Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Gangguan Oksigenasi

Oleh:

I GUSTI NGURAH ADITYA WIRADHARMA 13.321.1940


Program Studi Ilmu Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2014
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo,
sulistyo, 2012). Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara
optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang
adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium ( Potter & Perry, 2006).

2. Epidemiologi
Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan 4
juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian
bayi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat
memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama
asfiksia neonatorum (27%) setelah (29%) (WHO, 2005). Menurut hasil riset kesehatan
dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan
pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum
(12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport
oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel–sel tubuh
yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan
dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit
jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin
disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan
berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi


Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan kejaringan
dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)

PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang


diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen


inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.

Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan


kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding dada Mencegah penurunan diafragma dan


(kerusakan muskulo) menurunkan diameter anteroposterior
thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.
Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :
1) Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus maka
uterus yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
2) Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru. Hal ini dikarenakan thorak
dan abdomen bagian bawah yang berat
3) Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi.
4) Konfigurasi structural yang abnormal
5) Trauma
6) Penyakit otot
7) Penyakit system persarafan
8) Perubahan system saraf pusat
9) Pengaruh penyakit kronis.

b. Faktor Perkembangan
1) Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
2) Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu,
selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.
ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan
tonsillitis.
3) Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan factor-faktor
resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak factor
resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-
obatan.
5) Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan dengan
osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot – otot pernapasan melemah
dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.

c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan. Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2) Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen.
Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu untuk
mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
3) Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
4) Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
d. Faktor Lingkungan
1) Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
2) Ansietas yaitu Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan
laju metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2006).

4. Patofisologi
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke dalam tubuh
tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob), sehingga
berubah menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak dengan cepat tetapi hal ini tidak
mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh sel vegetatif yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua eksotoksin,
yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi tidak
berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di
otot rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf
simpatis. Setalah pelapasan toksik yang mengakibatkan regitasi otot rangka, sehingga
menurunkan ekspansi dada yang mengakibatkan peningkatan RR sehingga terjadi
gangguan oksigenasi.
Trauma pada tulang rangka yang multiple yang menyebabkan hail chest sehingga
menyebabkan pernapsan paradoksal terjadi gangguan oksigenasi jika tidak terasa maka
akan terjadi hipoksia, tubuh mengonpensasi dengan pernapasan yang dalam dan frekuensi
yang cepat serta dipnea.
Pathway
Trauma
Invasi Clostridium
Tetani
Fraktur tulang rangka mutiple

Pelepasan Fail Chest


tetanuspasmik
dan tetanolisin

Px mengalami pernapasan
paradoksal
Rigiditas
otot
pernafasan
Gangguan Oksigenasi

Penurunan ekspansi Penurunan kadar oksigen


dada yang diinspirasi, penurunan
kadar hemoglobin dan
ketidakmampuan jaringan
untuk mengambil oksigen

RR meningkat, ,
penggunaan otot bantu
Hipoksia
pernafasan

Peningkatan Frekuensi Dipsnea


dan kedalaman
pernapasan

Ketidakefektipan
pola nafas
5. Perubahan Fungsi Pernapasan
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui
metabolism seluler. Hieprventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-
obatan, ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus
paru atau syok. Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha mengompensasi
asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis repiratorik. Tanda dan gejala
hiperventilasi adlaah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, tinnitus
dan penglihatan yang kabur.
b. Hipoventilaasi
Tertjai ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi
adalah pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, koma dan henti jantung. Terapi
umtuk penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati
penyebab yang mendasaro gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan oksigenasi
jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat jaringan Kondisi ini
terjadi akibat defesiensi pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler.
Hipoksia disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas
darah yang membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti terjadi pada
kasus keracunan sianida. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti
terjadi pada pada kasus
Pegpneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan yang buruk, sperti
pada syok dan keruskan vemtilasi. Tanda dan gejala hipoksia termsuk rasa cemas,
gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing perubahan
prilaku, pucat dan sianosis.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari ujung kepala sampai kaki
klien untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding dada.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah
kerja thorak, daearah nyeri, tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi
taktil fremitis, getaran dada, angkatan dada dan titik impuls maksimal.
c. Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya
udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
d. Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang normal maupun yang tidak normal.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
8. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1) Pemantauan Hemodinamika
2) Pengobatan bronkodilator
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4) Penggunaan ventilator mekanik
5) Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisafan lender
b. Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3) Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
b. Pengisapan lendir
9. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Objektif
1) Dispnea : kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan bernapas,
yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif.
2) Mengi : Mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan napas yang
sebagian tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi atau ekspirasi.
3) Nyeri : Menggunakan visual pain
4) Terlihat penggunaan otot bantu pernapasan
5) Klien tanpak gelisah
b. Data Subjektif
1) Klien mengatakan nyeri pada dadanya
2) Klien mengeluhkan sulit bernapas
c. Pemeriksaan Fisik
Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks (pucat, biru,
kemerahan). Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan untuk
menentukan kecukupan pertukaran gas.
1) Inspeksi. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman,
takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang,
dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori
pernapasan.
2) Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau
di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding
dada. Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk
mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi.
3) Perkusi : Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan
mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga
menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-
resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik.
4) Auskultasi : mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan
mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu
mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara
yang diucapkan atau dibisikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan Deformitas tulang
3. Rencana Asuahan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan askep NIC label : Airway


Pola Napas 3 x 24 jam, pasien dapat Management
mendapatkan asupan
1. buka saluran
oksigen yang baik 1. Untuk
udara
melalui ventilasi yang memudahkan klien
menggunakan
optimal dengan criteria berbafas
chinlift atau
hasil :
teknik jawthrust
NOC label
sesuai dengam
a. Respiratory Status :
kebutuhan
Airway Patency
Dengan criteria hasil
2. Posisi pasien
: 2. Untuk
untuk
1. Kecepatan memaksimalkan
memaksimalkan
pernapasan masukan udara
potensial
2. Ritme
ventilasi
pernapasan
3. Kedalaman
inspirasi 3. hilangkan sekret 3. Untuk mengatasi
4. Kegelisahan dengan dispnea klien
5. Takut mendorong
6. Dipnea saat tidur batuk atau
b. Respiratory penyedotan
status :
Ventilation
1. Perkusi suara NIC label :
2. Vital Mechanical
kapasitas Ventilation
3. Penggunaan 1. Untuk mengetahui
1. pantau
otot bantu penggunaan otot
kelelahan otot
4. Dada retraksi bantu pernafasan
pernapasan
5. Asimetris
dada 2. Untuk mengetahui
2. pantau
adanya kegagalan
kegagalan
pernafasan
pernafasan.

3. Untuk mengetahui
3. lakukan
pola pernafasan
fisioterapi dada
klien

NIC label :
Oxygen
Therapy

1. Untuk
1. Bersihkan oral,
memudahkan
hidung, dan
pernafasan klien
trakheal sesuia
kebutuhan

2. Untuk
2. pertahankan memaksimalkan
patensi jalan pernafasan klien
napas
3. Siapkan 3. Untuk kebutuhan
peralatan oksigenasi klien
oksigen

4. Monitor aliran 4. Agar klien dapat


oksigen mendapatkan
oksigen yang tepat

5. Pantau 5. Agar klien merasa


kecemasan nyaman dengan
pasien yang pemasangan
berhubungan oksigenasi
dengan
kebutuhan
terapi oksigen

4.Evaluasi
S : Klien mengatakan nyaman setelah diberikan terapi oksigen
O : Klien tidak menggunakan otot bantu pernapsan serta tidak terdengar suara mengi
dank lien tidak tampak dipnea.
A : Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan Deformitas tulang
P : Lanjutkan intervensi untuk oksigen therapy
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :


Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United
States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-
2011. Jakarta : EGC.
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.
Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha Ilmu
Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai