Tubes Menkon
Tubes Menkon
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………....
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Manajemen Kontruksi. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai persyaratan dalam mengikuti kuliah Manajemen Kontruksi pada Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
1. Bapak ir.Wahidin,M.T
2. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat
3. Rekan-rekan kelas 3SA yang sudah membantu dalam proses pembuatan makalah
ini.
Dengan selesainya laporan ini, penulis mengharapkan agar laporan ini dapat
bermanfaat dalam menunjang proses perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, khususnya tentang
Praktek Kerja Sistem Saluran dan Pembuangan.
MAKALAH
MANAJEMEN KONTRUKSI
Disusun Oleh :
ADRIAN TANDO 061730100001
M. NAUFAL ANDYMAS 061730100010
3 SA
Dosen Pembimbing :
Ir.Wahidin,M.T.
NIP : 195405311985031008
Kontraktor (Pemborong) berasal dari kata “kontrak” artinya surat perjanjian atau
kesepakatan kontrak bisa juga berarti sewa, jadi kontraktor bisa disamakan dengan orang
atau suatu badan hukum atau badan usaha yang di kontrak atau di sewa untuk menjalankan
proyek pekerjaan berdasarkan isi kontrak yang dimenangkannya dari pihak pemilik proyek
yang merupakan instansi /lembaga pemerintahan, badan hukum, badan usaha, maupun
perorangan, yang telah melakukan penunjukan secara resmi Berikut aturan-aturan
penunjukan, dan target proyek ataupun order/pekerjaan yang di maksud tertuang dalam
kontrak yang di sepakati antara pemilik proyek (owner) dengan kontraktor pelaksana.
Wilayah bidang usaha kontraktor sebenarnya sangat luas,dan setiap kontraktor memiliki
fokus usaha dan spesialisasi di bidangnya masing-masing seperti kontraktor bangunan
penyedia jasa pelaksana kontruksi, kontraktor bidang jasa pengadaan tenaga kerja, kontraktor
bidang pertahanan dan militer, dan lain-lain.
Kontraktor adalah perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan orang atau
perusahaan lain untuk memasok barang atau menyelesaikan jasa tertentu. Bidang kerjanya
mungkin pembangunan gedung, pembuatan jalan raya, pembangunan instalasi listrik, dan
penyediaan ribuan generator. Dalam prakteknya, sebuah perusahaan kontraktor tidak
menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut secara sendirian. Bahkan, bila nilai proyeknya
besar, maka kontraktor tersebut mencari puluhan atau ratusan kontraktor lain untuk
menyelesaikan proyek. Ringkasnya, perusahaan tersebut mensubkontrakkan pekerjaan ke
perusahaan-perusahaan lain, contohnya di bidang properti.
Pengadaan Barang dan Jasa - Proses pengadaan barang dan jasa di pemerintahan saat
ini memasuki sebuah babak baru, yaitu dengan mulai diterapkannya pengadaan
barang/jasa berbasis elektronik atau e-procurement.
Apa yang dimaksud dengan e-procurement ?
E-Procurement atau lelang secara elektronik adalah proses pengadan barang/jasa
dalam lingkup pemerintah yang menggunakan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi
dalam setiap proses dan langkahnya.Dasar hukum pelaksanaan e-procurement adalah UU
No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, Perpres No. 54 Tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP
No. 1 Tahun 2011 tentang Tata Carae-Tendering.
Secara umum, e-procurement dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu e-tendering dan e-
purchasing. E-Tendering adalah proses pengadaan barang/jasa yang diikuti oleh penyedia
barang/jasa secara elektronik melalui cara satu kali penawaran, sedangkan E-Purchasing
adalah proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui katalog elektronik.
E-Tendering sama persis dengan pola pengadaan yang selama ini dilaksanakan secara
manual, perbedaannya hanya seluruh tahapan dilaksanakan secara elektronik, sedangkan
E-Purchasing menggunakan cara yang sama sekali berbeda. Pengguna barang/jasa tinggal
memilih barang/jasa yang diinginkan melalui katalog elektronik yang terbuka serta
transparan. Katalog ini disusun oleh LKPP melalui sebuah kontrak payung kepada
Produsen atau penyedia utama, sehingga harga yang ditawarkan dipastikan jauh lebih
rendah dibandingkan harga pasaran.
Bagaimana perbedaan antara E-Procurement dengan Pengadaan konvensional ? Saya
akan coba memaparkan pada beberapa tahapan utama.
1. Persiapan
Tahap ini khusus untuk PPK dan Panitia. Yang perlu diperhatikan pada tahapan ini
adalah dokumen pemilihan. Dokumen untuk e-proc dengan konvensional amat berbeda,
utamanya pada tahapan pengadaan, penyampaian dokumen dan bentuk surat penawaran
serta lampirannya.
2. LPSE
Pelaksanaan pengadaan secara elektronik membutuhkan sebuah unit khusus di
pemerintahan, unit tersebut bernama Layanan Pengadaan Secara Elektronik disingkat
LPSE. LPSE inilah yang berfungsi sebagai penghubung antara PPK/Panitia dengan
Penyedia Barang/Jasa melalui aplikasi e-procurement.
LPSE bertugas untuk membangun sistem e-proc, memberikan username dan
password kepada semua pihak yang terlibat, memberikan pelatihan kepada semua pihak
yang terlibat, serta menjaga, merawat, dan memperbaiki sistem e-procurement.
Oleh sebab itu, apabila ada yang hendak melaksanakan lelang secara elektronik, atau
hendak ikut lelang yang dilaksanakan secara elektronik, silakan menghubungi LPSE
terdekat atau LPSE yang melaksanakan pengadaan barang/jasa.
3. Pengumuman
Pengumuman lelang e-procurement berbeda dengan lelang konvensional. Kalau
lelang konvensional, pengumumannya dapat dilihat di halaman depan Portal LPSE pada
fitur “Cari Lelang Non Eproc”. Sedangkan pada lelang e-proc, pengumumannya akan
tampil di halaman depan Portal LPSE di bawah tulisan “e-Procurement”. Pengumuman
yang lebih rinci dan detail sudah dimasukkan pada sistem LPSE. Termasuk jadwal
pemilihan mulai pengumuman sampai penandatanganan kontrak, nilai pagu, bahkan
sampai ke persyaratan kualifikasi.
4. Pendaftaran
Proses pendaftaran lelang mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dalam
sistem manual, panitia harus menyiapkan meja dan kursi khusus untuk menerima
pendaftar, juga harus ada orang yang menjaga untuk menerima pendaftar, serta
menyiapkan formulir pendaftaran untuk diisi oleh calon penyedia barang/jasa. Dari sisi
penyedia barang/jasa juga harus menyiapkan Surat Kuasa yang bermaterai kalau yang
mendaftar bukan direktur atau yang berada di dalam akte, dan persyaratan lainnya.
Namun, dengan sistem e-proc, pendaftaran dilakukan secara online saja. Dari sisi
panitia tidak melakukan apa-apa, cukup melihat layar monitor sekali-sekali untuk
mengecek jumlah pendaftar, dan dari sisi peserta cukup login menggunakan username dan
password yang telah dimiliki, membaca pengumuman lelang dan syarat-syaratnya,
kemudian mengklik tombol daftar pada lelang tersebut. Dengan mengklik tombol daftar,
maka secara otomatis sudah dilakukan penandatanganan Pakta Integritas juga.
Jadi tidak perlu meja pendaftaran, tidak perlu fotokopi SIUP, tidak perlu datang jauh-jauh
ke kantor pelaksana lelang, dan cukup dilakukan dari kantor penyedia masing-masing
sambil bersantai minum kopi.
5. Aanwijzing
Tahapan ini merupakan “momok” bagi panitia pengadaan di beberapa daerah.
Mengapa menjadi momok? Karena pada tahapan inilah seluruh pihak-pihak yang terlibat
berkumpul pada satu tempat, termasuk seluruh pendaftar yang berasal dari calon penyedia
barang/jasa.Hal ini karena ada pihak-pihak tertentu yang memang menginginkan adanya
keributan sehingga pembahasan dokumen pemilihan menjadi tidak efektif.
Dengan sistem e-procurement, tidak dilakukan tatap muka pada tahapan ini. Masing-
masing pihak cukup berada di depan komputer mereka. Penjelasan, pertanyaan dan
jawaban dilakukan secara online. Bentuknya mirip mengisi komentar pada facebook.
Panitia dan seluruh pendaftar pada lelang tersebut bisa saling bertukar penjelasan,
pertanyaan, dan jawaban. Dengan cara seperti ini, tidak ada kontak fisik yang terjadi, dan
tidak ada emosi yang tertumpah.
Tanya jawab dilakukan sampai batas waktu Aanwijzing selesai. Apabila jadwalnya
telah selesai, maka secara otomatis penyedia tidak bisa mengirimkan pertanyaan lagi,
namun panitia masih punya waktu minimal 1 jam untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan pada akhir waktu. Tugas berikutnya bagi panitia adalah menyusun
adendum dokumen pengadaan yang selanjutnya diunggah pada sistem LPSE.
6. Pemasukan Dokumen
Di dalam sistem lelang konvensional, kita mengenal sistem satu sampul, dua sampul,
dan dua tahap. Untuk e-procurement dikenal yang namanya satu file dan dua file. Yang
dulunya berupa sampul, sekarang berganti menjadi file. Dengan sistem ini, maka penyedia
tidak perlu repot-repot menyiapkan dana untuk fotokopi semua dokumen pendukung
kualifikasi (Akta, SIUP, kontrak-kontrak, dan lain-lain) serta dokumen administrasi
maupun teknis. Di beberapa lelang yang saya ikuti, dokumen ini kadang tingginya bisa
mencapai setengah meter dan beratnya berkilo-kilogram.
Seluruh dokumen yang sifatnya fisik, diganti menjadi elektronik dalam format PDF
atau JPEG.Dari semua dokumen itu, hanya 1 yang bentuknya masih harus secara fisik,
yaitu Jaminan Penawaran dan tidak dikirimkan ke panitia pengadaan melainkan dititipkan
ke LPSE penyelenggara.Satu yang WAJIB diperhatikan oleh penyedia, mohon seluruh
dokumen yang akan dikirim tidak dikompres menjadi file ZIP atau kompresi lainnya
seperti TAR atau RAR, karena ini akan menyebabkan dokumen tersebut tidak dapat
dibuka oleh panitia.
Sistem e-proc telah menyediakan sebuah aplikasi khusus yang akan menggabungkan
file yang akan dikirim sekaligus melakukan enskripsi data agar aman dari “kejahilan”
dunia maya. Aplikasi ini dibuat oleh Lembaga Sandi Negara dan dapat diunduh pada akun
masing-masing penyedia. Setelah dikompres dan dienskripsi, maka seluruh dokumen
yang sudah disiapkan (dokumen administrasi, teknis dan harga untuk sistem satu sampul;
dan dokumen administrasi dan teknis untuk dua sampul) akan menjadi 1 (satu) file saja.
Inilah yang disebut dengan sistem satu file, dan ini yang dikirim ke panitia untuk
dilakukan evaluasi.
7. Pembukaan Dokumen
Dalam sistem konvensional, tahap ini menjadi “momok” yang kedua setelah
Aanwijzing. Hal ini karena kembali seluruh penyedia barang/jasa berkumpul disatu
tempat untuk menyaksikan pembukaan dokumen pengadaan masing-masing. Setelah
dibuka, kemudian kelengkapan seluruh dokumen dicek satu persatu didepan seluruh
panitia dan peserta. Disini sering terlihat sesama peserta akan saling menjatuhkan dan
sikut-sikutan. Perbedaan yang tidak signifikan dan tidak substansial sering dipaksakan
untuk menjadi alasan ketidaklengkapan dokumen peserta lainnya.
Dalam sistem e-proc, tidak ada “kumpul-kumpul rekanan” pada satu tempat. Karena
pada tahapan ini yang dimaksud pembukaan artinya benar-benar hanya membuka
dokumen yang telah dikirimkan oleh peserta pengadaan. Seluruh file yang telah
dikirimkan oleh peserta, hanya dapat dibuka pada waktu yang telah ditentukan, yaitu pada
saat pembukaan dokumen. Pembukaan filenya juga tidak bisa menggunakan aplikasi
sembarangan, melainkan juga harus menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Lembaga
Sandi Negara.
Jadi, Berita Acara Pembukaan Dokumen hanya ditanda tangani oleh Panitia Lelang
dan diupload, tidak ada tandatangan 2 orang saksi, dan tidak ada kumpul-kumpul pada
tahapan ini di sistem e-proc.
8. Evaluasi
Tahapan evaluasi antara sistem konvensional dengan sistem e-proc sama saja. Yaitu
sama-sama memeriksa dokumen dari peserta. Yaitu dokumen administrasi, teknis, harga,
dan kualifikasi. Bedanya, pada sistem konvensional, panitia melihat dokumen fisik,
sedangkan pada sistem e-proc, panitia melihat layar komputer atau layar LCD Projector.
Kalau mau dicetak juga bisa, tapi akan boros kertas dan tidak bermanfaat, karena nanti
setelah dicetak akan dibuang kembali.
Salah satu persamaan lainnya adalah, panitia tetap diwajibkan untuk membuat Berita
Acara Evaluasi dan Berita Acara Hasil Pelelangan, karena kedua Berita Acara ini harus
diunggah ke dalam sistem dan nanti akan dapat diunduh oleh peserta lelang setelah
pengumuman pemenang.
9. Penetapan Pemenang
Pada tahapan ini di dalam sistem pengadaan konvensional, Ketua Panitia akan membuat
surat penetapan pemenang dan 2 cadangan.Pada sistem e-proc, seluruh kegiatan tadi
dilaksanakan hanya dengan klik pada tombol mouse dan sedikit pengetikan pada
keyboard. Ketua panitia mengklik pada nama peserta yang ditetapkan sebagai pemenang.
Secara otomatis peserta yang sudah disetujui akan menjadi pemenang dan tinggal
menunggu jadwal pengumuman untuk ditampilkan.
10. Pengumuman
Pada sistem konvensional, pengumuman dipasang pada papan pengumuman di
institusi masing-masing maupun di portal LPSE. Sedangkan untuk sistem e-procurement,
pengumuman pemenang dapat dilihat pada website LPSE serta seluruh peserta akan
dikirimi email secara resmi yang berisi pengumuman pemenang.
Pengumuman tidak hanya berisi nama perusahaan pemenang, melainkan juga akan
memperlihatkan siapa saja yang kalah, mengapa sampai kalah, gugurnya pada tahapan
mana, kenapa sampai gugur dan berapa harga masing-masing peserta. Jadi, setiap peserta
tidak akan berpraduga yang tidak-tidak mengenai hasil pengadaan. Masing-masing secara
terbuka akan mengetahui kesalahannya.
11. Sanggah
Dari 2 tahapan sanggah (sanggah awal dan sanggah banding), e-procurement hanya
melaksanakan 1 tahap saja, yaitu sanggah awal. Sanggahan hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan yang memasukkan dokumen penawaran. Sanggahan ini juga hanya dapat
dilihat oleh perusahaan yang memberikan sanggahan. Sistemnya mirip dengan aanwijzing
tetapi lebih dibatasi. Panitia juga hanya bisa menjawab sanggahan ini sebanyak 1 (satu)
kali saja.Apabila peserta lelang tidak puas dengan jawaban Panitia, maka dapat
melakukan sanggah banding yang kembali kepada sistem konvensional, yaitu melalui
surat kepada PA/KPA/Kepala Daerah dan ditembuskan kepada Inspektorat (APIP).
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran