Mengkhatamkan Al Qur’an sebulan sekali memang salah satu perintah dari baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun apakah suatu kewajiban satu bulan mesti satu juz?
Ataukah boleh kurang dari target khatam setiap bulan?
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
. ) ُو َق ْو ُل اللَِّه َت َعاىَل ( فَا ْقَرءُوا َما َتيَ َّسَر ِمْنه. ىِف
َ باب َك ْم يُ ْقَرأُ الْ ُق ْرآ ُن
“Bab Berapa Banyak Membaca Al Qur’an?”. Lalu beliau membawakan firman Allah,
ِ
ُفَا ْقَرءُوا َما َتيَ َّسَر مْنه
“Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran” (QS. Al Muzammil: 20).
Kata Ibnu Hajar bahwa yang dimaksud oleh Imam Bukhari dengan membawakan surat Al
Muzammil ayat 20 di atas berarti bukan menunjukkan batasan bahwa satu bulan harus satu juz.
Dalam riwayat Abu Daud dari jalur lain dari ‘Abdullah bin ‘Amr ketika Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ditanya, “Berapa hari mesti mengkhatamkan Al Qur’an?” Beliau katakan 40 hari
[artinya, satu hari bisa jadi kurang dari satu juz]. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab lagi, “Satu bulan.” [Artinya, satu hari bisa rata-rata mengkhatamkan satu juz] (Lihat
Fathul Bari, 9: 95, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H).
Dalam riwayat Ath Thabari disebutkan dengan sanad yang shahih, dijawab oleh Abu Sa’id,
“Walau hanya lima puluh ayat.” (Diriwayatkan oleh Ath Tahabari, 29: 170, terbitan Dar Ibnu
Hazm, cetakan pertama, tahun 1423 H).
Dari As Sudi, ditanya mengenai ayat di atas, maka beliau jawab, “Walau 100 ayat.” (Idem).
صر ِ َب لَه أَ ْن ي ْقت ِ ِ ِ ِ ِ ك خَي ْتَلِف بِاأْل َ ْش َخ ِ َّ وااِل ختِيار أ
َ ُ َّ فَ َم ْن َكا َن م ْن أ َْهل الْ َف ْهم َوتَ ْدقيق الْفكْر اُ ْستُح، اص َ َن َذل َْ َ
َو َك َذا َم ْن َكا َن لَهُ ُش ْغل بِالْعِْل ِم أ َْو، استِ ْخَراج الْ َم َعايِن ِ
ْ َّدبُّر َوَ صود ِم ْن الت ِ
ُ َعلَى الْ َق ْدر الَّذي اَل خَي ْتَ ّل بِه الْ َم ْق
صر ِمْنهُ َعلَى الْ َق ْدر الَّ ِذي اَل خُيِ ّل مِب َاِ ََغ ه ِمن م ِه َّمات الدِّين ومصالِح الْمسلِ ِمني الْع َّامة يستَحب لَه أَ ْن ي ْقت
َ ُ ّ َ ُْ َ َ ْ ُ َ ََ ُ ْ رْي
ك فَاأْل َْوىَل لَهُ ااِل ْستِكْثَار َما أ َْم َكنَهُ ِم ْن َغرْي ُخ ُروج إِىَل الْ َملَل َواَل َي ْقَر ُؤهُ َه ْذ َر َمة ِ ِ
َ َو َم ْن مَلْ يَ ُك ْن َك َذل، ُه َو ف ِيه
َواللَّهُ أ َْعلَم.
“Waktu mengkhatamkan tergantung pada kondisi tiap person. Jika seseorang adalah yang paham
dan punya pemikiran mendalam, maka dianjurkan padanya untuk membatasi pada kadar yang
tidak membuat ia luput dari tadabbur dan menyimpulkan makna-makna dari Al Qur’an. Adapun
seseorang yang punya kesibukan dengan ilmu atau urusan agama lainnya dan mengurus
maslahat kaum muslimin, dianjurkan baginya untuk membaca sesuai kemampuannya dengan
tetap melakukan tadabbur (perenungan). Jika tidak bisa melakukan perenungan seperti itu, maka
perbanyaklah membaca sesuai kemampuan tanpa keluar dari aturan dan tanpa tergesa-gesa.
Wallahu a’lam. ” (Dinukil dari Fathul Bari, 9: 97).
Kata Syaikh Kholid bin ‘Abdillah Al Mushlih, “Aku mewasiatkan pada saudara/i-ku untuk
bersungguh-sungguh menggabungkan antara memperbanyak baca Al Qur’an ditambah dengan
tadabbur supaya benar-benar bisa meraih berbagai kebaikan.” (Sumber:
http://ar.islamway.net/fatwa/33620)
Semoga Allah memberi taufik pada kita untuk rajin memperhatikan dan mentadabburi Al
Qur’an.
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/5956-mengkhatamkan-al-quran-sebulan-sekali.html