TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi
Menurut WHO, stroke adalah suatu penyebab gangguan suplai darah ke
otak, pada umumnya dikarenakan oleh pecahnya pembuluh darah otak, atau
penyumbatan oleh bekuan pengumpalan darah. Hal ini menurunkan suplai
oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kerusakan jaringan otak (WHO 2011).
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal
maupun menyeluruh (global) yang terjadi secara akut, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain gangguan vaskular (Sacco, 2005).
Istilah stroke atau gangguan serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke secara spesifik biasanya digunakan
untuk menjelaskan infark serebrum (Hartwig, 2006).
6
7
1. Stroke Iskemik (85%), pembagiannya dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah
ini:
a. Trombosis ( 75 – 80% )
b. Emboli ( 15 – 20% )
c. Lain – lain ( 5% ) : vaskulitis, koagulopati, hipoperfusi
Pada penelitian ini penulis akan membahas lebih dalam tentang stroke
iskemik karena penderita stroke iskemik yang menjadi objek dalam penelitian.
2.2.1 Definisi
Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di
satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan
oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh
organ distal, emboli dari pembuluh darah besar dan jantung dan vasokontriksi
(Hartwig, 2006) .
2.2.2 Patofisiologi
Stroke iskemik dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi dan
mekanisme patofisiologinya. Untuk mendapatkan patofisiologi timbulnya stroke,
didapatkan dari riwayat timbulnya penyakit pada pasien, diagnosa yang tepat dan
hasil neuroradiologis pasien (Chung and Caplan, 2003).
Iskemik pada otak dapat disebabkan oleh karena adanya oklusi pada
pembuluh darah cervicocranial atau dapat juga disebabkan karena hipoperfusi
darah ke otak yang ditimbulkan oleh beberapa mekanisme : atherotrombosis,
emboli atau gangguan hemodinamik (Caplan, 2009).
Menurut Meuthia (2010), iskemik otak mengakibatkan perubahan sel
neuron secara bertahap, yaitu :
Tahap 1 : a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan oksigen
c. Kegagalan energi
d. Depolarisasi dan kegagalan homeostatis ion
Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Speading depression
Tahap 3 : a. Inflamasi
b. Apoptosis
9
2.2.5 Pemeriksaan
a. Anamnesis
Penderita dengan penyakit serebrovaskular harus diperhatikan faktor risiko
yang mungkin ada seperti Transient Ischemic Attack, hipertensi, dan diabetes.
11
Selain riwayat penyakit dan faktor risiko perlu ditanyakan kapan terjadinya
serangan agar diketahui pada keadaan apa penderita datang (Hartwig, 2006).
b. Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan penyakit serebrovaskular harus
fokus untuk mencari penyebab iskemik khususnya yang dapat ditangani. Tekanan
darah harus diukur untuk mencari apakah ada hipertensi sebagai faktor risiko
stroke dan dibandingkan pada kedua sisi lengan. Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan oftalmoskop, nadi karotis, bising (bruit) pada nadi karotis,
pemeriksaan jantung untuk mencari kelainan pembuluh darah (Caplan,2006).
c. Pemeriksaan Neurologis
Gangguan neurologis bisa muncul maupun tidak pada pemeriksaan
neurologis. Pemeriksaan kesadaran dengan menggunakan Gasglow Coma Scale
(GCS), lapangan pandang, fungsi motorik dan melihat gangguan yang mungkin
ditimbulkan karena lesi pada otak dilakukan pada penderita stroke iskemik.
Defisit kognitif menunjukkan lesi kortikal pada sirkulasi anterior harus dicari
(Goldstain, 2009). Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan untuk menilai
fungsi motorik pasien dengan skala sebagai berikut :
Kekuatan otot 5 : Normal
Kekuatan otot 4 : Pergerakan aktif terhadap gravitasi dan tekanan
Kekuatan otot 3 : Pergerakan aktif terhadap gravitasi tetapi tidak terhadap tekanan
Kekuatan otot 2 : Pergerakan aktif tetapi tidak dapat melawan gravitasi
Kekuatan otot 1 : Hanya terdapat kedutan (flicker)
Kekuatan otot 0 : Tidak ada kontraksi
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi (CT-Scan dan MRI), dan elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan
laboratorium ini harus dilakukan secara rutin untuk menemukan penyebab stroke
yang dapat diobati dan menyingkirkan kondisi yang meragukan akan stroke ini.
Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah hitung darah lengkap untuk mencari
penyebab stroke seperti trombositosis, trombositopenia, polisitemia, anemia
(termasuk penyakit sickle cell anemia) leukositosis dan diabetes. Selain itu, pada
12
pemeriksaan darah lengkap dilakukan pemeriksaan laju endap darah, kolestrol dan
profil lipid dalam darah (Caplan, 2006).
2.3 Leukosit
2.3.1 Komponen Leukosit
Ada enam macam sel darah putih yang biasa ditemukan dalam darah.
Keenam sel darah tersebut adalah neutrofil polimorfonuklear, eosinofil
polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear, monosit, limfosit dan sel plasma yang
kadang-kadang ditemukan (Guyton and Hall, 2008).
Manusia mempunyai sekitar 7000 sel darah putih per mikroliter darah.
Persentase normal berbagai jenis sel darah putih dari jumlah total sel darah putih
kira-kira sebagai berikut :
Jumlah Leukosit
18
Stroke Iskemik
Akut- Defisit
neurologis
motorik dan
derajat
kesadaran-
Gambaran CT-
Scan otak ( Lokasi
Infark)