PENDAHULUAN
1
f. Bagaimana Bentuk-bentuk Komunikasi
g. Bagaimana Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga ?
h. Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok atau tenaga kesehatan lainnya?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengertian Komunikasi
b. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengertian Komunikasi Menurut Para
Ahli
c. Untuk mengetahui Apa Fungsi Komunikasi Terapeutik
d. Untuk mengetahui Bagaimana Faktor-faktor penghambat dalam proses komunikasi
terapeutik
e. Untuk mengetahui Bagaimana Tingkatan Komunikasi
f. Untuk mengetahui Bagaimana Bentuk-bentuk Komunikasi
g. Untuk mengetahui Bagaimana Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga
h. Untuk mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok atau tenaga
kesehatan lainnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Stuart G.W (1998)
Menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
4
9. Bentuk hubungan
10. Konteks hubungan saat ini.
11. Isi pesan (seperti topik-topik yang menimbulkan kepekaan dan berdampak secara
emosional)
2. Komunikasi publik
Komunikasi public adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang
besar. Memberikan kuliah pada sebuah ruangan yang dipenuhi pelajar dan berbicara pada
kelompok pelanggan pada promosi kegiatan adalah contoh dari komunikasi publik.
Menjadi seorang komunikasi yang kompeten yang menghadapi membutuhkan
kemampuan untuk membayangkan dirinya berbicara pada sebuah kelompok.
5
Kemampuan panggung khusus seperti penggunaan postur, gerakan tubuh, dan nada
bicara membantu pembicara untuk mengekspresikan ide-idenya.
6
2.7 Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga
2.7.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu
yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).
Departemen Kesehatan RI (1988). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam kadaan saling tergantung.
7
e. Kesamaan (Equality)
Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang
lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.
8
2.7.4 Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga
1. Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun
puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari
keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak –
anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal.
Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn
usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun
mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
2. Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia.
Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih
merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di
luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ;
penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.
3. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan
dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan
kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai
mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan
teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang
dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia
remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan
anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya
dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara-
saudara kandung tetap penting.
9
dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di
mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam
bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan
dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari
pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut
untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa
dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.
10
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat
merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau
struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau
ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi
yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini
adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
11
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga
kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek
smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam
buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus
berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan
informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat
melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat
tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan
dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan
emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).
Komunikasi terapeutik pada kelompok yaitu Komunikasi antara Perawat dengan Dokter,
Komunikasi antara Perawat dengan Perawat, Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi
respiratorik, Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi, Komunikasi antara Perawat
dengan Ahli Gizi.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan
dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan
bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik
dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik
terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
13
DAFTAR PUSTAKA
Zaidin (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/komunikasi-dalam-keluarga/
Arifin, Anwar. 1977 Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung : penerbit Armico
Suryani (2005), Komunikasi Terapeutik; teori &praktik. Jakarta: EGC
Widjaja, A.W.2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
14