Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat
sebagai petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu
komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui
perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok
ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh
petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Komunikasi ?
b. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli ?
c. Apa Fungsi Komunikasi Terapeutik ?
d. Bagaimana Faktor-faktor penghambat dalam proses komunikasi terapeutik ?
e. Bagaimana Tingkatan Komunikasi ?

1
f. Bagaimana Bentuk-bentuk Komunikasi
g. Bagaimana Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga ?
h. Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok atau tenaga kesehatan lainnya?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengertian Komunikasi
b. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengertian Komunikasi Menurut Para
Ahli
c. Untuk mengetahui Apa Fungsi Komunikasi Terapeutik
d. Untuk mengetahui Bagaimana Faktor-faktor penghambat dalam proses komunikasi
terapeutik
e. Untuk mengetahui Bagaimana Tingkatan Komunikasi
f. Untuk mengetahui Bagaimana Bentuk-bentuk Komunikasi
g. Untuk mengetahui Bagaimana Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga
h. Untuk mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok atau tenaga
kesehatan lainnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis.

2.2 Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli


1. Potter dan Perry, (2010)
Menurut potter dan perry komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi
perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran
sampai kematian. Oleh karna itu, dibutuhkan pembentukan komunikasi terapeutik.
Perawat berkomunikasi dengan orang lain yang mengalami tekanan, yaitu: klien,
keluarga, dan teman sejawat.
2. Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina, (2010:11-12)
Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secar
sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komter
merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien.
Komter berlangsung secara verbal dan non verbal. Dalam komter ada tujuan spesifik,
batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama,
timbal balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi perasaan.
3. Mahmud Machfoedz, (2009:104)
Komunikasi Terapeurik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan
pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh pasien.

3
4. Stuart G.W (1998)
Menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
dalam membina hubungan intim yang terapeutik.

2.3 Fungsi Komunikasi Terapeutik


Fungsi komunikasi terapeutik menganjurkan kerja sama antara perawat dan klien.
Perawat berusaha mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994). Proses komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku klien dan membantu klien dalam rangka mengatasi
persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif, fungsi
komunikasi terapeutik adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan
diri klien.

2.4 Faktor-faktor penghambat dalam proses komunikasi terapeutik


Ada beberapa faktor dalam hambatan proses komunikasi terapeutik, yaitu :
Menurut Linda Carman Copel, banyak faktor latar belakang klien yang mempengaruhi
proses komunikasi dan berdampak pada hasil interaksi perawat-klien. Beberapa faktor yang
paling umum adalah:
1. Budaya
2. Nilai (kepercayaan dan peraturan kehidupan masyarakat)
3. Status social
4. Keadaan emosional (perasaan yang mempengaruhi pola komunikasi)
5. Orientasi spiritual
6. Pengalaman internal (seperti dampak biologis dan psikologis yaitu bagaimana seseorang
menginterpretasikan situasi kehidupan)
7. Kejadian-kejadian di luar individu.
8. Sosialisasi keluarga mengenai komunikasi.

4
9. Bentuk hubungan
10. Konteks hubungan saat ini.
11. Isi pesan (seperti topik-topik yang menimbulkan kepekaan dan berdampak secara
emosional)

2.5 Tingkatan Komunikasi


Komunikasi terjadi pada tingkatan intrapersonal, dan umum. Komunikasi intrapersonal
terjadi didalam diri individu,merupakan model bicara seorang diri atau dialog internal yang
terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah
kesadaran diri yang mempengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Konsep diri yang
positif dan kesadaran diri yang datang melalui dialog internal dapat membantu perawat
mengekspresikan diri secara tepat kepada oranglain.
1. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau didalam kelompok
kecil. Seringkali bersifat saling berhadapan dan merupakan tipe yang paling sering
digunakan dalam situasi keperawatan. Komunikasi individual bersifat terus menerus
memperhatikan lawannya. Komunikasi interpersonal yang sehat menimbulkan terjadinya
pemecahan masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi.
Dalam keperawatan , terdapat banyak situasi yang menantang kemampuan komunikasi
interpersonal. Menjadi anggota komite perawat memacu kemampuan perawat untuk
mengekspresikan ide-idenya dengan jelas dan meyakinkan. Komunikasi interpersonal
adalah inti dari praktik keperawatan. Seorang perrawat apat membantu klien dalam
tingkatan interpersonal yang bermakna.

2. Komunikasi publik
Komunikasi public adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang
besar. Memberikan kuliah pada sebuah ruangan yang dipenuhi pelajar dan berbicara pada
kelompok pelanggan pada promosi kegiatan adalah contoh dari komunikasi publik.
Menjadi seorang komunikasi yang kompeten yang menghadapi membutuhkan
kemampuan untuk membayangkan dirinya berbicara pada sebuah kelompok.

5
Kemampuan panggung khusus seperti penggunaan postur, gerakan tubuh, dan nada
bicara membantu pembicara untuk mengekspresikan ide-idenya.

2.6 Bentuk-bentuk Komunikasi


1. Komunikasi Verbal
Meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata adalah media
atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan., menimbulkan
respons emosional, atau menggambarkan objek atau observasi, kenangan atau
kesimpulan. Kata-kata juga digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi ,
menguji minat orang lain atau tingkat kepedulian atau untuk mengekspresikan
kecemasan atau rasa takut. Bahasa akan menjadi efektif hanya jika setiap orang yang
berkomunikasi memahami pesan tersebut dengan jelas.
2. Komunikasi Non-verbal
Tindakan sering kali dapat mengatakan lebih banyak daripada kata-kata.
Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata.dan
merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada
oranglain. Kita secara terus menerus berkomunikasi secara non verbal dalam pertemuan
dimana kita saling bertemu.gerakan tubuh memberikan makna yang jelas daripada kata-
kata. Komunikasi non verbal lebih kuat daripada komunikasi verbal. Perawat harus
waspada akan adanya komunikasi non verbal yang mengkuti pesan verbal yang
disampaikan pada klien. Klien mungkin merasakan adanya rsa ketidakpercayaan atau
kecemasan ketika muncul ketidaktepatan antara pesan verbal dan non verbal perawat.
Ungkapan seperti, “Selamat pagi, apa kabar?” dapat memberikan eberapa makna bagi
klien jika nada bicara dan eksprsi wajah perawat tidak sesuai dengan kata-kata yang
diucapkannya. Pesan verbal harus menguatkan atau diikuti oleh isyarat non-verbal yang
tepat misalnya ketika perawat bertemu dengan klien, pertahankan kontak mata dan bicara
dengan suara yang tenang dan memberikan rasa aman kepada klien.

6
2.7 Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga
2.7.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu
yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).
Departemen Kesehatan RI (1988). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam kadaan saling tergantung.

2.7.2 Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga


Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka
dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi
memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap
segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.
b. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang
dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun
tanggapan orang tersebut.
c. Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih
diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.
d. Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa
yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.

7
e. Kesamaan (Equality)
Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang
lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.

2.7.3 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga


1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan
anggota keluarga (ayah, ibu, anak)
2. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan
yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan
pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak
menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi
yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan,
perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
3. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran
ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan
pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal,
memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan
kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat,
sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak
yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda.
Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

8
2.7.4 Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga
1. Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun
puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari
keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak –
anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal.
Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn
usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun
mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
2. Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia.
Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih
merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di
luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ;
penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.
3. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan
dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan
kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai
mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan
teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang
dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia
remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan
anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya
dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara-
saudara kandung tetap penting.

2.8 Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Atau Tenaga Kesehatan Lainnya


2.8.1 Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama

9
dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di
mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam
bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan
dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari
pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut
untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa
dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.

2.8.2 Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

10
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat
merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau
struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau
ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi
yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini
adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

2.8.3 Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang
untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.
Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat.
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan
mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain
itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk
klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan
otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

2.8.4 Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di

11
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga
kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek
smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam
buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus
berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan
informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat
melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat
tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan
dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan.

2.8.5 Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak
setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika
perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli
gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan
emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).
Komunikasi terapeutik pada kelompok yaitu Komunikasi antara Perawat dengan Dokter,
Komunikasi antara Perawat dengan Perawat, Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi
respiratorik, Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi, Komunikasi antara Perawat
dengan Ahli Gizi.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan
dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan
bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik
dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik
terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Zaidin (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/komunikasi-dalam-keluarga/

Arifin, Anwar. 1977 Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung : penerbit Armico
Suryani (2005), Komunikasi Terapeutik; teori &praktik. Jakarta: EGC
Widjaja, A.W.2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Daimayanti, Mukhripah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung.


PT Refika Aditama

14

Anda mungkin juga menyukai