JT 20130302 PDF
JT 20130302 PDF
SURYADI
Sari
Timah merupakan salah satu bahan tambang yang mendominasi dunia. Peningkatan output sumberdaya timah akan
mempengaruhi perekonomian Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh input terhadap output
serta skala hasil usaha timah, mengetahui nilai deplesi dan biaya lingkungan dari eksploitasi sumberdaya timah serta
untuk mengetahui nilai tambah bersih (Green GDP) sumberdaya timah di Indonesia. Metode penelitian menggunakan
analisis inferensia dan analisis deskriptif. Analisis inferensia dilakukan dengan menggunakan model regresi linear ber-
ganda. Model tersebut akan menjelaskan hubungan antara variabel bebas (X) terhadap satu variabel tak bebas (Y). Model
yang digunakan dalam menganalisis hubungan antara input dan output produksi timah adalah model fungsi produksi
Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang signifikan memengaruhi output timah adalah varia-
bel upah pekerja (X1), bahan bakar (X4) dan biaya transportasi (X6). Variabel upah pekerja dan variabel bahan bakar,
berpengaruh positif terhadap output timah. Variabel biaya transportasi berpengaruh negatif terhadap output timah. Nilai
elastisitas upah pekerja sebesar 0,490, elastisitas bahan bakar sebesar 0,736 dan elastisitas transportasi sebesar negatif
0,508. Skala hasil usaha pertambangan timah menunjukkan decreasing return to scale dengan nilai 0,947. Nilai tersebut
menunjukkan kurang dari 1 yang mengandung pengertian bahwa laju pertambahan produksi akan lebih kecil dari laju
pertambahan input. Nilai deplesi pada tambang timah sebesar 3,52 triliun dan imputasi biaya lingkungan sebesar 56,86
miliar rupiah. Nilai green GDP (PDB Hijau) komoditi timah pada tahun 2010 sebesar 4,82 triliun rupiah atau sebesar
45,31 % terhadap PDB konvensional.
ABSTRACT
Tin is a metal extracted from tin mining that dominate the world. The increase in output of tin resources will affect the
economy of Indonesia. This study aims to determine the effect of input to output and output scale of tin, to understand
the value of depletion and environmental costs of tin exploitation, and to determine net value added (Green GDP) of
tin in Indonesia. The research method used inference analysis and descriptive analysis. Inference analysis performed
using multiple linear regression models. The model would describe the relationship between the independent variables
(X) and the dependent variable (Y). The model used for analyzing the relationship between the input and output of tin
production is a Cobb-Douglas production function model. The results show that the variables which affect significantly the
output of tin are the wage variable (X1), fuel (X4) and transportation costs (X6). Wage and fuel variables affect positively
the output of tin. However, the costs affect negatively the output of tin. The elasticity of wage is 0.49, the elasticity of
fuel is 0.736 and the elasticity of transport is negative 0.508. The scale of tin mining shows decrease in returns to scale
with a value of 0.947. This value less than 1 implies that the rate of production will be less than the rate of input. Value
135 Naskah masuk : 22 Januari 2013, revisi pertama : 26 April 2013, revisi kedua : 19 Juni 2013, revisi terakhir : September 2013
Fungsi Produksi Serta Penyusunan Neraca Ekonomi dan Lingkungan pada ... Suryadi
depletion in the tin mines is 3.52 trillion and imputation environmental costs is 56.86 billion dollars. The value of tin
commodity on the green GDP in 2010 amounted to 4.82 trillion or 45.31 % of the conventional GDP.
136
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 135 – 144
Semakin banyak perizinan pertambangan timah Analisis inferensia dilakukan dengan menggunakan
yang diberikan, akan diikuti oleh peningkatan pe- model regresi linear berganda. Model tersebut akan
nyerapan tenaga kerja serta jumlah input produksi menjelaskan hubungan antara variabel bebas (X)
yang digunakan. Dengan demikian, pertumbuhan terhadap satu variabel tak bebas (Y). Tujuan analisis
ekonomi dapat ditingkatkan serta pendapatan ru- inferensia adalah untuk mengetahui faktor-faktor
mah tangga pekerja turut mengalami peningkatan. yang berpengaruh signifikan terhadap produksi
Namun pertambangan timah sangat riskan dengan timah Indonesia selama periode 1990-2011.
resiko terhadap kerusakan lingkungan jika perizinan
dilakukan tanpa pertimbangan yang matang. Untuk Model yang digunakan dalam menganalisis hubung-
itu, perlu usaha optimalisasi output atas input yang an antara input dan output produksi timah adalah
digunakan. model fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-
Douglas merupakan fungsi atau persamaan yang
Penelitian ini bertujuan untuk : melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang
a. Mengetahui pengaruh input terhadap output satu disebut sebagai variabel dependen (variabel
serta skala hasil usaha timah tak bebas), yaitu variabel yang dijelaskan (Y) dan
b. Mengetahui nilai deplesi dan biaya lingkungan variabel-variabel yang lain disebut sebagai variabel
dari eksploitasi sumberdaya timah independen (variabel bebas), yaitu variabel yang
c. Mengetahui nilai tambah bersih (Green GDP) menjelaskan (X). Secara matematis, fungsi tersebut
sumberdaya timah di Indonesia dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
METODOLOGI
dan apabila fungsi tersebut dilinearkan, akan
Hipotesis Penelitian menjadi:
137
Fungsi Produksi Serta Penyusunan Neraca Ekonomi dan Lingkungan pada ... Suryadi
input dicerminkan oleh koefisien pangkat atau nilai yang tertera di bawah ini :
parameter dari model tersebut.
138
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 135 – 144
Log X5 – 0,508 Log X6 hadap output timah. Pada sisi lain, variabel biaya
transportasi berpengaruh negatif terhadap output
Persamaan tersebut dapat dikembalikan lagi men- timah. Nilai elastisitas upah pekerja sebesar 0,49,
jadi fungsi produksi Cobb-Douglas dengan cara elastisitas bahan bakar sebesar 0,736 dan elastisitas
mengantilogaritmakan persamaan di atas. Dengan transportasi sebesar negatif 0,508.
demikian akan didapatkan fungsi produksi Cobb-
Douglas sebagai berikut : Proses penciptaan output domestik pada dasarnya
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi
Y = 85,704 X10,490 X20,220 X30,020 X40,736 X5-0,011 dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi berupa
x6-0,508
sumberdaya alam, sumberdaya manusia berupa
tenaga kerja, permodalan dan kewirausahaan yang
Data pada Tabel 1 memperlihatkan hasil olahan
mengorganisir dan mengatur proses produksi.
yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan,
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian Kesemuanya itu, disebut faktor produksi. Faktor
ini berpengaruh sangat signifikan terhadap output non ekonomi berupa kebijakan, kondisi politik
sumberdaya timah dengan nilai F tabel sebesar serta nilai-nilai atau norma yang berkembang di
22,257. Nilai R2 atau nilai koefisien determinasi masyarakat yang dapat mendukung ataupun meng-
dari model regresi sebesar 0,899. Koefisien de- hambat proses produksi.
terminasi merupakan nilai yang menggambarkan
seberapa besar variabel bebas berpengaruh pada Upah merupakan tujuan dari seseorang pekerja
variasi nilai variabel tak bebas. Variabel bebas yang dalam melakukan pekerjaan. Pengkajian mengenai
mampu memengaruhi variasi nilai output timah aspek permintaan dan penawaran tenaga kerja baik
sebesar 89,90 %, sedangkan sisanya sebesar 10,10 dari sisi mikro maupun makro, mengarah pada ting-
% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak kat upah dan gaji. Hasil penelitian yang dilakukan
terdapat di dalam model. oleh Ardiansyah (2002) memperlihatkan tingkat
pendidikan, jam kerja dan masa kerja berpengaruh
Dari beberapa variabel bebas yang dianalisis, varia- positif terhadap tingkat upah pekerja. Dari data
bel yang signifikan mempengaruhi output timah pada Tabel 1, apabila upah pekerja meningkat
adalah variabel upah pekerja (X1), bahan bakar (X4) sebesar 1 persen, output timah akan meningkat
dan biaya transportasi (X6). Variabel upah pekerja sebesar 0,49 %.
dan variabel bahan bakar, berpengaruh positif ter-
139
Fungsi Produksi Serta Penyusunan Neraca Ekonomi dan Lingkungan pada ... Suryadi
Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh SML di perusahaan-perusahaan anak dan telah
Widyastuti (2007) memperlihatkan penggunaan mendapatkan lima sertifikat SML ISO 14001. PT
biaya bahan bakar berpengaruh signifikan terhadap Tambang Timah mendapat empat sertifikasi SML ISO
keuntungan usaha tambang inkonvensional di Ka- 14001. Sertifikasi PT. Tambang Timah meliputi Pusat
bupaten Bangka. Penggunaan biaya bahan bakar Metalurgi (Pusmet) Mentok (1997), Balai Karya Air
mempunyai pengaruh negatif terhadap keuntungan Kantung (1998), Kapal Keruk III dan Pencucian Bijih
petambang timah. Timah Kundur serta Pengawasan Produksi (Wasprod)
I Sungailiat. Wulandari (2002) menyatakan bahwa
Apabila biaya bahan bakar meningkat sebesar 1 %, SML yang dikembangkan oleh Pusat Metalurgi
output timah akan meningkat hanya sebesar 0,736 Mentok PT Tambang Timah belum sepenuhnya me-
%. Data yang digunakan dalam penelitian ini ber- menuhi standar ISO 14001. Namun demikian, SML
asal dari Survei Tahunan Perusahaan Pertambangan yang dikembangkan mampu me-ningkatkan kinerja
non migas yang diselenggarakan oleh Badan Pusat lingkungan dan efisiensi usaha organisasi.
statistik di seluruh Indonesia. Perusahaan pertam-
bangan non migas yang dicakup dalam survei ini Penambangan pada areal kerja PT Timah Tbk
adalah perusahaan yang mempunyai izin eksplorasi merupakan penambangan terbuka. Untuk menda-
dan eksploitasi di seluruh Indonesia. patkan lapisan bijih yang mengandung timah
maka kegiatan pembukaan hutan, pengupasan dan
Biaya transportasi berpengaruh negatif terhadap penimbunan tanah hutan tidak dapat dihindari.
output timah. Hal ini mengindikasikan bahwa da- Pengupasan lapisan tanah hutan berdampak pada
lam penggunaan pengeluaran untuk transportasi, ekosistem hutan. Selain itu kegiatan penambangan
pengusaha pertambangan timah perlu melakukan dapat menurunkan keanekaragaman spesies tum-
efisiensi biaya. Menurut Rita (2012), pertumbu- buhan dan hewan, meningkatkan erosi, pencema-
han angkutan barang akhir-akhir ini sangat luar ran perairan dan perubahan kondisi iklim mikro
biasa perkembangannya, sehingga perlu dilakukan (Latifah, 2000).
langkah-langkah untuk mengoptimalkan angkutan
barang tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan Kegiatan penambangan timah di Pulau Bangka tidak
biaya angkutan untuk barang menjadi kian mahal hanya melibatkan perusahaan pertambangan skala
karena berlakunya hukum ekonomi. Semakin besar besar seperti P.T. Timah, Tbk dan P.T. Koba Tin,
permintaan terhadap suatu produk, harganya akan tetapi juga melibatkan masyarakat yang lebih dike-
semakin meningkat. nal dengan Tambang Inkonvensional (TI) atau tam-
bang rakyat. Tambang timah rakyat mulai muncul
Skala hasil usaha pertambangan timah menunjuk- sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997.
kan decreasing return to scale karena bila dijum- Aktivitas tersebut merupakan alternatif pekerjaan
lahkan keenam variabel bebas seperti yang tertera sebagian masyarakat di Kabupaten Bangka sampai
pada Tabel 1, akan menghasilkan nilai 0,947. Nilai saat ini. Hal ini berdampak positif karena mem-
tersebut menunjukkan kurang dari 1 yang mengan- berikan pendapatan yang tinggi, tetapi juga dapat
dung pengertian bahwa laju pertambahan produksi memberikan dampak negatif seperti kerusakan
akan lebih kecil dari laju pertambahan input. Hal lingkungan (Elfida, 2007).
ini sesuai dengan hasil penelitian Widyatmiko
(2012) yang menyatakan produksi tambang timah Penanganan lahan bekas pertambangan dan
harus dikurangi menjadi sekitar 32.000 ton per pengelolaan produksi berdampak pada kualitas
tahun, sehingga keberadaan tambang timah dapat lingkungan hidup yang berfungsi untuk mendu-
dipertahankan hingga 2033. kung kehidupan manusia. Lahan kritis dan kolong
tanah merupakan fakta kerusakan lingkungan yang
ISO 14001 merupakan standar internasional Sistem terjadi akibat tidak dilaksanakannya reklamasi. Di
Manajemen Lingkungan (SML) yang dikembangkan Provinsi Bangka-Belitung diperkirakan luas lahan
oleh International Organization for Standardization kritis dan kolong tanah masing-masing mencapai
(ISO). ISO 14001 merupakan alat untuk mencapai seluas 1.642.214 ha dan 1.712,65 ha, atau 5,2%
dan mengontrol secara sistematis tingkat kepedulian dan 0,1% dari luas daratan Pulau Bangka (Badan
organisasi dalam mencegah pencemaran. PT Timah Pemeriksa Keuangan, 2007) .
tbk sebagai BUMN berkelas dunia yang bergerak
di bidang penambangan timah putih dalam kurun Penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
waktu antara tahun 1997-2000 telah menerapkan dilakukan hingga saat ini (PDB Konvensional) sebe-
140
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 135 – 144
narnya baru menghitung nilai total barang dan jasa hasil pembangunan akan dibayar (dikompensasi-
akhir (final product) yang memberikan gambaran kan) dengan besarnya rupiah tertentu dari peng-
mengenai struktur perekonomian dan pertumbuhan gunaan faktor produksi atau sumberdaya yang
ekonomi di suatu wilayah. PDB belum memasuk- tersedia. Sedangkan sumberdaya yang paling nyata
kan aspek penipisan sumber daya alam (deplesi) mengkompensasi adalah sumberdaya lingkungan.
dan kerusakan lingkungan (degradasi). Sumber Oleh karenanya, secara ril hasil yang diperoleh dari
daya alam yang dieksploitasi dan menjadi input suatu kegiatan pembangunan bukan hanya besaran
pada kegiatan ekonomi, tidak pernah dihitung nilai nilai rupiah yang dinikmati, tetapi harus dikurangi
penyusutannya. Demikian juga dengan kerusakan dengan besaran nilai sumberdaya yang telah digu-
dan pencemaran lingkungan yang memerlukan nakan untuk mencapai hasil pembangunan.
biaya pemulihan dan pemeliharaan, tidak pernah
dihitung sebagai biaya yang seharusnya mengurangi Pemakaian aset alam yang bersifat ekonomis dan
besaran pendapatan. aset lingkungan untuk kegiatan produksi, dalam
SEEA diperhitungkan sebagai komponen penyusut-
Melihat kenyataan di atas, maka mensinergikan as- an seperti halnya penyusutan pada barang modal
pek ekonomi dengan lingkungan telah merupakan tetap. Dalam System of National Accounts (SNA),
kebutuhan yang sangat mendesak. Jika tidak, maka penyusutan ini tidak diperhitungkan sehingga
makin menipisnya sumberdaya alam, kerusakan pemakaian aset alam tersebut tidak memengaruhi
dan pencemaran lingkungan akan mengancam ke- besaran PDB. Apabila penyusutan sumber daya
berkelanjutan kehidupan umat manusia. Program- alam dan degradasi lingkungan yang timbul karena
program lingkungan memang sebaiknya tidak hanya kegiatan ekonomi diperhitungkan sebagai unsur
memfokuskan pada pengendalian pencemaran dan pengurang dari PDB konvensional (Brown GDP),
kerusakan linkungan, tetapi juga membenahi mulai akan menjadi Environmentally Adjusted Domestic
dari hulunya yakni kebijakan. Salah satu hal yang Product atau EDP (Green GDP). Melaui data pada
penting untuk segera dilakukan adalah menginte- Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai deplesi pada
grasikan aspek ekonomi dan lingkungan (Badan tambang timah sebesar 3,52 triliun dan imputasi
Pusat Statistik, 2012). biaya lingkungan sebesar 56,86 miliar rupiah.
Nilai green GDP komoditi timah pada tahun 2010
Data pada Tabel 2 memperlihatkan input antara sebesar 4,82 triliun rupiah atau sebesar 45,31 %
yang digunakan oleh komoditi timah dalam proses terhadap PDB konvensional.
produksinya dengan nilai sebesar 269.695 juta
rupiah. Input antara adalah seluruh biaya yang Gambaran mengenai makna data pada Tabel 3 di
dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan atas, adalah:
habis dalam proses produksi. Komponen input 1. Stok awal sumberdaya timah yang bersifat
antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa ekonomis yaitu kapital yang telah diketahui
yang dapat berupa hasil produksi dalam negeri atau cadangannya dan secara ekonomis memberikan
impor. Barang tidak tahan lama adalah barang yang keuntungan apabila digunakan dalam produksi.
habis dalam sekali pakai atau barang yang umur pe- Nilainya sebesar 32,79 triliun rupiah.
makaiannya kurang dari setahun. Pada sisi lain, nilai 2. Nilai penyediaan sumberdaya timah yang be-
total permintaan antara komoditi timah pada tahun rasal dari produksi dalam negeri sebesar 10,64
2010 sebesar 10.477.054 juta rupiah. Permintaan triliun rupiah, sedangkan nilai impornya 4,37
antara merupakan permintaan yang dilakukan oleh miliar rupiah.
sektor-sektor ekonomi lainnya terhadap komoditi 3. Nilai permintaan antara yang digunakan se-
timah untuk menunjang proses produksinya. bagai bahan baku oleh sektor-sektor ekonomi
lainnya sebesar 10,47 triliun rupiah, ekspor
Data pada Tabel 3 memperlihatkan integrasi neraca 26,96 miliar rupiah, konsumsi akhir 138,26
ekonomi dan lingkungan pada sumberdaya timah. miliar rupiah.
Penyusunan neraca ekonomi dan lingkungan 4. Input antara sebesar 269,69 miliar rupiah yang
sumberdaya timah, akan bermanfaat bagi para merupakan nilai input yang digunakan dalam
pengambil keputusan dalam memahami keadaan proses produksi untuk menghasilkan timah.
sumberdaya pada saat sekarang dan memantau 5. Nilai penyusutan barang modal buatan manu-
penggunaannya demi pembangunan berkelanjutan sia sebesar 1,97 triliun rupiah. Pada kolom ka-
yang berwawasan lingkungan. Ini mengandung pital buatan manusia nilainya bertanda negatif
makna bahwa setiap rupiah yang diperoleh sebagai sebagai imbangan pada kolom produksi.
141
Fungsi Produksi Serta Penyusunan Neraca Ekonomi dan Lingkungan pada ... Suryadi
142
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 9, Nomor 3, September 2013 : 135 – 144
Tabel 3. Integrasi neraca ekonomi dan lingkungan pada sumberdaya timah tahun 2010
(Juta Rp.)
Permin- Perdagang- Kapital
Komponen Konsumsi Kapital Ling-
Produksi taan an Luar Buatan Buatan
Neraca Akhir kungan
Antara Negeri Manusia Alam
Stok awal 32.788.000
Penyediaan 10.637.912 4.366
Penggunaan 10.477.054 26.96 138.264
Input antara 269.695
PDB 10.368.217
Penyusutan 1.969.039 (1.969.039)
PDN 8.399.178
Deplesi 3.522.000 (3.522.000)
Penambahan 7.837.000 (7.837.000)
PDN1 4.877.178
Revaluasi 10.226.000
Biaya lingkungan 56.861 -56.861
Green GDP 4.820.317
Stok akhir 47.329.000
Sumber : Data diolah dari Tabel I-O updating 2010, Sistem Neraca Lingkungan 2010 dan Survei Pertambangan Non Migas,
Publikasi BPS
6. Nilai Produk Domestik Neto (PDN) sebesar 10. Revaluasi aset alamiah yaitu merupakan hasil
8,40 triliun rupiah. Nilai tersebut diperoleh penilaian kembali aset sumberdaya timah,
dari pengurangan antara output produksi de- sehubungan dengan adanya perubahan harga
ngan input antara dan penyusutan. yang sekaligus memberikan indikasi adanya ke-
7. Nilai sumberdaya alam yang digunakan dalam untungan atau kerugian dengan perubahan aset
kegiatan ekonomi sebesar 3,52 triliun rupiah. tersebut. Nilainya sebesar 10,23 triliun rupiah.
Penggunaan sumberdaya alam tersebut berasal 11. Imputasi lingkungan sebesar 56,86 miliar
dari aset ekonomi dan dicatat pada kapital rupiah, merupakan penilaian biaya sumber-
buatan alam yang merupakan penyusutan atau daya yang dihitung berdasarkan hasil survei
deplesi sumberdaya tersebut dengan tanda perusahaan pertambangan non migas.
negatif. 12. Green GDP merupakan indikator produksi
8. Penambahan aset alam ekonomi pada kolom yang disesuaikan dengan lingkungan. De-
kapital buatan alam sebesar 7,84 triliun rupiah ngan memasukkan perhitungan biaya deplesi
yang baru ditemukan, dialihkan atau diam- sumberdaya alam dan imputasi lingkungan,
bil dari lingkungan tetapi belum digunakan memungkinkan dilakukannya penyesuaian
untuk kegiatan ekonomi. Hal ini menambah agregat makro ekonomi. Nilai Green GDP
persediaan sumberdaya timah sekaligus juga sumberdaya timah pada tahun 2010 sebesar
mengurangi aset lingkungan dengan besaran 4,82 triliun rupiah.
yang sama tetapi bernilai negatif. 13. Stok akhir sumberdaya timah pada tahun 2010
9. PDN1 diperoleh dengan cara mengurangi PDN sebesar 47,33 triliun rupiah. Stok akhir diper-
dengan deplesi. Nilainya sebesar 4,88 triliun oleh dengan cara menjumlahkan komponen
rupiah. stok awal, deplesi, penambahan dan revaluasi.
143
Fungsi Produksi Serta Penyusunan Neraca Ekonomi dan Lingkungan pada ... Suryadi
Nilai elastisitas upah pekerja sebesar 0,49, elas- Badan Pusat Statistik 2012. Sistem terintegrasi neraca
tisitas bahan bakar sebesar 0,736 dan elastisitas lingkungan dan ekonomi Indonesia 2007-2011.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
transportasi sebesar negatif 0,508.
Elfida. 2007. Analisis pola spasial tambang timah rakyat
Skala hasil usaha pertambangan timah menunjuk- sebagai masukan dalam penentuan kebijakan tata
kan decreasing return to scale dengan nilai 0,947. ruang di Kabupaten Bangka. Institut Pertanian
Nilai tersebut menunjukkan kurang dari 1 yang Bogor. Bogor.
mengandung pengertian bahwa laju pertambahan
produksi akan lebih kecil dari laju pertambahan Latifah, S. 2000. Keragaan pertumbuhan acacia mangium
input. Willd pada lahan bekas tambang timah. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Nilai deplesi pada tambang timah sebesar 3,52
Rita, 2012. Penyusunan pedoman pemberian Izin Usaha
triliun dan imputasi biaya lingkungan sebesar 56,86 Angkutan Multimoda (BUAM). Warta Penelitian
miliar rupiah. Nilai green GDP komoditi timah pada Perhubungan Vol.24, Nomor 6 hal 567-579.
tahun 2010 sebesar 4,82 triliun rupiah atau sebesar
45,31 % terhadap PDB konvensional. Yuwono, M., 2012. The roles, investment impact, and
mining sector policies on regional and national
Saran economy. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Biaya transportasi dalam pengusahaan pertam- Widyastuti, M., 2007. Analisis ekonomi usaha timah
Tambang Inkonvensional (TI) di Kecamatan Belinyu
bang-an timah, perlu dioptimalkan karena biaya
Kabupaten Bangka Propinsi Kepualauan Bangka
tersebut berkorelasi negatif terhadap nilai output Belitung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
produksi.
Widyatmiko, R.B., 2012. Pengembangan wilayah
Kegiatan pertambangan timah memiliki potensi berkelanjutan di Propinsi Kepulauan Bangka Beli-
yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, tung. Institut Pertanian Bogor.
sehingga para pengambil kebijakan perlu meni-
tikberatkan pemeriksaan untuk menilai apakah Wulandari, R., 2002. Kinerja sistem manajemen ISO
Perusahaan telah memiliki pengendalian yang 14001 Pusat Metalurgi Mentok PT Tambang Timah,
Bangka. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
memadai untuk meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan. Pemerintah perlu melakukan penga-
wasan terhadap perusahaan pertambangan timah,
apakah perusahaan telah mematuhi ketentuan ses-
uai dengan kontrak dan dokumen AMDAL.
144