Anda di halaman 1dari 22

Sejarah Singkat Lahirnya Sumpah Pemuda

Dan Isi Sumpah Pemuda


By Si ManisPosted on March 31, 2017

Sejarah Singkat Lahirnya Sumpah Pemuda Dan Isi Sumpah Pemuda – Sumpah Pemuda
adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah
Pemuda merupakan ikrar yang dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan
cita-cita berdirinya negara indonesia.

Sumpah pemuda merupakan keputusan kongres pemuda II yang diadakan pada 27-28
Oktober 1928 di Batavia (sekarang Jakarta). Keputusan tersebut menegaskan cita-cita akan
adanya tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut
diharapkan menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia danagar disiarkan
dalam semua surat kabar dan dibacakan disetiap pertemuan perkumpulan.

Nah berikut ini adalah sejarah sumpah pemuda dan isi sumpah pemuda 28 Oktober 1928.

Sejarah Sumpah Pemuda


Peristiwa sejarah sumpah pemuda merupakan pemuda Indonesia yang mengikrarkan satu
tahan air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah pemuda ini merupakan hasil rumusan dari
rapat Pemuda-pemudi atau Kongres Pemuda II dan Sumpah Pemuda ini dibacakan pada 28
November 1928, sampai kini setiap tahun diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda II dilaksanakan sebanyak 3 sesi dan dilaksanakan di 3 tempat yang berbeda
oleh organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang anggotanya merupakan
pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh perwakilan dari
berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumateranen
Bond, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond dan lain sebagainya serta pengamat dari pemuda
Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien
Kwie.

Berikut Ini adalah Panitia Kongres Pemuda:

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)


Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta : Abdul Muthalib Sangadji, Purnama Wulan, Abdul Rachman, Raden Soeharto, Abu
Hanifah, Raden Soekamso, Adnan Kapau Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van Indie), Saerun
(Keng Po), Anta Permana, Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu, Sarmidi
Mangunsarkoro, Assaat, Sartono, Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken), Emma
Puradiredja, Soejono Djoenoed Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko Marsaid, Hamami,
Soekamto, Jo Tumbuhan, Soekmono, Joesoepadi, Soekowati (Volksraad), Jos Masdani,
Soemanang, Kadir, Soemarto, Karto Menggolo, Soenario (PAPI & INPO), Kasman
Singodimedjo, Soerjadi, Koentjoro Poerbopranoto, Soewadji Prawirohardjo, Martakusuma,
Soewirjo, Masmoen Rasid, Soeworo, Mohammad Ali Hanafiah, Suhara, Mohammad Nazif,
Sujono (Volksraad), Mohammad Roem, Sulaeman, Mohammad Tabrani, Suwarni,
Mohammad Tamzil, Tjahija, Muhidin (Pasundan), Van der Plaas (Pemerintah Belanda),
Mukarno, Wilopo, Muwardi, Wage Rudolf Soepratman, Nona Tumbel.

Gagasan Pernyelenggaraan Kongres Pemuda II berasal dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar


Indonesia (PPPI) yaitu organisasi pemuda yang aberanggotakan pelajar dari seluruh
Indonesia. Atas gagasan PPI, Kongres Pemuda II digelar di 3 gedung berbeda dan dibagi
menjadi 3 rapat.

Rapat Pertama, digelar pada Sabtu, 27 Oktober 1928 di gedung Kathoelik Jongenlingen
Bond, Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, Sugondo
Djojopuspito selaku ketua PPPI berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan
dalam hati para pemuda. Acara kemudian dilanjutkan dengan uraian Muhammad Yamin
tentang arti dan hubungan antara persatuan dan pemuda. Menurut Muhammad Yamin ada 5
faktor yang dapat memp[erkuat persatuan Indoesia yaitu Sejarah, Bahasa, Hukum Adat,
Pendidikan dan Kemauan.

Rapat Kedua, digelar pada Minggu, 28 Oktober 1928 di gedung Oost Java Bioscoop, Dalam
rapat kedua ini membahas tentang masalah pendidikan. Para pembicara yaitu
Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat bahwa anaka harus
mendapatkan pendidikan kebangsaan san harus pula ada kesimbungan antara pendidikan di
sekolah dan pendidikan di rumah. Anak harus pula dididik secara demokratis.

Rapat Penutup, rapat ini digelar di gedung Indonesische Clubgebouw di jalan Kramat Raya
106. Dalam rapat penutup ini Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi
selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan menjelaskan bahwa gerakan kepanduan tidak
dapat dipisahkan dari pergerakan nasional, gerakan kepanduan mendidik anak-anak disiplin
dan mandiri sejak dini dan hal-hal yang diperlukan dalam perjuangan.

Isi Sumpah Pemuda


Rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin pada selembar kertas saat
Sunario sebagai utusan kepanduan sedang berpidatopada sesi akhir kongres dan selembar
kertas tersebut diberikan kepada Soegondo sambil berbisik pada Soegondo “Ik heb een
eleganter formulering voor de resolutie” yang berarti Saya memiliki sebuah formulasi yang
lebih elegan untuk keputusan kongres ini. Kemudian Soegondoi memberikan paraf setuju
pada selembar kertas tersebut dan diteruskan kepada yang lain untuk memnberi paraf.

Awalnya, sumpah pemuda dibacakan oleh Soegondo lalu dijelaskan panjang lebar oleh
Mohammad Yamin. Berikut adalah isi teks Sumpah Pemuda:
Pertama : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu,
Tanah Indonesia.)

Kedoea : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra Dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia.)

Ketiga : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia.)

Selain Teks sumpah pemuda, dalam kongres sumpah pemuda juga diperdengarkan lagu
Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R Soepratman untuk pertama kalinya.

Demikian artikel yang diberikan tentang Sejarah Singkat Lahirnya Sumpah Pemuda Dan Isi
Sumpah Pemuda semoga informasi yang diberikan bermanfaat dan dapat menambah ilmu
pengetahuan anda.

http://www.pelajaran.co.id/2017/31/sejarah-singkat-lahirnya-sumpah-pemuda-dan-isi-sumpah-
pemuda.html
Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda
Indonesia
By dudungPosted on 12/12/2014

Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda Indonesia – Sumpah Pemuda merupakan tonggak


utama dalam sejarah gerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai roh
kristalisasi untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Yang dimaksud dengan “Sumpah Pemuda” adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang
diadakan selama dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).

Keputusan ini menegaskan cita-cita akan menjadi “tanah air Indonesia”, “rakyat Indonesia”,
dan “Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk “asosiasi
kebangsaan Indonesia” dan bahwa “di semua surat kabar yang diterbitkan dan dibaca dalam
pertemuan asosiasi antar muka”.

Sumpah Pemuda

Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan pengakuan Pemuda Indonesia yang berjanji
satu negara, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28
Oktober 1928 hasil rumusan kerapatan Pemuda-Pemudi atau Kongres Pemuda Indonesia,
yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pemuda.

Kongres Pemuda yang diadakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Mahasiswa
Indonesia Himpunan Mahasiswa (GN) yang terdiri dari mahasiswa dari seluruh wilayah
Indonesia. Kongres ini dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi pemuda.

Ide penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi menjadi
tiga pertemuan.
Pertemuan pertama, Sabtu, 27 Oktober, 1928, di laksanakan di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (GOC), Waterlooplein sekarang Lapangan Banteng. Dalam sambutannya,
Ketua GN Sugondo Djojopuspito berharap konferensi ini akan memperkuat semangat
persatuan di benak pemuda.

Acara dilanjutkan dengan penjelasan tentang makna dan Moehammad Yamin hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurut dia, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan
Indonesia, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Pertemuan kedua, Minggu, 28 Oktober, 1928, di laksanakan di Gedung Oost-Java Bioscoop,


membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak-anak harus menerima kewarganegaraan
pendidikan, harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak-anak
juga perlu dididik secara demokratis.

Pada pertemuan Ketiga, di laksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat


Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan
kepanduan. Sementara Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan
dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak dan disiplin
diri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Panitia Kongres Lahirnya Sumpah Pemuda Adalah :


Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta : Abdul Muthalib Sangadji, Purnama Wulan, Abdul Rachman, Raden
Soeharto, Abu Hanifah, Raden Soekamso, Adnan Kapau Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van
Indie), Saerun (Keng Po), Anta Permana, Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu,
Sarmidi Mangunsarkoro, Assaat, Sartono, Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur voor inlandsch
Zaken), Emma Puradiredja, Soejono Djoenoed Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko Marsaid,
Hamami, Soekamto, Jo Tumbuhan, Soekmono, Joesoepadi, Soekowati (Volksraad), Jos
Masdani, Soemanang,

Kadir, Soemarto, Karto Menggolo, Soenario (PAPI & INPO), Kasman Singodimedjo,
Soerjadi, Koentjoro Poerbopranoto, Soewadji Prawirohardjo, Martakusuma, Soewirjo,
Masmoen Rasid, Soeworo, Mohammad Ali Hanafiah, Suhara, Mohammad Nazif, Sujono
(Volksraad), Mohammad Roem, Sulaeman, Mohammad Tabrani, Suwarni, Mohammad
Tamzil, Tjahija, Muhidin (Pasundan), Van der Plaas (Pemerintah Belanda), Mukarno,
Wilopo, Muwardi, Wage Rudolf Soepratman, Nona Tumbel. Dll..

Formulasi Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang
disajikan untuk Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres
(sebagai utusan kepanduan) berbisik ke Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de
resolutie (saya memiliki formulasi yang lebih elegan untuk ini keputusan Kongres),

yang kemudian Soegondo memberi tanda tangan setuju pada selembar kertas, kemudian
diteruskan kepada orang lain untuk inisial setuju juga. sumpah tersebut dibacakan oleh
Soegondo awalnya dan kemudian dijelaskan panjang lebar oleh Yamin.

http://www.dosenpendidikan.com/sejarah-lahirnya-sumpah-pemuda-indonesia/
Lahirnya Sumpah Pemuda
1. Kongres Pemuda I - 1926

Sejak awal tahun 1920an pertemuan antara sesama organisasi pemuda telah beberapa kali
diadakan.

Sungguh pun sulit menyatukan berbagai organisasi pemuda karena perbedaan latar belakang
pendiriannya, orientasi & ideologi yang dianutnya, tapi ada kesamaan tujuan yaitu untuk
kemajuan bangsa.

Selama beberapa tahun diperdebatkan bentuk persatuan yang diinginkan, apakah masing2
organisasi akan terikat dalam penggabungan yang longgar (federasi) atau semua perkumpulan
meleburkan diri menjadi satu (fusi).

Untuk diketahui, beberapa organisasi atau kempok pemuda yang pernah ada masa itu &
kemudian membidani lahirnya Sumpah Pemuda tercatat antara lain:

1. Jong Java
Nama ini menggantikan Tri Koro Dharmo pada Kongres ke 1 di Solo tahun 1918, dengab
tokohnya a.l. Dr. Satiman Wirjosandjojo, Wongsonegoro, Sutomo, dll.

2. Jong Sumatranen Bond (JSB)


Dideklarasikan di gedung Stovia, Jakarta, pada 2 Desember 1917, dengan tokohnya a.l. M.
Hatta, M. Yamin, AK. Gani, dll.

3. Jong Ambon
Sejak tahun 1918 sudah berupaya mempersatukan pemuda asal Maluku, dengan tokohnya J.
Leimena.

4. Jong Celebes
Menerbitkan majalah "Suara Celebes" dengan tokohnya a.l. Arnold Mononutu & M.
Mokoginta.

5. Jong Bataks Bond


Tokohnya yang terkenal adalah Amir Syarifuddin.

6. Jong Minahasa
Didirikan tahun 1918 dengan salah satu tokohnya GR. Pantouw.

7. Jong Timoreesch Verbond


Salah satu tokoh pemudanya JW. Amalo.

8. Pemuda Kaum Betawi


Dengan tokohnya yang terkenal M. Husni Thamrin.

9. Sekar Rukun
Organisasi yang berasal dari Sunda.

10. Indonesisch Studieclub


Didirikan pada 11 Juni 1924 di Surabaya, dengan salah 1 tokohnya dr. Soetomo.

11. Algemene Studieclub


Didirikan di Bandung dengan tokohnya Soekarno & Anwari, kelak menjadi Partai Nasional
Indonesia (PNI).

12. Perhimpunan Indonesia


Didirikan tahun 1908 di Belanda dengan nama Indische Vereeniging, dengan tokohnya a.l.
M. Hatta, Achmad Soebardjo, Iwa Kusumasumantri, dll.

13. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)


Didirikan tahun 1925 beranggotakan mahasiswa sekolah tinggi di Jakarta & Bandung, dengan
tokohnya a.l. M. Yamin, AK. Gani, dll.

14. Pemuda Indonesia


Dulunya bernama Jong Indonesia, berdiri pada 20 Pebruari 1927 di Bandung, dengan
tokohnya a.l. Kantjasungkono, Sunardi Moeljadi, dll.

15. Jong Islamieten Bond (JIB)


Didirikan bulan Januari 1926 dengan tokohnya a.l. H. Agus Salim, M. Roem, dll.

Tanggal 15 Nopember 1925 diadakan pertemuan antara utusan Jong Java, JIB, perwakilan
JSB, Jong Ambon, Jong Minahasa, Sekar Rukun & beberapa peminat lainnya, di Gedung Lux
Orientis di Jakarta. Mereka membicarakan kemungkinan diadakan pertemuan pemuda yang
lebih luas & mencakup lebih banyak organisasi pemuda.

Mereka sepakat membentuk Kerapatan Besar Pemuda, dengan ketuanya M. Tabrani (Jong
Java) & berhasil mengadakan pertemuan di Jakarta pada 30 April 1926 yang dikenal dengan
nama Kongres Pemuda 1.

Beberapa wakil pemuda yang menonjol dengan pidatonya adalah:

1. Sumarto (Jong Java) dengan judul "de Indonesische Eenheidsgedachte" atau "Indonesia
Bersatu.

2. Bahder Djohan dengan judul "Kedudukan Wanita Dalam Masyarakat Indonesia".

3. Pinontoan dengan judul "Kewajiban Agama Dalam Pergerakan Kebangsaan".

Pada tanggal 2 Mei 1926 masih dalam Kongres, M. Yamin menyampaikan pidato terpanjang
dengan judul "Kemungkinan2 Masa Depan Bahasa & Sastra Indonesia".

Sebagian sasaran dalam Kongres ini tercapai, yaitu menerima & mengakui cita2 persatuan
Indonesia meski perumusannya masih samar2, tapi gagal membentuk badan sentral yang
dicita2kan.

2. Kongres Pemuda II - 1928

Panitia kongres yang tidak membubarkan diri meneruskan usahanya dengan mengadakan
pertemuan lanjutan pada 15 Agustus 1927 atas inisiatif Jong Java, di Bioskop Java &
dinamakan "Na-Conferentie".

Pertemuan "Na-Conferentie" berikutnya diadakan pada 20 Pebruari 1927. Pertemuan ini


belum menghasilkan kemajuan berarti karena fusi yang diidam2kan belum bisa disepakati
peserta.

Pertemuan selanjutnya pada 23 April 1927 berhasil mencapai beberapa kesepakatan meski
wadah tunggal belum terbentuk, a.l. mengenai cita2 kemerdekaan & berupaya menuju
penyatuan wadah tunggal organisasi pemuda.

Tanggal 17 Desember 1927 terbentuk Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan


Indonesia (PPPKI).

Tanggal 3 Mei 1928 & 12 Agustus 1928, di Gedung Indonesia Clubgebouw atau sering
disebut Indonesische Clubhuis, di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, diadakan pertemuan untuk
membentuk Pantia Kongres Pemuda 2. Hasilnya, Soegondo Djojopuspito dari PPPKI terpilih
sebagai Ketua.

Tanggal 27 Oktober 1928, bertempat di Gedung Katholieke Jonglingen Bond Waterloopein


di Jalan Lapangan Banteng, diadakan rapat pertama.

Tanggal 28 Oktober 1928, pagi sampai siang, diadakan rapat kedua di Oost Java Bioscoop,
Koningsplein Noord, atau Medan Merdeka Utara 14.

Sore harinya, diadakan rapat ketiga yang berlokasi di Gedung Indonesische Clubhuis, di Jalan
Kramat Raya 106, atau yang sekarang dinamakan Gedung Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda 2 ini tidak hanya dihadiri oleh utusan organisasi pemuda tapi juga dari
organisasi dewasa, perorangan, anggota Volksraad & pers. Diperkirakan lebih dari 750 orang
hadir termasuk dari pemerintah Hindia-Belanda, Dr. Pijper & Van der Plas.

Pada rapat ke 3 ini, salah satu tokoh pemuda yang pernah mencetuskan Manifesto Politik,
Mr. Sunario Sastrowardoyo, menjadi pembicara dengan tema pentingnya nasinalisme
Indonesia & demokrasi. Ketika Sunario berpidato, M. Yamin menyerahkan secarik kertas
perumusan kepada Ketua Panitia.

Sebelum disahkan oleh, panitia memberikan kesempatan kepada M. Yamin untuk


menjelaskan rumusan yang dibuatnya. Sebelum dibacakan, terlebih dahulu diperdengarkan
lagu Indonesia Raya yang digubah oleh WR. Soepratman.

Setelah disetujui oleh panitia, putusan kongres yang dirumuskan oleh M. Yamin kemudian
dituangkan dalam Naskah Kongres. Setelah itu secara aklamasi sidang memberikan
pengesahan yang diiringi tepuk tangan meriah & teriakan "Hidup Persatuan!" dari peserta.

Demikianlah Kongres Pemuda 2 telah berhasil menelurkan keputusan yang penting bagi
bangsa Indonesia, dengan apa yang dikenal sebagai SUMPAH PEMUDA.
http://www.sejarawan.com/179-lahirnya-sumpah-pemuda.html
ahun 1926 merupakan awal dari peristiwa sejarah lahirnya sumpah pemuda 1928. Mulanya
berawal dari para tokoh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajara Indonesia) serta para
cendekiawan yang mengemukakan idenya mengenai masalah untuk menyatukan seluruh
organisasi berbasis pemuda yang ada di Indonesia.
Pertemuan yang diadakan telah berlangsung selama 1 tahun sejak tahun 1926, hingga
akhirnya diperoleh hasil tepat pada tanggal 20 Februari 1927.

Tepat pada bulan Mei tahun 1928 pertemuan diadakan kembali dan berlanjut pada pertemuan
selanjutnya tanggal 12 Agustus 1928 yang merupakan pertemuan terakhir. Pertemuan
terakhir tersebut juga dihadiri oleh seluruh barisan organisasi pemuda yang ada di Indonesia.
Dari pertemuan tersebut akhirnya dihasilkan keputusan yakni akan diadakan Kongres pada
bulan Oktober mendatang. Sementara itu, untuk susunan panitianya adalah masing-masing
organisasi memiliki satu jabatan.

Sejarah lahirnya sumpah pemuda 1928 dilanjutkan dengan menyusun panitia kongres pada
bulan Agustus yang semua organisasi pemuda juga terlibat di dalamnya. Selain organisasi
PPPI, organisasi lain juga terlibat, diantaranya seperti Jong Java, Jog Celebes, Jong
Soemantranen Bond, dan organisasi lainnya. Sementara itu, tokoh-tokoh yang juga terlibat di
dalamnya adalah J. Leimena, Muhammad Yamin, serta Sugondo Djojopuspito.

Peristiwa Sejarah lahirnya sumpah pemuda 1928 tersebut juga mengungkapkan bahwa
kongres pemuda yang terjadi berlangsunG dalam kurun waktu 2 hari, yakni tepat pada
tanggal 27 hingga 28 Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya yang merupakan ciptaan dari W.R
Supratman merupakan salah satu lagu kebangsaan yang juga dinyanyikan saat penutupan
rapat. Namun bedanya lagu tersebut hanya dimainkan instrumennya saja.

Dari hasil kongres tersebut akhirnya dihasilkan sebuah rumusan Sumpah Pemuda.
Moehammad Yamin merupakan penulis dari teks Sumpah Pemuda ini. Rumusan Sumpah
Pemuda itu juga telah disetujui oleh Soegondo Djojopuspito yang merupakan ketua dari
kongres ini. Rumusan Sumpah Pemuda ini akhirnya dibacakan oleh Soegondo, dan
Moehammad Yamuin pun juga turut berperan memberikan keterangan secara detail.

Isi dari Teks Sumpah Pemuda tersebut, yaitu: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.

http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/591.html
Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa <?xml:namespace prefix = st1 ns =
"urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" />Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun
686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya
dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti
berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku
di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara
maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya,
antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-
Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun
(Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang
berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan
(lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan
kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye
Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti
Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah
Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia,
bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul
dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda
Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat.
Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam
memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat
maupun daerah.

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas%20Tentang%20S
ejarah%20Bahasa%20Indonesia
Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
SEJARAH BAHASA INDONESIA
1) Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa
yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan-peninggalan misalnya:
1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan
sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang
berasal dari luar indonesia.
Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para
pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
2) Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari
“Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya
sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara
pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan
bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai
oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa
indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di
Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik,
bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai
adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja
di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di
gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu
yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia
merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami
dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu
bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari
748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali
menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu
lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di perguruan-
perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai
forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh
semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta
makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang
dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak
budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari
bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan
dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu
menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh
bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan
penuh dengan tantangan.
Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya
sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri cultural, yang ke
dalam menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia,
yaitu:
1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak
di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
2. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara berserta
fungsinya
Sebagai Bahasa Nasional
Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari “Sumpah Pemuda” lebih tepatnya, Dinyatakan
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memilki fungsi-fungsi sebagai berikut
:1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat
dan Budaya.
adapun penjelasanya :

1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.


Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan
dengan digunakan nya bahasa indonesia dalam bulir-bilir Sumpah Pemuda. Yang bunyinya
sebagai berikut :
Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia.


Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.
2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan
dengan masih digunakannya Bahasa Indonesia sampai sekarang ini. Berbeda dengan negara-
negara lain yang terjajah, mereka harus belajar dan menggunakan bahasa negara
persemakmurannya. Contohnya saja India, Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan
Bahasa Inggris.3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan
dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam berbagai macam media komunikasi. Misalnya
saja Buku, Koran, Acara pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena Indonesia adalah
negara yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka harus ada bahasa pemersatu
diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan Kedudukan keempat dari Kedudukan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda
Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.
4.Bahasa Indonesia sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras,
adat istiadat dan Budaya.
Agar semua bangsa indonesia memiliki bahasa pemersatu dalam berkomunikasi walaupun
berbeda – beda asal,suku,ras dan adat
Sebagai Bahasa Negara
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
juga berkedudukan sebagai bahasa negara.
Pada tanggal 25-28 Februari 1975, Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang
diselenggarakan di jakarta. berikut fungsi dan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara adalah :1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
adapun penjelasanya :
1. Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam adminstrasi
kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk
tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen
dan keputusankeputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan
badanbadan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-
pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia.
Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam
hubungannya dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsinya sebagai
bahasa resmi kenegaraan dengan sebaikbaiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam
pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan,
penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam
pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil
maupun militer, dan pemberian tugas-khusus
baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan dilembaga-lembaga pendidikan
baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pengantar di segala jenis
dan tingkat pendidikan di seluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997), masih
merupakan masalah yang meminta perhatian.
3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintah
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi
juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan
bahasanya sama.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita
membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki
identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian
pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia. Dengan
demikian masyarakat bangsa kita tidak
tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan hal itu, Suhendar dan
Supinah (1997) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah atu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah.
https://abdulkhamid12.wordpress.com/bahasa-indonesia/materi/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa-indonesia/
Awal penciptaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa, bermula dari Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928. Paska kemerdekaan, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa nasional.

Namun tahukah Anda asal-muasal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia dikembangkan dari
salah satu dialek bahasa Melayu. Sebuah bahasa Austronesia–Melayu-Polinesia– yang
digunakan sebagai lingua franca atau bahasa pergaulan, di kepulauan Indonesia selama
berabad-abad, lalu distandarisasi.

Dalam buku berjudul A-Z Seputar Indonesia yang diterbitkan oleh Kawan Pustaka dijelaskan,
proses standardisasi ini telah dilakukan sejak zaman penjajahan Jepang. Awalnya bahasa
Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi, mengikuti ejaan Belanda.

Lalu pada 1972, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Bahasa Indonesia terus
bergerak dan dinamis, serta menyerap kata-kata dari bahasa asing. Contohnya pura, kepala,
mantra, cinta, kaca yang diambil dari bahsa Sanksekerta. Masjid, kalbu, kursi, doa, khusus,
selamat yang diambil dari bahasa Arab, dan lain sebagainya.

1. Bahasa Melayu Riau

Presiden Soekarno memang tidak memilih bahasanya sendiri, yaitu bahasa Jawa sebagai
bahasa persatuan. Namun Soekarno memilih bahasa Indonesia yang didasarkan dari bahasa
Melayu–dari Provinsi Riau, Sumatera– dan biasa dituturkan di Riau.

Buku karangan Desi Saraswati berjudul Indonesia Kaya Bahasa yang diterbitkan Pacu Minat
Baca menjelaskan, mengapa Soekarno memilih bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
Indonesia. Pertimbangannya sebagai berikut:

1. Jika menggunakan bahasa Jawa, suku bangsa atau golongan lain di Indonesia akan merasa
dijajah oleh suku Jawa yang merupakan golongan mayoritas di Indonesia.

2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan bahasa Melayu Riau. Dalam bahasa
Jawa, ada tingkatan bahasa halus, biasa, kasar, dan digunakan berbeda, dari segi usia, derajat,
atau pangkat.

3. Pertimbangannya suku Melayu berasal dari Riau dan bahasa tersebut sangat mudah
dimengerti dan ekspresif. Selain itu pengucapan dan tata bahasanya cukup mudah.

4. Penggunaan bahasa Melayu tak terbatas di Indonesia, tapi juga di Malaysia, Brunei, dan
Singapura. Saat itu negara tersebut masih dijajah Inggris, maka Melayu sebagai bahasa
persatuan diharapkan dapat menumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme.

5. Dengan memilih bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bisa bersatu kembali.

http://www.informasi123.id/sejarah-lahirnya-bahasa-indonesia/
Sejarah dan Asal Usul Bahasa Indonesia
Nasional
Author admin - October 28, 2014
0

Sebagai negara kepulauan dengan banyak suku dan adat di dalamnya, Indonesia juga
memiliki beragam bahasa yang unik kepada setiap suku. Dari bahasa-bahasa yang banyak
tadi juga masih terbagi-bagi lagi menjadi dialek-dialek yang berbeda. Perbedaan ini, jika
tidak ditanggapi secara serius akan menimbulkan ketidakharmonisan komunikasi antara satu
daerah dengan daerah lainnya, karena itulah muncul bahasa nasional yang bersamanya juga
membawa sejarah bahasa Indonesia yang diperjuangkan mati-matian pada era kebangkitan
bangsa beberapa puluh tahun yang lalu.

Awal Mula Bahasa Indonesia


Mungkin sejarah bahasa Indonesia pertama ditemukan di sekitar pesisir pulau Sumatera
bagian tenggara, dimana yang ditemukan adalah aksara pertama bahasa Melayu atau Jawi.
Temuan tersebut kemudian mengindikasikan adanya penyebaran bahasa ini ke hampir
seluruh tempat di Nusantara dari tempatnya ditemukan. Hal ini tidak lepas dari campur
tangan kerajaan Sriwijaya yang saat itu menjadi penguasa jalur perdagangan di area
Nusantara.

Nama Melayu muncul dari nama sebuah kerajaan yang didirikan di Jambi tepatnya di Batang
Hari, bernama kerajaan Malayu. Di kerajaan ini, diketahui bahwa bahasa Melayu masyarakat
Jambi secara keseluruhan menggunakan dialek “o”, dimana akhir kalimat yang diakhiri
dengan alfabet a akan diubah menjadi o seperti misalnya “kemano” yang merupakan dialek o
dari kata “kemana”. Nantinya, dialek Melayu ini akan terus berkembang dan menjadi
semakin banyak ragamnya seiring semakin banyaknya tempat yang menggunakan dialek ini.
Dalam perkembangannya, penggunaan kata “Melayu” sendiri akhirnya menjadi jauh lebih
luas dibandingkan daerah kerajaan Malayu yang hanya mencakup sebagian kecil dari pulau
Sumatera. Hal ini disebut dalam Kakawin Negarakertagama sebagai asal-usul mengapa pulau
Sumatera memiliki sebutan lain sebagai Bumi Melayu.

Sejarah bahasa Indonesia baru menjadi “resmi” ketika pada awal abad ke-20, mulai ada
perpecahan bentuk baku tulisan pada bahasa Melayu. Pada tahun 1901, Indonesia yang masih
menjadi Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan Persekutuan Tanah Melayu
yang nantinya menjadi bagian dari Malaysia mengadopsi ejaan Wilkinson 3 tahun setelahnya.

Commissie Voor de Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat (KRB) dibentuk pemerintah
Belanda sebagai bentuk intervensi pada tahun 1908 dan nantinya akan berubah nama menjadi
nama yang dikenal baik sebagai Balai Poestaka. Dengan D.A. Rinkes sebagai pimpinannya,
KRB menjalankan sebuah program pada tahun 1910, yaitu pembuatan perpustakaan kecil di
tiap sekolah pribumi dan fasilitas-fasilitas pemerintah yang diberi nama program Taman
Poestaka.

Akibat program Taman Poestaka yang diluncurkan oleh pemerintah Belanda, terjadi
perkembangan yag pesat dimana 700 perpustakaan telah terbangun pada tahun 1912. Program
ini melahirkan berbagai anak bangsa yang hobi mencari ilmu dan membaca yang akhirnya
menuntun pada terjadinya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Sumpah Pemuda memainkan peran penting dalam sejarah bahasa Indonesia, terutama
penggunaannya sebagai bahasa Nasional. Sumpah Pemuda sendiri sebenarnya adalah hasil
putusan yang diterima dari Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 87 dan 28 Oktober 1928.
Dalam salah satu isi Sumpah Pemuda tertuliskan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia
memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Pada
kongres ini juga Muhammad Yamin mengatakan bahwa ada dua kemungkinan bahasa yang
bisa menjadi bahasa persatuan yaitu Jawa dan Melayu, dan Yamin berpendapat bahwa bahasa
Melayu yang akan menjadi bahasa pergaulan.

Penyempurnaan Ejaan
Bahasa Indonesia mengalami beberapa kali pengubahan ejaan, dimana ejaan pertama diberi
nama ejaan van Ophuijsen. Ejaan ini merupakan ejaan Melayu yang dituliskan menggunakan
huruf Latin, dan disusun oleh Charles van Ophuijsen serta Nawawi Soetan Ma’moer &
Moehammad Taib Soetan Ibrahim sebagai pembantunya dalam penyusunan ejaan ini pada
tahun 1896. Ciri khas ejaan ini adalah:

 Ejaan ini menggunakan ï sebagai pembeda huruf i yang digunakan untuk akhiran serta
sebagai pengganti huruf y.
 Penggunaan huruf j sebagai pengganti y dalam kata-kata: jang, sajang, pajah, dan
lainnya.
 Penggunaan huruf oe sebagai pengganti u dalam kata-kata: goeroe, boeang, dan
semacamnya.
 Penggunaan diakritik seperti petik satu untuk mengganti huruf k seperti misalnya
pada: ma’moer, ta’, pa’, dan lain-lain.

Ejaan pengganti Ophuijsen adalah ejaan Republik yang dikenal juga dengan nama ejaan
Soewandi. Ejaan ini diresmikan pada 19 Maret 1947 dan memiliki ciri sebagai berikut:

 Huruf oe tidak lagi digunakan, dan mulai menggunakan huruf u.


 Penggunaan petik satu untuk bunyi sentak digantikan dengan huruf k seperti
misalnya: sentak, tidak, tak, dan lain sebagainya.
 Penggunaan angka 2 untuk kata yang diulang seperti: main2, makan2, dan lain-lain.
 Tidak adanya perbedaan antara awalan di- dengan kata depan di.

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden
dan menjadi dasar penulisan yang berlaku hingga saat ini. Dalam ejaan ini, ada beberapa hal
berubah:

 Penggunaan huruf c yang menggantikan tj seperti misalnya pada kata-kata: tjontoh,


tjandra, tjatjing, dan lainnya.
 Dj digantikan dengan huruf j.
 Penggantian ch menjadi kh.
 Pengubahan penulisan nj menjadi ny.
 Perubahan sj menjadi sy, dan yang terakhir
 Perubahan j menjadi y.

Sejarah bahasa Indonesia merupakan sebuah sejarah perjuangan suatu bangsa untuk
menetapkan eksistensinya di mata negara lain. Perjuangan bangsa Indonesia untuk
menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa Nasional bukanlah perkara mudah, mengingat
Indonesia sempat dijajah berkali-kali, dan hal itu mengubah cara pengejaan kata per kata
meskipun tidak begitu signifikan.

Sekian penjelasan singkat mengenai sejarah dan asal usul bahasa Indonesia yang ternyata
terdapat sejarah yang cukup panjang hingga akhirnya bahasa indonesia itu bisa terbentuk dan
diresmikan. Terima kasih telah mengunjungi Kumpulan Sejarah.

http://www.portalsejarah.com/sejarah-dan-asal-usul-bahasa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai