Anda di halaman 1dari 14

Jl. Siliwangi No.11 Bogor 16143 Telp.

0251-8380601 Fax 0251-8380612


Website : www.rsvania.id, Email : rsvaniabogor@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN
Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien secara cermat dan
tepat. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien selain meningkatkan kepuasan pasien dan
keluarga, juga akan meningkatkan mutu pelayanan serta mengoptimalkan efesiensi biaya pelayanan.
Untuk itu, di butuhkan pengumpulan informasi yang memadai di saat pasien pertama kali mengakses
pelayanan baik pre-hospital maupun intra-hospital. Informasi yang di kumpulkan saat proses skrining
pasien membantu dalam pengambilan keputusan yang sesuai tentang kriteria pasien, yaitu mana yang
dapat di layani dan mana yang tidak mampu dilayanai, dengan mempertimbangkan fasilitas yang di
miliki di rumah sakit vania.
Skrining di bagi dalam dua cara, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Keputusan untuk
menerima pasien yang melewati skrining pra-hospital dan intra-hospital ini harus disertai kepastian
bahwa pasien akan mendapatkan pelayanan di rumah sakit yang di tuju, dengan indentifikasi
pelayanan yang ada di rumah sakit tujuan, sehingga akan dapat meminimalisir rujukan berulang ke
rumah sakit lainnya kembali, menurunkan keterlambatan pelayanan, mengurangi mortalitas dan
morbiditas, mengurangi biaya yang di bebankan kepada pasien, serta meningkatkan kenyamanan
pasien.
Skrining intra-hopital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik pada
pasien pada rawat jalan maupun gawat darurat. Dalam melakukan proses skrining bagi pasien yang
membutuhkan pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan metode triage di dalamnya terdapat
pemeriksaan fisik, psikologi dan diagnostik penunjang. Dokter melakukan pelayanan medis,
identifikasi kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi dan penilaian keputusan pasien apakah
di rawat inap-kan, di pulangkan atau di rujuk.
BAB II
DEFINISI
Skrining di ambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai makna
pemeriksaan kelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki keadaan
patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (kamus Dorland ed.25:974). Menurut
Rochjati P.(2008), skrining merupakan pengenalan diri secara proaktif pada ibu hamil dalam
menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining dapat di katakan sebagai suatu
upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui rangkaian tes berupa pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat di gunakan secara scribe secara tepat sehingga di dapatkan keterangan
tentang kondisi kebutuhan pasien saat kontrak pertama, apakah benar benar membutuhkan pelayanan
sesuai diagnosa dan kondisi pasien. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan
untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujuk ke pelayanan kesehatan lainnya
dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi sumber daya rumah sakit.
Skrining di bagi dalam dua area yaitu pra-hospital dan intra-hospital. skrinig pra-hospital bisa
di lakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum di rujuk dari fasilitas kesehatan lain,
atau saat akan di lakukan transfortasi dengan ambulance dari luar rumah sakit.
Skrining pada kasus emergency atau instalasi gawat darurat di laksanan melaui metode triage,
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik psikologik, laboraturium klinik atau diagnostik
imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining di lakukan melalui auto
anamnesa dan hetero anamnesa.
Skrining intra-hospital bisa di lakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik pada
pasien rawat jalan maupun darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga medis maupun paramedis wajib
untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat
mendaftar di poloklinik maupun menunggu di ruang tunggu.
BAB III
RUANG LINGKUP

LANGKAH-LANGKAH SKRINING
1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat di lakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi pra telepon. Interaksi telepon bisa datang
dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke
nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk
pasien ke rumah sakit vania, akan di terima oleh operator yakni petugas admisi, case
manager (CM), atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ)
setelah di sambungkan oleh operator.
Langkah-langkah skrinig pra-hospital antara lain :
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Operator/penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga IGD
untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat di akses dan
informai waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelepon baik fasilitas kesehatan perujuk
Pendaftaran?customer ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga IGD (24 jam) atau IRJ
Care?security (selama jam buka pelayanan poli) untuk mengidentifikasi
pelayanan yang di butuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian khusus
semisal sakit berat, usia lanjut, handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang membutuhkan
rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Vania di sesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pasien
IRJA 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam
pelayanan dan bagaimana cara mengakses pelayana
tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon segera
mengindentifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon pasien (yang
belum terdaftar sebagai pasien) maupun pasien lama, untuk
merencanakan tindak lanjut.
IGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima panggilan telepon
melakuka skrining per-telepon dengan mencatat semua
informasi yang di perlukan mulai dari kondisi pasien sampai
dengan riwayat penyakit saat ini dan/terdahulu serta rencana
tindakan lamjutan yang di rencanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergency, maka di
lanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu pertimbangan
fasilitas yang di miliki rumah sakit untuk identifikasi kebutuhan
pelayanan yang sesuai serta konsultasi dokter jaga IGD kepada
DPJP kaus terkait.
Tenaga ambulan 1. Proses skrining di mulai saat mendapatkan permintaan
penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat emergensi
dalam persiapan SDM tim ambulan yang akan melakukan
penjemputan, maupun menentukan peralatan yang di butuhkan
dalam penjemputan.
2. Skrining di lakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan
berpatokan pada penilaian pre transport pasien, dengan
menggunakan form transfer pasien.
3. Krining lanjutan yaitu triage, di lakukan setelah tiba di IGD
dengan berpatokan pada pengkajian kondisi pasien.

2. skrining Intra-Hospital
skrining intra-hospital dapat di lakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Instalasi Rawat Jalan (IRJ), langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain :
SATUAN KERJA SKRINING YANG DI LAKUKAN
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan yan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian khusus
semisal sakit berat, usia lanjut, handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan identifikasi
ketersediaan kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Vania disesuaikan dengan kebutuhan pekayanan pasien.
IRJA 1. Setiap medis dan paramedis wajib untuk segera
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yan
membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun
menunggu di ruang tunggu,
2. Dalam melakukan proses skrining bgian pasien yang
membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan rujukan
keluar. Pedoman skrining di kembangkan kelompok staf medik
(KASM) terkait.
IGD 1. Proses skrining di lakukan segerasetelah pasien datang ke IGD.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka di lanjutkan
dengan proses pelayanan lanjutan.
3. Dokter jaga/paramedis melakukan triage untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan pelayanan awal, untuk selanjutnya di konsulkan
ke DPJP.
4. DPJP melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan
pelayanan khusus, menerima konsultasi dan penilaian pasien
untu di rawat inap, di pulangkan atau di rujuk.
Tenaga ambulan 1. Penjemputan pasien di lakukan atas permintaan.
2. Pengumpulan data per-telepon di butuhkan untuk menentukan
tingkat emergensi dalam persiapan SDM tim ambulan yang akan
melakukan penjemputan, maupun menentukan peralatan
emergensi dan peralatan tambaha yang di butuhkan dalam
penjemputan.
3. Skrining di lakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan
berpatokan pada penilaian pre transport pasien, dengan
menggunakan form transport pasien.
4. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi, dokter dalam tim
ambulan wajib mengidentifikasi kebutuhan pelayanan medis
yang di perlukan, memberikan advis mempersiapkan sarana dan
obat-obatan selama proses transfer sampai dengan tiba di
Rumah Sakit Vania.
5. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien tidak di
kenal cukup di tanyakan jenis kelamin, usia, kondisi, pasien,
pelayanan yang di butuhkan dan lokasi penjemputan.
6. Untuk pasien-pasien kegawatan perlu di lakukan bantuan hidup
dasar dan stabilisasi sesuai paduan dan SPO, sebelum di transfer
ke rumah sakit.

3. Skrining di Intalasi Rawat Jalan


Skrining rawat jalan di lakukan oleh dokter dan perawat rawat jalan. Skrining rawat jalan
meliputi :
a. Kondisi umum pasien
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
 Kesadaran di nilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis) atau apakah
pasien mengalami penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai
penurunan kesadaran lebih lanjut)
 Jalan nafas di nilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah da kondisi
potensial yang akan mengancam patensi jalan nafas.
Contoh kondisi yang mengancam jalan nafas :
1) Pasien datang dalam kondisi sadar dengan posisi jatuh lehernya terbentur pipa,
tampak memardan berbicara sesak.
2) Pasien bayi/balita datang dengan batuk pilek batuk berulang sangat menggangu di
ikuti suara mengorok.
Pernafasan di nilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan ada resiko
distres nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
1) Penggunaan otot bantu nafas contoh : penggunaan sternocleidomastoidea saat
bernafas posisi tripod.
2) Jika di hitung laju pernafasan pasien >30x/menit.
 Sirkulasi di nilai apakah normal atau ada masalah. Pasien dengan sirkulasi drop yang
layak mendapatkan pelayan di UGD adalah :
1) Pasien yang sangat pucat
2) Pasien yang datang dengan keringat dingin, nadi teraba lemah
3) Akral dingin
4) Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung
5) Pasien dengan nyeri ulu hati, di sertai keringat dingin, nadi lemah
6) Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarahan pervaginal
b. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale
Pasien dengan nilai nyeri ≥8 layak mendapatkan pelayanan IGD
c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk, apakah
sedang pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua di berikan masker wajah,
sedangkah pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan ke jalur fast track untuk mengurangi
resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang dengan TBC di arahkn ke jalur fast track ke
poli TBC

d. Skrining pasien jatuh

Skrining resiko jatuhdi lakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:
1. Pengkajian
No Penilaian Pengkajian YA TIDAK
1 Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/ limbung
2. Jalan menggunakan alat bantu (tripod?kursi roda?orang
lain)
2 Menompang saat akan duduk; tampak memegang pinggiran
kursi/meja/benda lain

2. Hasil
No Pengkajian Hasil Tindakan
1 Jika 1 dan 2 Tidak Resiko rendah Tidak ada tindakan
2 Jika 1 atau 2 YA Resiko sedang Edukasi
3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang resiko jatuh

e. Skrining hambatan pasien


Pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika pasien
mengalami hambatan gerak seperti penggunaan kursi roda dan brankar.jika pasien
mempunyai hambatan bahasa dan budaya. Budaya, hubungan pasien ada pelayanan
penerjemah bahasa Rumah sakit.
4. Skrining di Instalasi Rawat Inap
 Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan
paliatif dan isolasi diprioritaskan
 Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dojter spesialis
 Pasien akan masuk pada kriteria kuratif, preventif rehabilitative, pasien indikasi rawat inap,
memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
Kuratif:
Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien kuratif indikasi rawat inap:
Diagnosa Kriteria/indikasi rawat inap
Katarak senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. Laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. Edema kornea
3. TIO>21
4. Gangguan air way
Pentosilar abses 1. Gangguan air way
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epitaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. Observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeclampsia 1. Tekanan darah ≥160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hemiparesis Gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
DHF 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa masuk
3. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer
2. Respirasi ratr >40
Periapical abscess without 1. Suhu tinggi
sinus (K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
(K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu

 Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap, dokter
wajib memberikan pendidikan kesehatan dan di dokumentasi dalam form instruksi
pasien pulang.
 Selanjutnya form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman perawatan pasien
dan keluarga dirumah.
Preventif:
 Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit/deteksi dini factor resiko:
a) Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan, balita)
b) Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
c) Imnisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa
 Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan kontrol/imunisasi
lanjutan.
Paliatif:
 Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi
pederitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Pasien paliatif
yang masuk indikasi rawat inap.

Diagnosa Kriteria/Indikasi masuk rumah sakit


Congesif heart failure 1. Edema perifer’dyspneu
2. Pembesaran hati
3. Edema paru
4. Kardiomiopati
5. disritmia
Chronic kidney disease/CKD 1. mual muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
3. Sesak nafas
4. asidosis

 skrining pasien dilakukan oleh dokter umum atau spesialis


 jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakukan konfirmasi ke dokter apakah pasien
memerlukan ruang khusus ICU, HD, Isolasi
 perawat menghubungi bagian pendaftaran rawat inap,melakukan konfirmasi ketersediaan
ruang yang di butuhkan pasien.
 Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien untuk mendaftar
rawat inap.

Isolasi / indikasi masuk rumah sakit :

 Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi
medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk mencegah penyebaran penyakit dan
mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta mampu merawat pasien
menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan
petugas kesehatan. Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi

Diagnosa kriterian
TBC 1. Batuk berdarah
2. Keadaan umum buruk
3. Pneumothoraks
4. Empiema
5. Efusi pleural massif
6. Sesak nafas berat TB paru milier
7. Meningitis TB
Citomegalovirus 1. Demam
2. Pneumonia/sesak nafas berat
3. Takipnea dan dispnea
4. Kerusakan otak
Tetanus 1. semua grade tetanus indikasi dirawat inapkan
Kondisi pasien 1. demam
immunocompromise (ex: 2. ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan
post kemoterapi)

 perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaranrawat inap ketersediaan ruang


isolasi.
 Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia maka pasien indikasi rawat inap dengan isolasi
harus di tempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien dalam satu kamar.
 Ruang isolasi yang setelah di gunakan oleh pasien dengan resiko penularan infeksi tinggi,
tidak bisa di gunakan dengan pasien immucompromise sebelum ruang di nyatakan steril.

Rehabilitatif

 Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/mencegah


kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya
adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention)
 Contoh tindakan rehbilitative adalah fisioterapi
 Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan rawat inap)
kecuali pada terdapat kasus penyerta sebaga contoh pengerjaan fisioterapi untuk
pemulihan pasc operasi.
 Pemilihan kriteria pasien yang harus di fisioterapi dilakukan oleh dokter spesialis,
sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan akan di skrining oleh dokter rehabilitasi
medis.
 Setelah dokter spesialis rehabilitasi medi memberikan diagnosa dengan advis jenis
fisioterapi, maka fisioterapis melakukan fisioterapi sesuai dengan advis.

Skrining pasien pro Hemodialisa

Skrining awal dilakukan oleh dokter perlu atau tidak dilakukan hemodialisa. Indikasi
dilakukan hemodialisa:

1. Perikarditis atau efusi pericardium


2. Hiperkalemi
3. Hipertensi maligna
4. Oliguri atau anturia

Indikasi dini

1. Gejala urenia :mual, muntah, perubahan mental


2. Laboraturium abnormal
 Asidosis aztema
 Azotema (kreatinin 8-12mg%)
 BUN 100-120mg%

Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi segera :

 Perawat wajib memastikan ketersediaan fasilitas hemodialisa


 Perawat umum menghubungi perawat hemodialisa bahwa ada pasien indikasi cyto
hemodialisa
 Perawat mengantarkan pasien ke ruangan hemodialisa
 Perawat melakukan serah terima dengan perawat hemodialisa

Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi efektif

 Perawat mengarahkan pasien ke pendaftaran untuk mendftar ke pelayanan hemodialisa

Skrining sebelum dirujuk

 Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa dan melakukanvital sign
 Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung upaya pertolongan
pasien
 Dokter meakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum di putuskan rawat inap atau
rujuk
 Jika pasien memenuhi kriteria untuk di rujuk, maka dokter atu perawat wajib
memastikan apakah pasien dalam keadaan stabiluntuk dirujuk
 Perawat memastikan adanya ruang/tempat di RS rujukan
 Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus dibawa saat
merujuk pasien
 Perawat memastikan kesiapan ambulan beserta peralatan medis yang di perlukan untuk
merujuk pasien
 Petugas yang mengantar pasien ke tempat rujukan adalah petugas yang terampil dalam
bantuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien
 Semua kegiata harus terdokumentasi dengan baik

Skrining pasien pro tindakan radiologi kontras

 Dokter memerlukan assesment perlu atau tidaknya pasien melakukan pemeriksaan


radiologi atau tanpa kontras
 Perawat mengarahkan pasien ke ruang CT Scan
 Dokter atau radiografer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam kondisi hamil
 Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi dengan
cairan kontras
 Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test, maka CT
scan dengan kontras bisa dilaksanakan
 Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka CT scan dengan kontras tidak dapat
dilakukan

Dafar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien di putuskan rawat inap atau dirujuk
atau dilaksanakan tindakan :

Diagnosa Pemeriksaan penunjang


Dengue fever 1. Hemoglobin
2. Hitung leukosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
Spintaneus vertex 1. Darah rutin
delivery 2. CT/BT
3. HbsAg
Delivery by emergency 1. Darah rutin
caesaren suction 2. CT/BT
3. HbsAg
Delivery by elective 1. Darah rutin
caesarean section 2. CT/BT
3. HbsAg
Postmenopausal 1. Darah rutin
bleeding 2. CT/BT
3. HbsAg
Preterm delivery 1. Urinalisis
2. Darah rutin
3. CT/BT
4. HbsAg
False labour before 37 1. Darah rutin
completed weeks of 2. Urinalisis
gestation
Mild hyperemesis 1. Urinalisis
gravidarum
Other and unspecified 1. USG
ovarium cysts 2. Ca-125 (poli)
3. Darah rutin
4. CT/BT
5. HbsAg
Leiomyoma of uterus, 1. USG
unspecified 2. Darah rutin
3. CT/BT
4. HbsAg
Blighted ovum and 1. USG
nonhydatidiform mole 2. Darah rutin
3. CT/BT
4. HbsAg
Diabetes melitus 1. Gula darah puasa
2. Gula darah 2 jam PP
3. Urin rutin
4. Ureum
5. Kreatinin
Gastroesophageal reflux 1. EKG (untuk menyingkirkan diagnosa chest pain cardial)
sisease
Asma 1. Rontgen thorax
2. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hematokrit)
bronkitis 1. Rontgen thorax
2. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hematokrit)

Thyrotoxicosis 1. Free T4
2. TSH
3. EKG
Fever, unspecifed 1. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hematokrit)
2. Urine rutin
3. Tubex TF (bila demam ≥ 7 hari
Arthritis 1. Rontgen sendi
Congestive heart failure 1. EKG
2. Rontgen thorax
Cholelithiasis 1. USG abdomen
Chronic ischemic heart 1. EKG
desease 2. Rontgen thorax
Necrosis of puplp 1. Laboraturium : Gula darah
(K40.1) 2. Radiologi : Periapica / OPG
Pulpitis (K04.0) 1. Laboraturium : -
2. Radiologi : Periapical ? OPG

Anda mungkin juga menyukai