Step 1
Step 2
Step 3
1. Mengapa penderita merasa mual dan muntah disertai keringat dingin ?
Mual dikarenakan : beberapa sensorik berupa cahaya, nyeri, rasa stress. Yang akan
mempengaruhi sarah parasimpatis, yg mempengaruhi system kerj gastrointestinal, yg
menyebabkan lambung menghasilkan asam lambung tinggi, yg merusak lambung itu
sendiri sehingga jadi mual.
Bila ada rangsangan stress akan ada mediator, yg di sebabkan aliran darah jantung yg
tidak normal, sehinggatimbul rangsangan nyeri selain dri asam lambung yang tinggi.
Keringat dingin : Aliran darah di jantung kkurang karena ada sumbatan, sehingga
distribusi panas kurang, karena distribusi oksigen di sekuruh tubuh kurang.
AP
1. Tipikal : mempunyai ciri” iskemi miokardium
2. Atipic : nyeri yang meragukan
3. Non kardiak : nyeri yg jelas berasal dari luar jantung.
Cardial : Koroner : karena suplai aliran darah coroner tidak mencukupi seperti pada
infark
Non cardial : nyeri akibat kelainan paru” dan pleura seperti pleuritis, bronkopneumonia
6. Apa pengaruh RPK dan gaya hidup (merokok, jarang olahraga, tidak mengontrol pola
makan, BMI nya 32 kg/m, dengan riwayat hipertensi) dengan nyeri dada ?
Jarang olahraga dan Obesitas (tinggi kadar lipid) yg bisa mempengaruhi pembentukan
plak di pemb darah (berkaitan dengan factor risikonya).
Hipertensi : frekuensi sistolik meningkat sehingga menurunkan suplai darah di jantung.
7. Apa hubungan tekanan darah 150/85 mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit dengan keluhan
nyeri dada, ?
Frekuensi nadi : Nadi merupakan tekanan yg di akibatkan darah saaat fase sistolik. Pada
hipertensi darah meningkat otomatis frek nadi meningkat.
Farmakologis :
1. Aspirin
2. Beta blockers
3. ACEi
4. Golongan nitrat
5. Antagonis kalsium
Konsep Maping
Lifestyle
Hipertensi
Nyeri Dada
Pemeriksaan Fisik
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang
*EKG
*Kadar lipid
Sebagian besar orang dengan angina pectoris kronik merasa nyeri apabila melakukan
kerja fisik atau mengalami perubahan emosi yang akan meningkatkan metabolism
jantung atau mengkontriksikan pembuluh darah koroner untuk sementara waktu
akibar sinyal saraf vasokonstriktor simpatis. Disisi lain, kerja simpatis tersebut
menekan saraf parasimpatis yang memicu pergerakan di organ pencernaan akibatnya
gerak peristaltic menurun dan akumulasi cairan di saluran pencernaan menjadikan
rasa penuh di lambung dan menjadi pusat mual atau muntah.
Sumber : Fisiologi Guyton and Hall
http://www.medicinesia.com/harian/nyeri-dada-pada-sindrom-koroner-akut/
b. Perikardikal
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma.
Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal, tetapi dapat
menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti
ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau
bergerak. Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan
tertentu dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri
angina. Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum
dan punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.
c. Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi
untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat
timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark
miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler
serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
d. Gastrointestinal
Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri
esofageal. Neri esofageal lokasinya ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu
dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat
menyerupai nyeri angina.
Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster kadang – kadang dapat
menyebabkan nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal.
Nyeri seperti terbakar yang sering bersama – sama dengan disfagia dan regurgitasi
bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas
untuk kelainan esofagus. Foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test
perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu
menegakan diagnosa.
e. Mulkuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik,
berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri
pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga
timbul pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak
demikian.
f. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak
di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa
adanya kelainan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional
dengan nyeri iskemik miokard.
g. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat
menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru
akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai
dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer
lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu
exercise. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar
ke pleura, organ medianal atau dinding dada.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3548/1/gizi-bahri7.pdf
Nyeri dada yang dirasakan pasien menyebar ke lengan diklasifikasikan sebagai nyeri alih.
Nyeri alih merupakan nyeri yang berasal dari salah satu daerah di tubuh tapi dirasakan
terletak di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang
dipersarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan viskus nyeri tersebut.
Apabila dialihkan ke permukaan tubuh, maka nyeri visera umumnya terbatas di segmen
dermatom tempat organ visera tersebut berasal pada masa mudigah, tidak harus di tempat
organ tersebut pada masa dewasa.
Saat ini penjelasan yang paling luas diterima tentang nyeri alih adalah teori konvergensi-
proyeksi. Menurun teori ini, dua tipe aferen yang masuk ke segmen spinal (satu dari
kulit dan satu dari otot dalam atau visera) berkonvergensi ke sel-sel proyeksi
sensorik yang sama (misalnya sel proyeksi spinotalamikus). Karena tidak ada cara
untuk mengenali sumber asupan sebenarnya, otak secara salah memproyeksikan
sensasi nyeri ke daerah somatik (dermatom).
Sebagai contoh, iskemia/infark miokardium menyebabkan pasien merasa nyeri hebat di
bagian tengah sternum yang sering menyebar ke sisi medial lengan kiri, pangkal leher,
bahkan rahang. Nyeri diperkirakan disebabkan oleh penimbunan metabolit dan defisiensi
oksigen, yang merangsang ujung-ujung saraf sensorik di miokardium. Serat-serat saraf
aferen naik ke SSP melalui cabang-cabang kardiak trunkus simpatikus dan masuk ke
medulla spinalis melalui akar dorsalis lima saraf torakalis paling atas (T1-T5). Nyeri
jantung tidak dirasakan di jantung tetapi beralih ke bagian kulit (dermatom) yang
dipersarafi oleh saraf spinalis (somatik) yang sesuai, karena itu, daerah kulit yang
dipersarafi oleh lima saraf interkostalis teratas dan oleh saraf brachialis interkostal (T2)
akan terkena. Di dalam SSP tentunya terjadi sejumlah penyebaran impuls nyeri karena
nyeri kadang-kadang terasa di leher dan rahang.
4. Mengapa nyeri terjadi setiap melakukan aktivitas berat?
6. Apa pengaruh RPK dan gaya hidup (merokok, jarang olahraga, tidak mengontrol pola
makan, BMI nya 32 kg/m, dan riwayat hipertensi) dengan nyeri dada ?
Merokok
Merokok menyebabkan akumulasi toksi di pembuluh darah yang menimbulkan
aterosklerosis yang pada akhirnya memicu timbulnya hipertensi. Akibat adanya plak
aterosklerosis ini, lumen pembuluh darah menyempit dan memudahkan terjadinya oklusi
(penyumbatan) pembuluh darah terutama di arteri koronaria. Oklusi ini mengakibatkan
aliran darah koroner tidak adekuat. Sebagai akibatnya, terjadilah iskemia miokard. Terjadi
penurunan perfusi jantung yang berakibat pada penurunan intake oksigen dan akumulasi
hasil metabolisme senyawa kimia. Akumulasi metabolit ini timbul karena suplai oksigen
yang tidak adekuat, maka sel-sel miokard mengompensasikan dengan berespirasi
anaerob. Sebagai produk sampingannya yaitu asam laktat. Asam laktat membuat pH sel
menurun. Perubahan metabolisme sel-sel miokard inilah yang menstimulasi reseptor
nyeri melalui symphatetic afferent di area korteks sensoris primer (area 3,2,1 Broadman)
yang menimbulkan nyeri di dada.
Hubungan riwayat merokok dengan nyeri dada yaitu bahwa merokok memicu
timbulnya plak aterosklerosis. Plak ini memicu hipertensi dan oklusi pembuluh darah
jantung termasuk arteri koronaria. Terjadilah iskemia miokard yang pada akhirnya akan
menimbulkan rasa nyeri di dada melalui mekanisme yang telah dijelaskan di atas.
Kandungan rokok : rokok mengandung ribuan senyawa kimia yang bersifat toksin,
karsinogenik, dan terotogenik. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung di rokok antara
lain nikotin, tar, caffeine, dietil eter, polifenol, naftalena, dan senyawa berbahaya lainnya.
Senyawa-senyawa kimia dalam rokok menurunkan HDL dalam tubuh sehingga timbul
plak aterosklerosis, misalnya di arteri koronaria. Plak ini mudah mencetuskan trombosis
yang membentuk trombus sehingga terjadi iskemik miokard yang menimbulkan nyeri
dada.
Swartz, Op.cit., hal. 196-197.
7. Apa hubungan tekanan darah 150/85 mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit dengan keluhan
nyeri dada, ?
Bisoprolol
Farmakologi:
Bisoprolol adalah zat penyekat (blocking) adrenoreseptor beta-1 selektif (kardioselektif)
sintetik tanpa aktivitas stabilisasi membran yang signifikan atau aktivitas simpatomimetik
intrinsik pada dosis terapi. Namun demikian, sifat kardioselektivitasnya tidaklah mutlak,
pada dosis tinggi (≥20 mg) bisoprolol fumarat juga menghambat adrenoreseptor beta-2
yang terutama terdapat pada otot-otot bronkus dan pembuluh darah; untuk
mempertahankan selektivitasnya, penting untuk menggunakan dosis efektif terendah.
Farmakodinamik:
Mekanisme kerja antihipertensi dari bisoprolol belum seluruhnya diketahui. Faktor-faktor
yang terlibat adalah:
1. Penurunan curah jantung
2. Penghambatan pelepasan renin oleh ginjal.
3. Pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada otak.
Pada orang sehat, pengobatan dengan bisoprolol menurunkan kejadian takikardia yang
diinduksi oleh aktivitas fisik dan isoproterenol. Efek maksimum terjadi dalam waktu 1-4
jam setelah pemakaian. Efek tersebut menetap selama 24 jam pada dosis ≥5 mg.
Penelitian secara elektrofisiologi pada manusia menunjukkan bahwa bisoprolol secara
signifikan mengurangi frekuensi denyut jantung, meningkatkan waktu pemulihan sinus
node, memperpanjang periode refrakter AV node dan dengan stimulasi atrial yang cepat,
memperpanjang konduksi AV nodal.
Bisoprolol juga dapat diberikan bersamaan dengan diuretik tiazid. Hidroklorotiazid dosis
rendah (6,25 mg) digunakan bersamaan dengan bisoprolol fumarat untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi ringan samapai sedang.
Farmakokinetik:
Bioavailabilitas dosis oral 10 mg adalah sekitar 80%. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan. Metabolisme lintas pertama bisoprolol fumarat sekitar 20%. Ikatan
dengan protein serum sekitar 30%. Konsentrasi puncak plasma pada dosis 5-20 mg terjadi
dalam 2-4 jam, dan nilai puncak rata-rata berkisar dari 16 ng/ml pada 5 mg hingga 70
ng/ml pada 20 mg. Pemberian bisoprolol fumarat sekali sehari memperlihatkan adanya
variasi kadar plasma puncak intersubyek kurang dari dua kali lipat. Waktu paruh
eliminasi plasma adalah 9-12 jam dan sedikit lebih lama pada penderita usia lanjut, hal ini
disebabkan menurunnya fungsi ginjal. Steady state dicapai dalam 5 hari, pada dosis sekali
sehari. Akumulasi plasmanya rendah pada penderita usia muda dan tua; faktor akumulasi
berkisar antara 1,1 sampai 1,3, sesuai dengan yang diharapkan dari kinetik urutan
pertama dan pemberian sekali sehari. Konsentrasi plasma pada dosis 5-20 mg adalah
proporsional. Karakteristik farmakokinetik dari kedua enansiomer adalah serupa.
Bisoprolol fumarat dieliminasi melalui ginjal dan bukan ginjal, sekitar 50% dari dosis,
tetap dalam bentuk utuh di urin dan sisanya dalam bentuk metabolit tidak aktif. Kurang
dari 2% diekskresikan melalui feses. Bisoprolol fumarat tidak dimetabolisme oleh
sitokrom P450 II D6 (debrisoquin hidroksilase).
Pada subyek dengan bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit, waktu paruh plasma
meningkat kira-kira 3 kali lipat dari orang sehat. Pada penderita sirosis hati, eliminasi
bisoprolol fumarat lebih bervariasi dalam hal kecepatan dan secara signifikan lebih
lambat dari orang sehat, dengan waktu paruh plasma berkisar antara 8,3 hingga 21,7 jam.
Indikasi:
Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bisa digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap bisoprolol fumarat
Bisoprolol dikontraindikasikan pada penderita cardiogenic shock, kelainan jantung,
AV blok tingkat II atau III, bradikardia sinus.
Dosis:
Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg sekali
sehari. Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan
ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosi awal 2,5 mg sekali
sehari.
Efek samping:
Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia,
ansietas, konsentrasi berkurang.
Sistem saraf otonom: mulut kering.
Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan ritme lainnya, cold extremities,
klaudikasio, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
Psikiatrik: insomnia, depresi.
Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia, mual, muntah, diare, konstipasi.
Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot, tremor.
Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan,
berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus
Khusus: gangguan visual, sakit mata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
Metabolik: penyakit gout.
Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis.
Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi, penyakit Peyronie, sistitis, kolik
ginjal.
Hematologi: purpura
Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri dada, peningkatan berat badan.
Interaksi obat:
Bisoprolol sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta
bloker.
Bisoprolol sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan
obat-obat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AV seperti kalsium
antagonis [khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin
(diltiazem) atau obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit bisoprolol.
http://www.dexa-medica.com/en/our-product/prescriptions/ogb/Bisoprolol
9. Apa pemeriksaan penunjang untuk pem diagnosis ?