sindrom HELLP ialah preeklampsia disertai timbulnya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan
trombositopenia. Diagnosis sindrom HELLP antara lain
didahului tanda dan gejala yang tidak khas (malaise, lemah,
nyeri kepala, mual, muntah), tanda-tanda hemolisis
intravaskular (khususnya kenaikan LDH (dehidrogenase
laktat), AST dan bilirubin indirek, tanda kerusakan atau
disfungsi sel hepatosit hepar (kenaikan ALT, AST, LDH), dan
trombositopenia ≤ 150.000/ml (Prawirohardjo, S. 2013).
B. Klasifikasi
Menurut Kosim dkk 2014, Berat badan lahir bayi dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan lahir
bayi kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi
(Kosim dkk, 2014). Ada beberapa cara dalam mengelompokkan
BBLR (Proverawati, A., & Ismawati C. 2010) :
1) Menurut harapan hidupnya
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-
2500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat
lahir 1000-1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.
2) Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi. Bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan bayi
kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat
beracun.
5) Imaturitas ginjal
Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar,
akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik dan
ketidakseimbangan elektrolit.
6) Imaturitas imunologis
Tidak banyak transfer imunoglobulin G maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga, fagositosis terganggu, dan
penurunan faktor komplemen.
7) Kelainan neurologis
Refleks isap dan telan yang imatur, penurunan motilitas usus,
apnea dan bradikardia berulang, perdarahan intraventrikel
dan leukomalasia periventrikel, pengaturan fungsi cerebral
yang buruk, Hypoxic ischemia encephalopaty (HIE),
retinopati, kejang, dan hipotonia.
8) Kelainan kardiovaskular
Kelainan kardiovaskular berupa Patent ductus arteriosus
(PDA), hipotensi atau hipertensi.
9) Kelainan hematologis
Kelainan hematologis berupa anemia, hiperbilirubinemia,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), dan
Hemorrhagic Disease Of The Newborn (HDN).
10) Metabolisme
Kelainan metabolisme berupa hipokalsemia dan hipoglikemia
atau hiperglikemia (Kosim dkk, 2014).
edema paru, gagal ginjal akut dan pengumpalan atau pengentalan darah
didalam pembuluh darah) serta morbiditas terhadap janin (pertumbuhan
janin terhambat, kematian janin, solusio plasenta, dan kelahiran
prematur), selain itu preeklampsia juga masih merupakan penyebab
utama kematian pada ibu (Prawirohardjo, S. 2013).
Berat badan lahir bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor ibu, faktor dari janin sendiri maupun faktor plasenta
(Xiong,X.dkk, 2002). Faktor tekanan darah dalam kehamilan
mempunyai pengaruh terhadap berat badan lahir. Tingginya tekanan
darah ibu hamil berkaitan dengan gangguan vaskular yang dapat
mengakibatkan rendahnya asupan nutrisi dan oksigen untuk janin. Hal
ini tentunya dapat mengakibatkan gangguan terhadap proses tumbuh
kembang janin (Barker, DJP, Osmond C. 2006).
Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas kedalam lapisan
otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis yang menyebabkan jaringan matriks
menjadi longgar sehingga terjadi penurunan tekanan darah, penurunan
resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah uteroplasenta agar
aliran darah kejanin tercukupi dan perfusi kejaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan remodeling arteri spiralis (Prawirohardjo, S. 2013).
Pada preeklampsia terjadi kegagalan invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras akibatnya lumen arteri
spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi. Hal tersebut
menyebabkan arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun dan terjadi hipoksia serta iskemia plasenta. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan radikal bebas.
Salah satu radikal bebas yang dihasilkan adalah radikal hidroksil yang
sangat toksik, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
35%, dan bayi lahir dengan asfiksia sebesar 33,6%. Penyakit penyebab
kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi
(tetanus, sepsis, pneumonia, dan diare) sebesar 57,1%, kemudian
feeding problem sebesar 14,3% (Mallisa, B,. & Towidjojo.V.D. 2014).
Preeklampsia memberi dampak buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi uteroplasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan endotel pembuluh darah plasenta. Dampak
preeklampsia pada janin adalah:
1. IUGR dan oligohidramnion
2. Peningkatan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung
akibat IUGR, prematuritas, oligohidramnion dan solusio plasenta
(Prawirohardjo, S. 2013).
Vasokontriksi arteriola
Preeklampsia
2.3 Hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan berat badan lahir bayi pada ibu dengan preeklampsia
dan non preeklampsia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
H1: Ada perbedaan berat badan lahir bayi pada ibu dengan preeklampsia dan
non preeklampsia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.