Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Kehamilan merupakan periode seorang wanita dengan embrio atau fetus

yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di tubuhnya.

Salah satu yang dapat mempengaruhi kehamilan adalah status gizi ibu sebelum

dan selama kehamilan. Status gizi ibu hamil haruslah normal, karena ketika ibu

hamil mengalami gizi kurang atau berlebih akan banyak komplikasi kehamilan

dan berdampak pada janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, kelompok ibu

hamil perlu mendapat perhatian.

Salah satu permasalahan gizi ibu hamil adalah kekurangan energi kronis

(KEK). Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan

karena kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan

tahun. Kekurangan energi kronis pada ibu hamil masih menjadi masalah yang

belum terselesaikan sampai saat ini

Hal ini dapat dilihat dari prevalensi KEK di Indonesia berdasarkan

Riskesdas tahun 2013 yang masih relatif besar yaitu 24,2%. Berdasarkan masalah

tersebut, permasalah pemenuhan gizi di Indonesia masih menjadi salah satu

perhatian khusus.1

Sustainable development goals (SDG’s) adalah salah satu program PBB

dalam meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat. Kesehatan ibu

dan anak adalah salah satu program SDG’s yang ditujukan untuk menekan angka

1
kematian ibu dan anak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No 97 tahun 2014 dijelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu pra hamil

meliputi pengawan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janin lahir sehat

dan cerdas. Faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil adalah

kurangnya informasi tentang penting keseimbangan gizi pada ibu pra-hamil.

Dari hasil analisis situasi tersebut, salah satu upaya perbaikan gizi adalah

melalui penyuluhan dan pembekalan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan

ibu hamil mengenai persiapan sebelum kehamilan seperti gizi pra hamil serta

solusi alternatif mengenai permasalahan yang dihadapi ibu yang mengalami KEK.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan data laporan bulanan Puskesmas Pemurus Dalam pada 2018

menunjukkan selama bulan Januari–Oktober 2018 terdapat 422 ibu hamil . Dari

data tersebut terdapat 22% ibu hamil berisiko tinggi yang mendapat pelayanan dan

atau rujukan di wilayah kerja Puskesmas Pemurus Dalam. Hasil tersebut melebihi

dari target pencapaian puskesmas yaitu <20% dari seluruh ibu hamil yang tercatat

dipuskesmas.6

Berdasarkan data laporan bulanan Puskesmas Pemurus Dalam pada 2018

menunjukkan selama bulan Januari–Oktober 2018 terdapat 4 ibu nifas dengan

neonatus. Dari data tersebut terdapat 14,6% neonates berisiko tinggi yang

mendapat pelayanan dan atau rujukan di wilayah kerja Puskesmas Pemurus

Dalam. Hasil tersebut melebihi dari target pencapaian puskesmas yaitu <10% dari

seluruh neonatus yang tercatat dipuskesmas.6

2
Berdasarkan kedua masalah tersebut dapat dipahami bahwa kemungkinan

tingginya ibu hamil berisiko tinggi berhubungan dengan tingginya neonatus yang

berisiko tinggi.

Berdasarkan pelaporan Puskesmas Pemurus Dalam tahun 2017

menunjukkan angkata kejadian ibu hamil dengan KEK sebesar 32 orang dan

mendapat makanan tambahan sebanyak 11 orang berdasarkan data diatas dapat

dilihat masalah yang terjadi yakni kejadian ibu hamil KEK tidak seluruhnya

mendapatkan makanan tambahan.

Berdasarkan laporan bulanan Puskesmas Pemurus Dalam tahun 2018,

didapatkan 35 orang …….

Berdasarkan penelitian Sri Handayani di jelaskan bahwa faktor risiko

terjadinya KEK antara lain : 1). Usia, 2). Pendidikan, 3). Pendapatam, 4). Bebas

kerja, 5). Jarak kelahiran, permasalahan seperti yang terdapat pada uraian dalam

latar belakang akar permasalahan yang akan di kaji dalam Program Belajar

Lapangan ini.

3
Gambar 1.1 Diagram …… .

Usia

Pendidikan Pendapatan

Ibu Hamil
Beban KEK Jarak kelahiran
Pekerjaan

Ibu Bayi

Anemia Keguguran
Perdarahan antepartum Abortus
Terinfeksi penyakit Bayi lahir mati
Persalinan lama dan sulit Kematian neonatal
Persalinan premature Cacat bawaan
Perdarahan postpartum Asfiksia intra
Persalinan dengan metode partum
cesar cenderung BBLRS
menigkat

4
C. Alternatif pemecahan masalah

Tabel 1.1 Daftar masalah dan alternatif

No Masalah Pemecahan Masalah


Man:
kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai pentingnya gizi bagi
1. kehamilan serta Terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi
kehamilan

Biaya operasional penyuluhan


terhadap wahita usia subur dan ibu
2. hamil khususnya mengenai gizi
seimbang yang tidak ada di dalam
anggaran tahunan puskesmas

Methode:

Cara yang digunakan dalam


3. menyampaikan informasi tentang
pentingnya gizi seimbang pra hamil
dan saat hamil kurang interaktif dan
aplikatif dalam kehidupan
Market:

Kurangnya frekuensi promosi


4. kesehatan tentang Gizi ibu pra-
hamil dan ibu hamil

Material:
5. Media sosialisasi tentang gizi ibu
pra hamil yang kurang beragam.

5
D. PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah

masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Metode yang dapat dilakukan dalam

penentuan prioritas masalah dibedakan atas 2, yaitu: secara scoring dan non-

scoring. Kedua metode tersebut pelaksanaanya berbeda-beda dan pemilihannya

berdasarkan data yang tersedia. Dalam kegiatan PBL ini, prioritas pemecahan

masalah menggunakan teknik scoring jenis metode CARL. Pemilihan prioritas

dilakukan dengan memberikan score untuk berbagai parameter tertentu yang telah

ditetapkan. Metode CARL merupakan metode terbaik yang dipilih karena pada

metode ini biaya (cost) tidak terlalu diperhitungkan dan data yang digunakan

bersifat kualitatif. Setelah didapatkan daftar masalah dan alternatifnya, maka

ditentukan prioritas untuk pemecahan permasalahan berdasarkan prioritas.


1. Metode CARL (Capability, Accesability, Readness, Leverage) dengan

menggunakan skor nilai 1 – 5.

Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

 C: Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana atau peralatan).


 A: Kemudahan, masalah yang ada diatas atau ridak kemudahan dapat

didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang

pelaksanaan seperti peraturan.


 R: Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti

keahlian/kemampuan dan motivasi.


 L: Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam

pemecahan yang dibahas. Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x

L, uraian ranking atau prioritas adalah nilai tertinggi samapai nilai terendah.

6
Untuk menentukan prioritas masalah tersebut di atas penulis memilih metode

CARL yang memperhitungkan mengenai :

a. Kemampuan (Capability)

Adalah ketersediaan sumber daya dana dan sarana/peralatan diberi skor

1–5 yaitu :

1. Sama sekali tidak tersedia

2. Tersedia dan terbatas

3. Tersedia namun kurang

4. Tersedia dan cukup

5. Tersedia dan melimpah

b. Kemudahan(Accessibility)

Adalah ukuran mudah atau tidaknya masalah diatasi didasarkan pada

ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti

peraturan/juklak, diberi skor 1-5 yaitu:

1. Tidak mungkin diselesaikan

2. Mungkin tapi sangat sulit

3. Mungkin tapi sulit

4. Bisa diubah

5. Sangat mudah

c. Kesiapan (Redness)

Adalah kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran

seperti keahlian/kemampuan dan motivasi. Diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Tidak siap dalam 10 tahun ke depan

7
2. Tidak siap dalam 5 tahun ke depan

3. Siap dalam 1 tahun ke depan

4. Siap dalam 1-3 bulan ke depan

5. Siap, hanya perlu dimotivasi

d. Daya Ungkit (Leverage)

Adalah seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain

dalam pemecahan masalah. Diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Tidak bermakna dalam 1 tahun ke depan

2. Tidak bermakna dalam 6 bulan ke depan

3. Bermakna dalam 3 bulan ke depan

4. Bermakna bulan depan

5. Sangat bermakna dan merubah segalanya

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas masalah

Metode CARL digunakkan apabila pelaksana program masih mempunyai

keterbatasan (belum siap) dalam menyelesaikan masalah.Penggunaan metode ini

menekankan pada kemampuan pelaksana program.

 Kelebihan pengunaan metode CARL


Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas masing-

masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya.


 Kekurangan penggunaan metode CARL
1. Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi.
2. Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor perlu

kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan

peringkat (prioritas).
3. Objektifitas hasil peringkat masalah kurang bisa dipertanggungjawabkan

karena penentuan skor atas kriteria yang ada bersifat subyektif.


8

Anda mungkin juga menyukai