(Khutbah Awal)
Hari ini, pagi ini, kita hadir di Masjid Arrahman, masjid yang kita cintai ini, untuk
menunaikan Shalat Idul Fitri, setelah menyelesaikan proses pendidikan kita, tarbiyah kita,
yakni pendidikan selama 29 hari atau satu bulan penuh di dalam Ramadhan 1439 H.
Marilah kita berdoa kepada Allah, semoga sekolah Ramadan yang baru saja berlalu ini,
melahirkan kita menjadi pribadi yang baru dan berbeda.
“Sekolah Ramadhan”, entah sudah belasan atau sudah puluhan kali kita pernah melewati.
Dan kali ini kita harus pastikan bahwa sekolah Ramadhan kali ini harus menjadikan diri kita
sebagai pribadi yang baru dan berbeda!
1. Ingat hadits Nabi Muhammad SAW tentang shiyam dan qiyam di bulan Ramadhan.
Ada reward berupa GHUFIRALAHU MA TAQADDAMA MIN DZANBIHI,
diampuni baginya segala dosa yang pernah dibuat (alhadits muttafaq ‘alaih).
Syaratnya: Imanan dan Ihtisaban.
2. Tetaplah Pertahankan “QALBUN SALIM”, hati yang bersih, selamat, damai. Hati
yang telah kembali ke fitrahnya. Ingat bahwa yang diterima di sisi Allah hanyalah
orang-orang yang membawa Qalbun Salim.
Semoga sekolah Ramadan kali ini benar-benar melahirkan kita kembali menjadi manusia
baru, orientasi hidupnya hanya semata meraih ridha Allah, jelas tertancap dalam sanubari
kita, sebagaimana janji kita yang disebut dalam Al Quran:
Hari ini kita hadir di sini, bersimpuh bersama, di hadapan Allah SWT
Dengan keikhlasan yang penuh,
MARI KITA BERIKRAR UNTUK MENJADI PRIBADI BARU DAN BERBEDA!
Kita ingin menjadi alumni yang berbeda dari sekolah-sekolah Ramadhan sebelumnya.
Nilai-nilai Ramadhan harus kita lestarikan ke dalam bulan-bulan setelahnya.
(APA SAJA IKRAR KITA? Cukup EMPAT hal saja, kalau terlalu banyak mudah lupa)
Di bulan Ramadhan, saat berpuasa, meski di tempat yang sangat sepi dan kita sendirian
tak mungkin kita diam-diam minum air meski hanya seteguk. Bahkan air setetes pun kita jaga
agar tidak sampai masuk ke dalam tenggorokan kita. Mengapa? Karena kita sadar bahwa
Allah melihat kita dan kita tidak ingin merusak ibadah kita, karena itu sama dengan merusak
kesucian jiwa kita. Kita menyadari betul hal ini.
Meski kita sendirian tetap dilihat Allah. Meski satu tetes juga tetap dilihat oleh Allah.
Karena kita merasa bahwa Allah selalu bersama dengan kita dan kita selalu dilihatnya, maka
meski shubuh kurang satu menit kita pun sudah tak mau makan dan minum lagi, dan begitu
juga meski maghrib kurang satu menit kita juga tak mau buru-buru berbuka.
Tentu kesadaran seperti ini bukan hanya dimaksudkan saat kita puasa di bulan Ramadhan
saja. Hendaknya kita wujudkan dalam kehidupan kita secara keseluruhan. (ittaqillaha
haitsuma kunta).
Intinya, Ramadhan menjadikan kita MUSLIM KAFFAH (Bacakan dalil Al Quran tentang
muslim kaffah). Kita membawa ruh masjid ke luar masjid: ke pasar pasar, ke jalan-jalan, ke
pabrik-pabrik, ke mana saja kita berada, termasuk ke kantor-kantor pemerintahan bagi
mereka yang diamanahkan di sana.
Momentum Ramadhan telah membuat kita lebih peduli, mudah berbagi dan berempati.
Kita sekarang sudah tahu bagaimana rasanya LAPAR dan DAHAGA itu. Sehingga tahu
persis bagaimana rasanya menjadi seorang yang fakir dan miskin.
Lalu di akhir Ramadhan, kita diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Zakat yang
menyempurnakan puasa kita.
Dan kepedulian ini harusnya lestari dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak tersekat
oleh batas-batas geografis saja. Kepedulian kita sesama muslim tidak boleh disekat oleh
batas kota, provinsi, dan batas negara.
Masih soal kepedulian terhadap sesama. Mari sekilas mengingat saudara-saudara kita di
Palestina:
- Tahukah kita sudah berapa banyak warga Palestina yang setiap hari berguguran?
- Tahukah kita bahwa 95% air di Gaza Palestina tidak layak dikonsumsi manusia!
- Dan 97% air laut di Gaza Palestina itu berpolutan!
- Warga Gaza Palestina hanya dapat menikmati aliran listrik paling lama 4 jam dalam
sehari! (Kita 15 menit saja listrik padam, serasa sudah kiamat)
- 70% dari warga Gaza Palestina adalah pengungsi dan setengah dari jumlahnya adalah
balita dan anak-anak!
Saya bahkan tidak tahu, apakah kita yang hadir di dalam ruangan masjid ini, punyak hak
untuk tertawa dan bergembira di hari ini!??
Puasa Ramadhan membuktikan bahwa kebersamaan (berjamaah) adalah penuh berkah dan
menjadikan sesuatu yang berat menjadi sangat ringan.
Bukankah berpuasa itu sebenarnya berat? Bukankah sebenarnya Shalat Tarawih itu berat?
Namun karena kita lakukan berjamaah (bersama-sama) maka menjadi terasa sangat ringan
dan indah sekali.
Tapi sebaliknya, ketika kita tidak bersatu padu, bercerai berai, karena faktor beda suku, beda
mazhab, beda bahasa, beda ormas, bermusuhan karena beda dukungan politik, maka ini
adalah musibah!
CONTOHNYA?
Kita umat Islam meskipun sangat besar tapi nyaris tak memiliki kekuatan apa-apa. Apa yang
bisa kita lakukan saat saudara-saudara kita di Palestina dibantai oleh kaum Yahudi
dari negara kecil itu? Kita hanya bisa kaget-kaget saja. Padahal kaum Yahudi sudah
bertahun-tahun berbuat biadab seperti itu dan menguasai Masjidil Aqsha.
Termasuk di negeri tercinta kita sendiri. Jumlah kita sangat besar. Mayoritas mutlak. Tapi
nyaris tak berdaya. Boleh dikatakan semua kekuatan lepas dari tangan kita, terutama
kekuatan ekonomi yang sudah dikuasai oleh ASENG dan ASING.
Bahkan, di negara yang mayoritas Islam ini, muslim sering masuk dalam tuduhan-tuduhan
yang menyudutkan. Hingga label-label radikal, fundamentalis, teroris, dan sebagainya
selalu dialamatkan kepada kita kaum muslimin. Mengapa? Karena kita lemah, tak
bersatu padu. Mudah diacak-acak.
Ramadhan hendaknya segera menyadarkan kita semua untuk berjamaah secara benar.
Yaitu berjamaah atas dasar Islam. Kita boleh saja memiliki suku berbeda, bahasa berbeda,
omas dan mazhab berbeda, tapi kita semua haruslah berjamaah dan bersatu padu di bawah
ikatan Islam.
Bukankah selama Ramadhan kita kompak berpuasa dan beribadah? Marilah kita buang
fanatisme sempit yang membuat umat Islam bercerai berai. Mari kita masuk dalam ikatan
Islam yang utuh dan satu. Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
Ayo berjamaah ke MASJID. Mari kita makmurkan masjid. Kita jadikan masjid sebagai pusat
pengembangan umat. Pusat pemberdayaan umat. Pusat pendidikan.
Generasi muda harus kita didik dengan aqidah yang lurus, keimanan yang kokoh kepada
Allah, ini bekal untuk mengarungi kehidupan yang serba sulit di masa yang akan datang.
Pengurus Masjid harus menjadi “orangtua kedua” bagi adik-adik kita generasi muda di
lingkungan kita. Saya melihat di sekitar Masjid Ar Rahman BKP ini banyak pemuda-pemuda
Islam, mari ke masjid.
Bumi ini hanya tempat singgah saja, dan kita akan segera berlalu meninggalkannya!
Lihatlah, Ramadhan yang begitu cepat berlalu di hadapan kita.
Baru saja kita tarawih di malam pertama Ramadhan, kemudian hari ini kita menunaikan
shalat ied.
Baru saja kita meneguk segelas air ketika sahur, tidak berapa lama kemudian kita meneguk
air kembali ketika berbuka. WAKTU CEPAT BERLALU.
Kalau pada hari ini ada di antara kita yang sedang sakit, itu tak mengapa.
Kalau ada yang hartanya berkurang, tak mengapa.
Kalau ada yang matanya mulai rabun, pendengaran berkurang, gigi-gigi mulai hilang, tak
mengapa.
Saat itu tak perlu khawatir. Di mana pun kita meninggal dunia, maka tubuh ini pasti ada yang
mengurusnya.
Ada yang memandikannya, ada yang mengafaninya, ada yang menshalatinya dan ada yang
menguburnya. Itulah urusan dan nasib tubuh kita. Yang cantik, yang kaya, yang sehat sama.
Akhirnya bercampur dengan tanah dan jadi makanan binatang-binatang di dalamnya.
Yang dipanggil bukan lagi jasmani ini. Tapi JIWA yang berada di dalam tubuh ini.
Yang baik mendapatkan kebaikannya dan yang buruk mendapatkan keburukannya.
(Bacakan dalil Al Quran tentang balasan kebaikan dan keburukan)
Semoga kita semua ini nanti dipanggil oleh Allah dengan panggilan:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-
Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-
Ku.”
(Barakallahu li walakum fil qur anil azhim. Wa nafa’ani wa iyyakum bima fihi minal ayati
wa dzikril hakim. Qa qur rabighfir warham, wa anta khairurrahimin).
)Khutbah Kedua(
Kita harus menjadi pribadi yang baru dan berbeda, sebagai alumni sekolah Ramadhan tahun
ini. HARUS BEDA. Kita berikrar untuk melestarikan 4 hal:
1. Kita berikrar untuk menjaga hubungan dengan Allah. Merasa diawasi oleh Allah,
bagaimanapun keadaan, dimana saja kita berada.
2. Kita berikrar untuk menjaga hubungan dengan sesama manusia. Meningkatkan
kepedulian atas derita orang-orang yang berkekurangan, lemah dan tertindas.
3. Kita ikrar untuk senantiasa berjamaah! Kebersamaan dan persatuan itu indah dan
berkah, membawa kekuatan dan kedamaian. Masjid adalah pilar utamanya.
4. Kita mmenyadari bahwa waktu akan terus berlalu, sangat cepat berlalu sebagaimana
Ramadhan yang telah pergi di sore kemarin. Seriuslah berbekal.
Semoga Allah memberikan kepada kita kekuatan untuk beramal lebih baik pada bulan-bulan
akan datang. Ramadhan pasti datang lagi dan kita belum pasti bertemu lagi dengannya.
ِ واذْ ُك ُر ْوا هللاَ ْال َع ِظي َْم َيذْ ُك ُر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َعلَى نِ َع ِم ِه َي ِزدْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر
.هللا أ َ ْك َب ُر