Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN CEDERA KEPALA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Cedera kepala menurut Suriadi & Rita (2001) adalah suatu trauma yang mengenai
daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala.
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala terjadi baik secara langsung
bersifat terbuka atau tertutup yang dapat terlihat meliputi trauma kulit kepala,
tengkorak dan juga otak sehingga dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,
fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanen.

2. Etiologi
Penyebab utama cedera kepala menurut (Cholik Harun dan Saiful Nurhidayat ;
2009 :49) meliputi :
a. Kecelakaan lalu lintas >50 % kasus
b. Jatuh dan pukulan
c. Kejatuhan benda
d. Kecelakaan kerja/industri
e. Cedera lahir
f. Luka tembak

3. Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera
primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai
akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala
dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi – deselerasi gerakan kepala.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contercoup. Cedera
primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulag tengkorak dan daerah
sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan
akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.

1
Akselerasi deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak
dan kasar saat terjadi trauma, perbedaan densisitas antar tulang tengkorak (substansi
solid) dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari
muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yag berlawanan dari benturan (contrecoup).
Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis
yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan,
edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi.

4. Manifestasi klinik
a. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
b. Kebingungan
c. Iritabel
d. Mual dan muntah
e. Pusing dan terlihat pucat
f. Nyeri kepala hebat
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
j. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

5. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan (dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan
perubahan jaringan otak.
b. MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras radioaktif.
c. Cerebral angiography
Menunjukan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi edema, perdarahan dan trauma.
d. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.

2
e. Sinar X
Mendeteksi parubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang.
f. PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.

6. Pengobatan/Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut :
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. Makanan atau
cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya cairan infus dextrosa 5 %,
amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari
kemudian diberikan makanan lunak.
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
d. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
e. Terapi obat-obatan.
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringanya trauma.
2) Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi vasodilatasi.
3) Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa
40 % atau gliserol 10 %.
4) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidasol.
f. Pembedahan bila ada indikasi.

7. Komplikasi
a. Perdarahan didalam otak, yang disebut hematoma intraserebral dapat menyertai
cedera kepala tertutup yang berat, atau lebih sering cedera kepala terbuka.
b. Tekanan intrakranial meningkat
c. Hemorrhagie
d. Infeksi
e. Edema serebral dan herniasi

3
8. Pencegahan
Upaya yang dilakukan yaitu :
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadinya
kecelakaan lalu lintas seperti untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang
terjadinya cedera seperti pengatur lalu lintas, memakai sabuk pengaman, dan
memakai helm.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi
yangdirancang untuk mengurangi atau meminimalkan beratnya cedera yang terjadi.
Dilakukan dengan pemberian pertolongan pertama, yaitu :
a) Memberikan jalan nafas yang lapang (Airway).
b) Memberi nafas/ nafas buatan (Breathing)
c) Menghentikan perdarahan (Circulations).
3) Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang
lebih berat, penanganan yang tepat bagi penderita cedera kepala akibat kecelakaan
lalu lintas untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita,
meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita.
Upaya rehabilitasi terhadap penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas
perlu ditangani melalui rehabilitasi secara fisik, rehabilitasi psikologis dan sosial.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin (banyak laki –
laki, karena sering ngebut – ngebutan dengan motor tanpa pengaman helm),
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosis medis.

4
b. Keluhan utama
yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran.
c. Riwayat penyakit saat ini
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung kekepala. Pengkajian yang didapat
meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS >15), konvulsi, muntah, takipnea, sakit
kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka dikepala, paralisis, akumulasi sekret
pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu dipertanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi,
riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
penggunaan obat – obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif,
konsumsi alkohol berlebihan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes melitus.
f. Pengkajian persistem
1) Keadaan umum
2) Tingkat kesedaran : composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma
3) TTV
4) Sistem Pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi, nafas bunyi
ronchi.
5) Sistem Kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut nadi
bradikardi kemudian takikardi.
6) Sistem Perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih
7) Sistem Gastrointestinal
Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami perubahan
selera

5
8) SistemMuskuloskeletal
Kelemahan otot, deformasi
9) Sistem Persarafan
Gejala : Kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus, kehilangan
pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan.
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan
pupil, kehilangan pengindraan, kejang, kehilangan sensasi sebagian
tubuh.
a. Nervus cranial
N.I : Penurunan daya penciuman
N.II : Pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
N.III, N.IV, N.VI :Penurunan lapang pandang, refleks cahaya menurun,
perubahan ukuran pupil, bola mta tidak dapat mengikuti
perintah, anisokor.
N.V : Gangguan mengunyah
N.VII, N.XII : Lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada
2/3 anterior lidah
N.VIII : Penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh
N.IX , N.X , N.XI : Jarang ditemukan

b. Skala Koma glasgow (GCS)


NO KOMPONEN NILAI HASIL
1 Tidak berespon
2 Suara tidak dapat dimengerti, rintihan
1 VERBAL 3 Bicara kacau/kata-kata tidak tepat/tidak
nyambung dengan pertanyaan
4 Bicara membingungkan, jawaban tidak
tepat
5 Orientasi baik
1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Fleksi abnormal
2 MOTORIK
4 Menarik area nyeri

6
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
1 Tidak berespon
3 Reaksi 2 Rangsang nyeri
membuka mata 3 Dengan perintah (rangsang
(EYE) suara/sentuh)
4 Spontan

c. Fungsi motorik
Setiap ekstremitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut yang
digunakan secara internasional :
RESPON SKALA
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

7
2. Penyimpangan KDM

8
3. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan kontinuitas yang rusak.
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilitas.

Anda mungkin juga menyukai