Anda di halaman 1dari 3

Beramal sholeh, nunggu kapan?

Oleh : *Agus Syaif Abdul Latif

Ada sebuah syair arab yang begitu indah. Syair itu menggugah semangat kita untuk
beramal sholeh, mempersiapkan diri untuk bekal diakhirat. Syair itu digubah oleh Sayyidina Ali
Karromallhu wajhah. Syair yang berbahar kamil itu adalah :

‫ والناس حولك يضحكون مسرورا‬## ‫ولدتك امك يابن ادم باكيـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــا‬

‫ يف يوم موت ـ ـ ـ ـ ـ ــك ضاحكا مسرورا‬## ‫فاعمل لنفسك ان تكون اذا بكوا‬
Wahai Anak Adam! Ibumu melahirkanmu dalam kondisi Engkau menangis
Sementara orang-orang disekilingku tersenyum gembira
Beramal sholehlah untuk dirimu tatkala mereka menangis dihari kematianmu
Sementara Engkau tersenyum bahagia.
Syair itu menceritakan bahwa realita kehidupan manusia. Ketika kita dilahirkan oleh Ibu
otomatis disekiling kita merasa senang menyambut kedatangan kita di dunia. Sementara kita
akan merasakan kegetiran hidup didunia yang penuh dengan perjuangan, persaingan,
perlombaan dan bahkan pertikaian. Kita menangis karena kita hidup didunia yang ekstrim,
dalam arti untuk mencari kehidupan harus dilalui dengan perjuangan yang tidak mudah.
Berbeda dengan ketika hidup dirahim Ibu, makanan, pernafasan, dan minuman sudah tersedia
tanpa kita bekerja. Kita menangis sementara orang disekeliling tersenyum melihat bayi yang
lucu. Sudah tentu kita berupaya dengan amal sholeh, bermanfaat bagi manusia agar ketika kita
meninggal nanti kita tersenyum sementara orang disekiling kita menangis karena merasa
sangat kehilangan.
Kita hidup didunia ini hanya sekali, sangat singkat. Istilah orang Jawa “Mung mampir
ngombe”. Begitu singkatnya hidup didunia ini, adakalanya 40 tahun, 50 tahun, 60 tahun, 70
tahun, bahkan dibawah 40 tahun juga ada.
Setiap kita menyongsong kepastian dari Allah dengan dicabutnya nikmat Ijad (nikmat
wujud kita) dengan sedikit demi sediklit Allah mencabut dulu nikmat imdad (keberlangsungan
hidup) seperti tidak enak makan, tidak enak minum. Makan daging kambing khawatir darah
tinggi yang berujung stroke, makan makanan yang mengandung gula dan karbohidrat (nasi,
jagung dll) khawatir gula darah naik. Ini adalah beberapa kenikmatan yang sedikit demi sedikit
dicabut oleh Allah karena kita dalam proses menuju dicabutnya adanya kita yaitu kematian.
Setiap orang tidak akan mampu menghindar dari kepastian kematian sedetikpun.
Namun kita tidak perlu takut akan kematian, yang kita takuti adalah kita tidak memiliki bekal
yang banyak. Bekal itu adalah amal sholih. Ada kalanya amal untuk dirinya sendiri dan ada
kalanya amal untuk orang lain. Dalam kajian hadits amal untuk orang lain ini lebih diutamakan
karena berdasar hadits Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa sebaik-
baik manusia adalam yang bermanfaat untuk orang lain. Senada dengan hadits itu, ada hadits
lain yang mengatakan :”Ada dua perkara tidak ada yang lebih utama daripadanya yaitu iman
kepada Allah dan bermanfaat bagi umat Islam.
Dari dua hadits diatas kita bisa menyimpulkan bahwa amal yang utama adalah
bermanfaat untuk orang lain, berjasa untuk orang lain. Ketika sessorang bermanfaat hanya
untuk keluarganya maka yang mengenang nanti, yang mendoakan nanti ketika Ia meninggal
adalah keluarganya. Namun ketika seseorang berjasa tidak hanya bagi keluarga, juga
masyarakat sekitar maka yang menangisi, yang mendoakannya adalah keluarga dan juga
masyarakatnya. Itu karena jasa yang Ia perbuat selama hidup didunia. Jutaan orang yang
mendoakan Raden Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel sampai sekarang. Itu karena jasa Sunan
Ampel mengislamkan orang-orang di Ampel Dento (Surabaya sekarang) dan juga masyarakat
sekitarnya. Berapa banyak yang mendoakan Almarhum Almaghfurlah Mbah KH. Ali Mas’ud
sampai sekarang? Itu karena jasa Beliau untuk masyarakat khususnya Sidoarjo.
TIdak hanya didoakan, nama-nama orang yang berjasa dipakai untuk jalan-jalan besar,
dipakai untuk nama sekolah, masjid, bahkan kampus yang terkenal di Surabaya bernama UIN
Sunan Ampel. Masjid KH. Abdurrahman Wahid. Ada pepatah yang mengajari kita agar berusaha
keras untuk berjasa kepada orang lain. Pepatah itu berbunyi :
Gajah Mati meninggalkan Gading
Harimau mati meninggalkan Belang
Manusia mati meninggalkan Jasa
Tidak ada waktu untuk menunda amal sholeh, tidak ada waktu untuk membiarkan
waktu kita terbuang percuma. Menunggu sampai umur berapa untuk beramal sholeh?
Kematian ada didepan kita karena itu kita harus berusaha beramal sholeh, berbuat baik untuk
sesame, berjasa untuk orang lain, bermanfaat untuk kaum muslimin. Dengan demikian, ketika
kita meninggal nanti mereka akan menangisi kita, merasa kehilangan karena jasa-jasa kita
kepada mereka. Kita tersenyum bahagia menyambut surgaNYA. Semoga kita semua dicatat
oleh Allah sebagai hamba-hamba yang sholeh, hamba-hamba yang berjasa bagi sesame dan
pada akhirnya kita tersenyum dan mereka menangis sebagai balasan sewaktu kita bayi. Semoga
Kita diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin.

*Penulis adalah sekretaris majlis keluarga


Ponpes Al Muayyad, juga Kepala Sekolah SMP
Al Muayyad Boarding School. Sekaligus Ketua
Lajnah Falaqiyyah MWC NU Tanggulangin

Anda mungkin juga menyukai