Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Sang Maha Pencipta, yang Maha Berkehendak menciptakan
makhluk-makluknya berpasang-pasangan, di bumi dan di langit, yang hidup (faktor biotik)
dan yang mati (faktor abiotik).
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-
binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk kaum yang meyakini” (QS. Al- Jaatsiyah, 45:3-4). Berdasarkan ayat tersebut
pengenalan terhadap ciptaan Allah seperti hewan yang ada dimuka bumi merupakan salah
satu ciri dari orang beriman dengan mempelajari ciptaan-Nya lebih dekat.
Praktikum fisiologi hewan dipandang perlu untuk membantu pemahaman kepada
mahasiswa dalam mempelajari lebih detail fungsi-fungsi sistem tubuh hewan.

Bandung, Agustus 2012

TIM PENYUSUN

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
Tata Tertib Praktikum......................................................................................................3
Tata Cara Penulisan Praktikum dan Jadwal Praktikum Tentatif...............................4
Topik 1
Pencernaan...........................................................................................................................5
Topik 2
Respirasi...............................................................................................................................7
Topik 3
Eksresi................................................................................................................................10
Topik 4
Termoregulasi....................................................................................................................12
Topik 5
Hematologi ........................................................................................................................14
Topik 6
Cara Pemberian Zat Pada Hewan Percobaan.....................................................................19
Alur dan Ketentuan Penelitian Kecil ............................................................................23

2
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

1. Praktikum dimulai tepat waktu sesuai jadwal dan berlangsung selama maksimal 3 jam penuh.
2. Bila praktikan terlambat dalam waktu 15 menit, maka dinyatakan tidak mengikuti praktikum
dan yang bersangkutan tidak mendapatkan nilai praktikum, walaupun ia tidak dilarang untuk
mengikuti praktikum.
3. Praktikan harus mengenakan jas laboratorium selama mengikuti praktikum. Jas lab dipakai
sebelum masuk laboratorium.
4. Tas dan sepatu dirapihkan pada tempatnya. Yang dibawa ke meja praktikum hanya alat tulis dan
jurnal.
5. Peserta praktikum akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil (4-5 orang), peralatan
standar per kelompok : sabun cuci, sikat botol kecil dan lap tangan.
6. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap kerusakan, kebersihan, dan kelengkapan
alat-alat yang digunakan selama praktikum berlangsung.
7. Setiap kali selesai praktikum, semua peralatan yang telah dipakai harus dikembalikan dalam
kondisi bersih, kering, lengkap, dan tetap berfungsi seperti semula.
8. Setiap kerusakan dan ketidaklengkapan alat akibat pecah atau hilang akibat kelalaian peserta,
maka alat tersebut harus diganti dengan alat yang sama (tipe, merk, jenis, dsb). Oleh sebab itu
alat yang rusak, tidak dapat berfungsi, atau pecah harus segera dilaporkan.
9. Setiap peserta praktikum harus sudah mempelajari penuntun praktikum dan membuat jurnal
praktikum, dikumpulkan maksimal 1 jam sebelum praktikum.
10. Dilakukan test awal sebelum dimulai praktikum, dengan bahan soal dari modul praktikum.
11. Setiap kali praktikum, setiap peserta diharuskan membuat laporan praktikum (lihat cara
pembuatan laporan).

Penilaian praktikum:
1. Laporan : 20 %
2. Jurnal & Pretest : 10 %
3. Kehadiran & keaktifan : 10 %
4. UTS : 25 %
5. UAS (presentasi pencil) : 35 %

JURNAL PRAKTIKUM FISIOLOGI


HEWAN
NAMA :
KELOMPOK:
KELAS:

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI


HEWAN
NAMA :
KELOMPOK:
KELAS:

3
PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM
Setiap laporan dari satu macam percobaan harus memuat hal-hal berikut :
1. Judul percobaaan (5)
Praktikan harus mencantumkan judul yang singkat dan jelas mengenai percobaaan yang
dilakukan serta mencantumkan pula tanggal percobaan tersebut dilakukan.
2. Pendahuluan (15)
Dalam pendahuluan harus dijelaskan tujuan percobaan yang dilakukan, dilengkapi dengan
teori yang berhubungan dengan percobaan. Minimal 4 sumber, sumber tidak
diperkenankan dari blog atau artikel yang tidak jelas penulisnya, sumber harus berasal dari
jurnal, karya tulis ilmiah atau text book.
3. Metode (10)
- Alat dan bahan
Ditulis dengan jelas dalam bentuk tabel
- Cara kerja (diagram alir/flow chart)
Semua langkah pekerjaan dalam percobaan harus diuraikan dengan lengkap dan
benar, termasuk hal-hal yang mungkin saja tidak tercantum dalam modul praktikum.
4. Hasil (25)
Semua hasil pengamatan dalam percobaaan harus dituliskan, baik yang memuaskan
maupun yang tidak memuaskan. Lalu hal-hal penting lainnya selama percobaan
berlangsung harus dilaporkan dengan singkat dan tepat. Hasil pengamatan akan lebih
sempurna jika dilengkapi dengan tampilan gambar dan tabel.
5. Pembahasan (40)
Semua hasil percobaan dibahas dan diuraikan dengan singkat dan tepat. Lakukanlah studi
perbandingan dengan informasi/data yang diperoleh dari sumber lain (text book, jurnal
ilmiah, dsb). Bahaslah perbedaan-perbedaan yang dijumpai dengan alasan-alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
6. Daftar pustaka (5)
Buatlah daftar semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan perbandingan atau
referensi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan percobaan yang dilakukan. Minimal
4 sumber (modul praktikum tidak termasuk kedalam daftar pustaka).
Ketentuan laporan :
 Nilai maksimal laporan = 100
 Standar penulisan : ditulis di log book, diberi garis pinggir (untuk laporan tulis
tangan); font: times new roman, size: 12 dan spasi 1,5 (untuk laporan print out),
setiap laporan diberi judul
 Laporan dikumpulkan pada praktikum minggu berikutnya
 1-4 sudah siap dari jurnal
 Setiap laporan yang isinya / pembahasannya sama dengan oranglain nilainya NOL
(masing-masing) !!

JADWAL PRAKTIKUM TENTATIF

No. Materi Tanggal


1. Penjelasan praktikum, modul dan pencil
2. Pencernaan: kerja enzim
3. Respirasi: respirometer dan winkler
4. Eksresi: Urine
5. Termoregulasi: Hukum Van’t Hoff
6. Hematologi: apusan darah, pengamatan
tipe sel darah, pengukuran Hb darah dan
aliran darah
7. Hematologi: perhitungan eritrosit dan
leukosit
8. UTS dan pendahuluan pencil
9. Cara Pemberian zat pada hewan
percobaan
10. Pemeriksaan golongan darah
11. Presentasi proposal pencil
12. Pelaksanaan pencil
13. Presentasi pencil dan pengumpulan
laporan pencil (UAS)

4
TOPIK 1
PENCERNAAN

A. Tujuan
1. Pengamatan saliva dan kerja enzim pada proses pencernaan di dalam mulut
2. Pengamatan kerja enzim amilase dalam beberapa lingkungan suhu yang berbeda

B. Kompetensi
1. Siswa dapat melakukan pengamatan terhadap kerja enzim
2. Siswa dapat memahami prinsip kerja enzim
3. Siswa dapat mengetahui proses pencernaan dalam mulut
4. Siswa dapat melakukan dan menerangkan kerja enzim amylase dalam beberapa suhu
lingkungan yang berbeda

C. Prinsip
Enzim adalah protein spesifik yang berfungsi sebagai biokatalisator (mempercepat
proses hidrolisis). Sebagai biokatalisator, enzim harus bersifat efektif (dibutuhkan dalam
jumlah yang sangat sedikitdibanding dengan jumlah substrat), tidak ikut serta dalam proses
reaksi (sifat dan jumlah tidak berubah), dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi, dan
bersifat spesifik. Dalam proses pencernaan makanan, enzim berperan dalam pencernaan zat
secara kimiawi. Dengan adanya enzim maka penggunaan energi untuk proses pencernaan
akan lebih kecil. Kerja enzim sangat spesifik terhadap suhu. Reaksi dipercepat dengan
naiknya suhu sampai batas waktu tertentu dan akan bekerja maksimum pada suhu
optimumnya.

D. Alat dan Bahan


1. Saliva 12. Batang pengaduk kaca
2. Larutan amilum 13. Gelas ukur
3. Larutan iod 14. Plat tetes
4. Larutan benedict 15. Lumpang dan alu porselin
5. Es & air es 16. Bunsen spirtus + kaki tiga + kasa
6. Lugol 17. Alumunium foil
7. Kue craker asin 18. Termometer
8. Water bath 19. Kardus bekas
9. Beaker glass
10. Tabung reaksi
11. Pipet

E. Cara kerja
1. Kerja Enzim Amilase pada Proses Pencernaan di Dalam Mulut
Ambilah 2 buah kue craker, sebagian dikunyah dan sebagian lagi ditumbuk di dalam
lumpang. Kemudian simpanlah hasil kunyahan dan hasil tumbukan masing – msing pada
tempat yang terpisah (bisa menggunakan plat tetes). Tetesi kedua sampel dengan larutan iod
masing - masing 5 tetes. Lakukan uji iod tersebut pada interval waktu pengunyahan 30 detik,
1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit, dan 10 menit. Amati perubahan yang trejadi, lalu
deskripsikan hasil pengamatan, dan terangkan mengapa demikina. Lanjutkan pengamatan uji
iod setelah seluruh sampel tadi disimpan diruangan tanpa cahaya selama 30 menit.
Deskripsikan hasil pengamatan dan terangkan mengapa demikian.
2. Kerja Enzim Amilase pada Beberapa Suhu Lingkungan
Setiap kelompok mengumpulkan filtrat saliva 2ml. Saliva tersebut dikumpulkan dalam sebuah
beaker glass dan lakukan homogenasi. Sediakan water bath yang dipasang pada suhu 5 0C, 15
0
C, 25 0C, 35 0C, 45 0C, dan 55 0C. kemudian ke dalam 6 tabung reaksi yang bersih
dimasukkan masing – masing 20ml larutan alumunium. Lalu diatur seperti berikut:
Tabung reaksi 1 disimpan pada suhu 5 0C (es)

5
Tabung reaksi 2 disimpan pada suhu 15 0C (air es)
Tabung reaksi 3 disimpan pada suhu 25 0C (suhu ruang)
Tabung reaksi 4 disimpan pada suhu 35 0C (water bath)
Tabung reaksi 5 disimpan pada suhu 45 0C (bunsen)
Tabung reaksi 6 disimpan pada suhu 55 0C (bunsen)
Setelah dibiarkan 10 menit, masukkan ke dalam masing – masing tabung reaksi diatas 0,5ml
(10 tetes) saliva. Catatlah waktu saat memasukkannya. Dengan interval waktu 2 menit,
lakukanlah uji benedict bersama – sama uji iod terhadap larutan amilum yang ada dalam
keenam tabung diatas. Catatlah saat tercapainya titik akromatis untuk keenam macam suhu.
Selama berlangsung percobaan, tabung reaksi tidak boleh keluar dari water bath, dan suhu
water bath harus dijaga agar tetap konstan.
Setelah pecobaan selesai bautlah grafik yang menunjukan hubungan antara temperatur dengan
kerja enzim amilase. Tentukanlah pada grafik, berapa suhu optimum untuk kerja enzim
amilase.

F. Data dan Hasil Pengamatan

Uji Iod Uji Benedict


Menit ke-
Perubahan warna intensitas Perubahan warna intensitas
0

3
4 s/d 30

G. Diskusi
Diskusikan dengan teman sekelompokmu kemudian sertakan didalam pembahasan:
1. Dari hasil pengamatan percobaan dan sumber yang kalian dapatkan, apa fungsi dari
Iodin/lugol dan fungsi dari benedict?
2. Kelenjar apa yang menghasilkan saliva? Dan komponen apa saja yang terkandung
didalam saliva?
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi aktivitas kerja enzim?
4. Apa yang dimaksud titik akromatis? Gambarkan!
5. Berapa suhu optimum kerja enzim amilase berdasarkan hasil percobaan? Bandingkan
dengan sumber literatur!
6. Buatlah grafik yang menggambarkan titik akromatis ‘interval waktu terhadap
intensitas warna’ (hanya untuk suhu yang dianggap paling optimum dari hasil
percobaan)!
7. Buatlah grafik yang menunjukan suhu paling optimum untuk aktivitas kerja enzim
amilase ‘suhu terhadap interval waktu’!

H. Tugas Siswa
Menyiapkan 5 ml saliva, pensil warna, dan 1 bungkus kue craker (setiap kelompok
menyiapkan kraker yang berbeda)

6
TOPIK 2
RESPIRASI

A. Tujuan
1. Pengukuran laju konsumsi oksigen pada beberapa hewan kecil.
2. Pengukuran laju konsumsi oksigen pada hewan air (ikan).

B. Kompetensi
1. Siswa dapat mengetahui system respirasi pada hewan kecil (serangga) dan system
respirasi hewan air
2. Siswa dapat menerangkan bagian-bagian system respirasi hewan percobaan
3. Siswa dapat melakukan pengukuran laju konsumsi oksigen pada beberapa hewan
kecil dan hewan air
4. Siswa dapat menerangkan laju konsumsi oksigen pada hewan percobaan

C. Prinsip
Respirasi terdiri dari 2 macam, yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi
eksternal merupakan proses pertukaran O2 dan CO2 antara organisme dan lingkungan.
Respirasi eksternal melibatkan medium respirasi (udara dan air dengan oksigen terlarut di
dalamnya). Respirasi internal merupakan proses pertukaran O 2 dan CO2 antara darah dan
jaringan.
Pada hewan berukuran kecil terdapat perbandingan antara luas permukaan dengan
volume tubuh yang cukup besar sehingga dapat melaksanakan pertukaran gas dan cukup
untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dilakukan dengan cara difusi melalui permukaan
tubuhnya. Tetapi pada hewan yang berukuran besar, terutama pada hewan yang aktif,
perbandingan antara luas dengan volume tubuh terlalu kecil untuk melakukan hal serupa,
karenanya di;perlukan suatu permukaan tubuh yang khusus untuk pernafasan atau pertukaran
gas. Pada hewan yang tingkat trofiknya lebih tinggi, memiliki peralatan khusus untuk
menangkap O2 dan melepaskan CO2 . Alat – alat ini berupa berbentuk insang, paru-paru, kulit
atau saluran udara (trakea) atau bentuk alin yang dapat melangsungkan pertukaran O 2 dengan
CO2.
Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan menggunakan respirometer sederhana yang
berfungsi untuk mengukur laju konsumsi oksigen pada serangga dan metode Winkler untuk
mengukur laju konsumsi oksigen pada ikan. Prinsip kerja respirometer adalah dengan
mengamati banyaknya oksigen yang digunakan untuk pernafasan hewan dalam satuan waktu.
Prinsip metode winkler adalah menentukan kadar oksigen yang terlarut dalam air dengan
titrasi oleh larutan thiosulfat.

D. Alat dan Bahan


Respirasi hewan kecil (serangga, kecoa) Respirasi Ikan
1. Timbangan digital 1. Timbangan hewan
2. Stopwatch 2. Stopwatch
3. Respirometer sederhana 3. Erlenmeyer 2 liter
4. Beberapa serangga atau kecoa 4. Erlenmeyer 250cc
5. Kapas 5. Botol Winkler 250 cc
6. Kristal NaOH/KOH 6. Penjepit
7. Larutan eosin 7. Jaring penangkap ikan
8. Pipet tetes 8. Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
9. Vaselin 9. Buret
10. Statif
11. Larutan thiosulfat (Na2S2O3)
12. Larutan H2SO4 pekat
13. Larutan KOH-KI
14. Larutan amilum 1%
15. Larutan MnSO4 . 4H2O

E. Cara kerja
7
1. Konsumsi oksigen kecoa atau serangga
Timbang hewan yang akan diuji. Maukkan kristal NaOH / KOH yang sudah dibungkus
kain ke dalam botol respirometer. Masukkan hewan percobaan yang telah diukur beratnya ke
dalam botol respirometer kemudian tutup botol respirometer dengan pipa respirometer yang
berskala. Olesi bagian sambungan botol dan pipa dengan vaselin. Letakan respirometer tadi
sejajar dengan meja . teteskan eosin pada ujung pipa respirometer yang terbuka. Amati
pergerakan eosin tersebut. Catat jarak yang ditempuh eosin selam waktu tertentu. Hitunglah
volume udara tadi selama 5 menit, percobaan dilakukan sampai 3 kali. Lakukan hal yang
sama untuk semua hewan percobaan yang disediakan. Hitung jumlah konsumsi oksigen
perberat badan (ml/gr) dalam satu jam.

2. Konsumsi oksigen ikan


Ukur laju respirasi pada ikan dengan menggunakan Metode Winkler. Susun labu
Erlenmeyer 2L dengan dua selang. Salah satu selang dihubungkan dengan kran air untuk
saluran masuk (SM), sedangkan selang lainnya digunakan sebagai saluran keluar (SK). Isi
Erlenmeyer 2L dengan air secukupnya, lalu masukkan ikan yang telah ditimbang ke dalam
Erlenmeyer tersebut. Tutup botol lalu alirkan air. Apabila terbentuk gelembung, air terus
dialirkan hingga gelembung menghilang. Diamkan ikan beberapa saat untuk penyesuaian diri
di dalam botol percobaan dan biarkan air tetap mengalir.

Gambar 1. Rangkaian Alat Metode Winkler


Saat pengamatan, air yang keluar dari SK ditampung dalam botol Winkler 250ml.
Penampungan air dilakukan dengan memasukkan air perlahan melalui mulut botol agar
percikan air dan gelembung udara dapat dihindari. Tutup botol Winkler, saluran SM dan SK
dengan menggunakan penjepit.
           Selanjutnya dilakukan proses titrasi. Untuk tahap titrasi, buka Botol Winkler lalu
tambahkan 1ml larutan MnSO4. Gunakan pipet tetes untuk menambahkan larutan tersebut.
Lakukan dengan hati-hati, yaitu ujung pipet dimasukkan ke bawah permukaan air. Setelah itu,
tambahkan larutan KOH-KI dengan cara yang sama. Tutup kembali botol dan hindari
pembentukan gelembung udara. Kemudian botol dibolak-balik perlahan selama kurang lebih
lima menit hingga O2 terikat dengan sempurna. Diamkan botol selama 20 menit hingga
terbentuk endapan di dasar botol.
            Setelah 20 menit dan terbentuk endapan, buka botol dan buang 2 ml larutan dari
permukaan botol dengan pipet, hindari masuknya endapan ke dalam pipet. Selanjutnya
tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan pipet ukur. Tutup botol, lalu bolak-balik lagi hingga
larutan berwarna kuning kecoklatan dan seluruh endapan larut. Siapkan labu Erlenmeyer
250ml. Sebanyak 100ml larutan dari botol Winkler dipindahkan ke dalam Erlenmeyer dengan
gelas ukur. Larutan lalu dititrasi dengan menggunakan larutan thiosulfat (Na 2S2O3) hingga
berwarna kuning muda. Tambahkan Amilum 1% sebanyak 4-5 tetes sehingga larutan
berwarna biru tua. Lanjutkan titrasi dengan larutan thiosulfat hingga warna biru pada larutan
tepat menghilang. Catat pemakaian larutan thiosulfat. Lakukan pengulangan penghitungan
kadar oksigen setelah ikan didiamkan selama satu jam dalam erlenmeyer.
Perhitungan:
mLO 2 1 volume O 2
Laju konsumsi oksigen( )= x
jam . gram 4 waktu x massa ikan
F. Data dan Hasil Pengamatan

8
N Nama & Berat Perhitungan skala Volume konsumsi O2 Laju konsumsi O2
o gambar hewan (gr) per 5 menit rata-rata per 5 menit (ml/gr/jam)
1
2
3
4
5

G. Diskusi
Diskusikan dengan teman sekelompokmu kemudian sertakan didalam pembahasan:
1. Jelaskan sistem pernafasan spesimen uji (dilengkapi dengan gambar)
2. Jelaskan prinsip kerja respirometer
3. Buatlah grafik berat badan (gr) terhadap laju konsumsi O2 (ml/gr/jam) untuk spesimen
uji
4. Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi respirasi pada hewan

H. Tugas Siswa

Menyiapkan beberapa serangga, kecoa dan ikan. Masing-masing kelompok tidak boleh sama.

TOPIK 3

9
EKSKRESI
A. Tujuan
1. Pemeriksaan kandungan glukosa, albumin, korida dalam urin
2. Pengenalan bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin
3. Pembuktian kandungan urea dalam urin

B. Kompetensi
1. Siswa dapat memahami dan menerangkan struktur ginjal dan system ekskresi mamalia
2. Siswa dapat menerangkan dan melakukan pemeriksaan warna urin
3. Siswa dapat melakukan pemeriksaan kandungan glukosa, albumin dan klorida dalam
urin
4. Siswa dapat membuktikan bahwa bau ammonia berasal dari penguraian urea dalam
urin

C. Prinsip
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat-zat yang
sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan tubuh dalam bentuk
larutan. Ekskresi terutama berkaitan dengan pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama
proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorbsi oleh
darah, kemudian dipergunakan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Di
dalam tubuh vertebrata, asam amino yang berlebih akan dirombak menjadi amonia dan
diekskresikan lewat ginjal sebagai senyawa-senyawa ammonium sulfat, ammonium fosfat,
urea asam ura atau trimethylamine. Semua zatsisa yang tidak dipergunakan oleh tubuh
sebagian akan dikeluarkan bersama urin.

D. Alat dan Bahan


 Sempel urin
 Larutan Benedict
 Asam nitrit pekat
 Larutan AgNO3 10%
 Asam Oksalat
 Larutan Natrium Hipobromida
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Bunsen
 Kaca objek

E. Cara Kerja
a. Glukosa dalam urin
Didihkan 5 ml larutan Benedict dalam tabung reaksi. Tambahkan 8 tetes urin kedalam
larutan Benedict. Kemudian panaskan selama 1-2 menit. Amatilah perubahan warna
(endapan) yang terjadi.
- Hijau : kadar glukosa 1%
- Merah : kadar glukosa 1,5%
- Oranye : kadar glukosa 2%
- Kuning : kadar glukosa 5%
b. Albumin dalam urin
Masukan 3 ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi. Miringkan tabung reksi
tersebut, kemudian teteskan urin secara perlahan sehingga urin turun melalui
sepanjang tabung, bila urin mengandung albumin, maka akan terlihat adanya cincin
berwarna putih yang terdapat pada daerah kotak urin dan asam nitrit.

c. Klorida dalam urin

10
Masukan 5 ml urin kedalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO 3
beberapa tetes amati perubahan yang terjadi! (endapan putih menunjukan endapan
klorida radikal).
d. Ammonia dalam urin
Masukan 1 ml urin kedalam tabung reaksi, kemudian panaskan dengan Bunsen.
Ciumlah bagaimana baunya.
e. Urea dalam urin
Teteskan beberapa tetes urin pada gelas objek, kemudian hadapkan ke cahaya
matahari, biarkan sebagian urin tersebut menguap. Tambahkan setetes larutan jenuh
asam oksalat. Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hipobromida. Pemuaian
nitrogen tampak akibat dekomposisi urea.

F. Data dan Hasil Pengamatan

No Perubahan yang terjadi


. Uji
A B C D E
1 Glukosa
2 Albumin
3 Klorida
4 Ammonia
5 Urea

G. Diskusi
Diskusikan dengan teman sekelompokmu kemudian sertakan didalam pembahasan:
1. Bandingkan hasil pengamatan pada urin orang normal dengan urin orang yang
diperlakukan, jelaskan mengapa demikian (manfaatkan data profil pemilik sempel urin
yang diuji)!
2. Bagaimana siklus glukosa dalam tubuh jelaskan siklus tersebut?
3. Bagaimana kadar glukosa dalam darah setelah beberapa saat kita makan? Bagaimana
hubungan darah dengan kadar glukosa optimum darah?
4. Bagaimana hubungan antara kadar albumin yang tinggi dalam urin dengan kondisi
kesehatan yang bersangkutan ?
5. Klorida yang terkandung dalam urin berasal dari apa? Jelaskan!
6. Apakah klorida selalu terdapat dalam urin? Jelaskan!
7. Berasal dari apa ammonia yang terdapat dalam urin? Jelaskan!
8. Jelaskan bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh?

H. Tugas Siswa
Menyiapkan sampel urin dari 5 orang normal. Catat profil yang dibutuhkan masing-
masing pemilik sampel urin (Nama, usia, kondisi tempat tinggal, riwayat kesehatan,
kebiasaan, makanan sehari-hari, dll.)

TOPIK 4

11
TERMOREGULASI

A. Tujuan
1. Pengamatan terhadap perubahan perubahan aktifitas jantung Daphnia sp. dalam
berbagai temperatur lingkungan dan mempelajarinya
2. Menentukan koefisien aktifitas (Q10)

B. Kompetensi
1. Siswa dapat mengamati dan mempelajari perubahan aktifitas jantung Daphnia sp.
2. Siswa dapat mempelajari aktifitas jantung Daphnia sp. dalam berbagai temperature
lingkungan
3. Siswa dapat memahami proses homeostasis dalam tubuh
4. Siswa dapat menentukan koefisien aktifitas (Q10) dalam pembuktian hukum Van’t
Hoff

C. Prinsip
Termoregulasi merupakan salah satu bentuk respon fisiologis (penyesuaian diri) yang
dilakukan oleh hewan terhadap perubahan temperatur lingkungannya. Peningkatan suhu
lingkungan akan meningkatkan aktivitas hewan sampai batas kisaran toleransi hewan
(<55oC). Pada hewan poikiloterm yang hidup diair konduksi dan konveksi dengan kondisi air
sekelilingnya. Kenaikan suhu akan mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan laju
respirasi. Daphnia merupakan hewan akuatik yang sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan. Oleh kaeran itu sering digunakan sebagai hewan uji hayati (bioassay).

D. Alat dan Bahan


 Mikroskop
 Stopwatch
 Counter
 Pipet
 Es batu
 Kultur Daphnia sp
 Beaker Glass
 Bunsen + kaki tiga + Kasa
 Termometer

E. Cara Kerja
Kultur Daphnia sp disiapkan, kemudian diletakan didalam cawan arloji yang berbeda
pada suhu 5oC (letakan diatas batu es). Lalu pindahkan seekor Daphnia dengan pipet pada
gelas objek yang cekung atau pada cawan arloji lain, lali dilihat dibawah mikroskop.
Lakukanlah pengamatan dengan pembesarah 25X, aturlah Daphnia agar jantung tampak jelas
dan mudah mengikuti denyutnya. Hitunglah jumlah denyut jantung dalam interval 15 detik
(gunakan stopwatch dan alat hitung). Buatlah tiga kali pengukuran danhasilnya dirata-ratakan.
Pada setiap kali pengukuran suhu harus tetap dijaga agar tetap pada suhu yang dikehendaki.
Selanjutnya kultur Daphnia dipindahkan ketempat yang suhunya lebih tinggi 10 oC dari
suhu sebelumnya (5oC). Kemudian lakukanlah pengerjaan seperti diatas. Lakukan pula
pengukuran denyut jantung daphnia untuk suhu 25oC, 35oC, 45oC, dan 55oC. Buatlah grafik
yang menyatakan hubungan antara jumlah denyut jantung per menit untuk setiap macam suhu
lingkungan, dan hitunglah Q10 pada setiap suhu pengukuran. Diharapkan hasil yang didapat
akan sesuai dengan hokum Van’t Hoff.
Pernyataan hukum Van’t Hoff : bahwa setiap peningkatan suhu sebesar 10oC akan
meningkatkan laju konsumsi oksigen atau dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2-
3 kali kenaikan.
R2 10
{ }
Perhitungan Q10 =
R 1 T 2−T 1

12
Keterangan :
Q10 = Laju konsumsi O2 setiap kenaikan suhu sebesar 10oC
R1 dan R2 = frekuensi denyut jantung / detik pada 2 temperatur T2-T1

F. Data dan Hasil Pengamatan


Suhu
Jumlah denyut jantung Rata-rata denyut jantung
(oC) Q10
(per 15 detik) (per menit)

15

25

35

45

55

G. Diskusi
Diskusikan dengan teman sekelompokmu kemudian sertakan didalam pembahasan:
1. Jelaskan profil Daphnia sp (taksonomi, morfologi (gambar), habitat, prilaku, daur
hidup, kisaran toleransi suhu, respirasi, reproduksi, dll)
2. Buatlah grafik suhu (x) terhadap frekuensi denyut jantung/menit(y)
3. Buatlah grafik kenaikan suhu (x) terhadap nilai Q10 (y)
4. Bandingkan hasil perhitungan Q10 hasil percobaan dengan pernyataan Hk. Van’t
Hoff, jika tidak sesuai berikan asumsi ilmiah berdasarkan sumber literature

H. Tugas Siswa
Menyiapkan kultur Daphnia sp minimal 60 ekor (bisa diperoleh dipenjual ikan hias).

TOPIK 5
HEMATOLOGI DAN SISTEM PEREDARAN DARAH

13
A. Tujuan
1. Mengklasifikasi jenis-jenis darah
2. Menentukan nilai dari parameter hematologi dari darah sampel.
3. Mempelajari sistem peredaran darah katak.

B. Kompetensi
1. Siswa dapat mengenal struktur darah dan menglasifikasi jenis-jenis darah
2. Siswa dapat menghitung sel darah merah, sel darah putih dan hemoglobin darah
3. Siswa dapat memahami system peredaran darah dan membedakan pembuluh darah
(arteri, vena dan kapiler darah) sesuai kecepatan aliran darah.

C. Prinsip
Hematologi adalah cabang ilmu biologi mengenai segala sesuatu tentang darah. Darah
terdiri dari sel eritrosit, leukosit, trombosit dan plasma darah. Aplikasi ilmu hematologi
banyak digunakan untuk menganalisis suatu penyakit. Pemeriksaan darah dapat berupa
kenormalan darah beserta komponennya baik dari segi jumlah, ukuran, bentuk, aliran,
penyebaran, dan ketahanan dari virus dan bakteri. Dari analisis darah tersebut maka dapat
diketahui ada tidaknya penyakit yang diderita bahkan jenis penyakit dapat diidentifikasikan.
Singkat kata, analisis darah dapat mewakili analisis fungsional tubuh. Komponen penyusun
darah inilah yang merupakan parameter dari hematologi. Pada vertebrata, darah beredar
dalam pembuluh darah, karena itu peredarannya disebut pereedaran darah tertutup.
Beberapa klasifikasi darah pada manusia.
 Eritrosit
Jumlah eritrosit sangat banyak di dalam darah bila dibandingkan dengan leukosit. Eritrosit
berdiameter 6,6-7,5 pM dan tidak memiliki inti sel. Di bawah mikroskop, eritrosit terlihat
seperti cakram. Jika eritrosit tidak terlihat seperti cakram, hal tersebut dapat disebabkan
karena penyakit atau proses pewarnaan yang kurang baik.
 Platelet (Trombosit)
Trombosit berdiameter 3µm. Trombosit terlihat berwarna ungu dan lebih tebal dibanding
eritrosit.
 Leukosit
Leukosit memiliki nukleus yang berlobus-lobus. Biasanya, bentuk nukleus setiap jenis
leukosit berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk membedakan jenis leukosit dapat dilihat dari
warna granula dan bentuk nukleusnya. Leukosit dibedakan menjadi granulosit dan sel
limphoid atau agranulosit.

a. Granulosit
Leukosit bertipe Granulosit berasal dari sumsum tulang. Sitoplasmanya kaya akan
granula yang dapat membantu untuk pengidentifikasian. Terdapat tiga jenis granulosit,
yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.
o Neutrofil
Neutrofil merupakan jenis leukosit yang paling umum. Diameternya antara 12-15
µm. Nukleusnya terbagi menjadi 2 sampai 5 lobus yang dihubungkan oleh filamen.

14
Sitoplasma transparan karena granul-granulnya kecil dan berwarna merah muda.
Neutrofil yang belum matang berbentuk tapal kuda.
o Eosinophil
Eosinofil cenderung jarang terdapat di dalam darah. Ukurannya sama seperti
neutrofil. Secara umum, nukleusnya terdiri dari dua lobus. Tetapi ada juga eosinofil
yang memiliki 3 atau 4 lobus. Sitoplasma penuh dengan granul yang berwarna merah
muda atau jingga.
o Basofil
Basofil merupakan leukosit yang paling jarang terdapat dalam darah, karena
memiliki persentase kurang dari 1%. Diameternya berukuran 9-10 µm. Sitoplasma
sangat kaya akan granul yang berwarna ungu. Nukleus terdiri dari 2 atau 3 lobus,
namun sulit diamati karena tertutup oleh granula.
b. Sel Limfoid (Agranulosit)
Tidak terdapat banyak granul pada sel limfoid, oleh karena itu sel ini disebut
agranulosit. Nukleusnya padat dan sitoplasmanya transparan. Terdapat dua macam sel
limfoid, yaitu limfosit dan monosit. Kedua sel ini terlihat sama, tetapi sumbernya
berbeda. Limfosit berasal dari organ limfatik, sedangkan monosit memiliki asal yang
sama dengan granulosit.
o Limfosit
Limfosit berdiameter 8-10 µm dan berbentuk lebih kecil daripada leukosit yang lain,
tetapi lebih besar daripada eritrosit. Sitolasmanya transparan. Nukleus berbentuk
lingkaran. Jika dibandingkan dengan ukuran sel, nukleus berukuran besar dan
memenuhi sel.
o Monosit
Monosit merupakan leukosit yang memiliki diameter terbesar, yaitu 16-20 µm.
Nukleusnya berbentuk tapal kuda, atau terkadang berbentuk dua lobus.
Sitoplasmanya transparan.

D. Alat/Bahan dan Cara Kerja Masing-masing Sub Topik


1. Pengamatan tipe sel darah
Alat dan bahan
 Darah manusia segar
 Mikroskop
 Alkohol
 Giemsa
 Kapas
 Blood lancet
 Aquades
 Glass object dan cover
Cara kerja
Darah diambil dari ujung jari telunjuk dengan cara ditusuk menggunakan blood lancet,
kemudian buatlah apusan darah sehingga tampak degradasi pada bagian glass object (gambar
2). Amatilah preparat apusan darah yang telah dibuat, kemudian klasifikasikan tipe-tipe sel sel
darah yang ditemukan pada preparat apusan darah tersebut.

15
Gambar 2. Pembuatan preparat apusan darah (blood smear)

2. Pengukuran parameter hematologi


a) Perhitungan jumlah eritrosit
Alat dan Bahan
- Darah segar - Mikroskop
- Larutan Hayem (Hayem’s Solution) - Hemasitometer
- Alkohol 70% - Lancet
- Kapas - Counter
- Kertas saring
Cara kerja
Hemasitometer tipe Improved Neubauerdapat digunakan untuk menghitung jumlah sel
darah merah. Alat tersebut terdiri atas gelas objek yang dilengkapi Counting Chamber dan
pipet pengencer sel darah merah yang mempunyai skala hingga 101 serta mempunyai inti
gelas berwarna merah.
Ulasilah ujung jari anda dengan alkohol 70%, lalu tusuklah dengan lancet steril hingga
darah mengalir bebas (tanpa harus memijit ujung jari). Kemudian isaplah darah yang keluar
dengan pipet pengencer hingga skala 0,5 atau 1,0, lalu bersihkanlah ujung pipet dengan kertas
saring. Kondisikan agar tidak ada udara diantara darah dalam pipet sewaktu menghisapbila ini
terjadi darah harus segera dikeluarkan kembali dan anda harus mengulangi langkah
pengerjaan pengambilan darah dari awal. Bila penghisapan darah berlangsung baik, setelah
ujung pipet dibersihkan segeralah menghisap larutan hayem hingga tepat skala 101.
Peganglah pipet pada kedua ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk, kocoklah dengan
hati-hati selama 2 menit, buanglah 5 tetes pertama larutan tadi dengan menggunakan tisu,
kemudian letakan ujung pipet diantara gelas objek dan kaca penutup hemasitometer yang
bersih hingga larutan darah mengalir dengan bebas ke dalam counting chamber. Diamkanlah
selama 1-2 menit supaya sel-sel darah dalam 5 kotak R pada counting chamber.

16
Penentuan jumlah sel darah merah dalam tiap mm3 darah digunakan rumus :
Jumlah SDM = ne x p x 50

Ket : ne = Jumlah SDM dalam 5 kotak R


p = Besarnya pengenceran

b) Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (SDP)


Alat dan Bahan
- Darah segar - Mikroskop
- Larutan Turk (Turk’s Solution) - Hemasitometer
- Alkohol 70% - Lancet
- Kapas - Counter
- Kertas saring
Cara Kerja
Untuk menghitung jumlah sel darah putih digunakan hemasitometer dengan tipe yang
sama seperti pada percobaan menghitung jumlah sel darag merah, namun pupet pengencer
yang dipakai adalah pipet yang mempunyai inti gelas berwarna putih dan mempunyai skala
hingga 11. Sedangkan untuk pengenceran digunakan larutan Turk. Prosedur pengerjaannya
sama seperti penghitungan terhadap sel darah merah, hanya pengencerannya dilakukan hingga
skala 11.
Penghitungan jumlah sel darah putih dalam tiap mm3 darah digunakan rumus :

Jumlah SDP = nlx p x 2


Ket : nI = Jumlah SDP dalam 5 kotak W
p = Besarnya pengenceran

c) Mengukur Kadar Hb Darah


Alat dan Bahan
- Darah segar - Kapas
- Larutan HCl 0,1 N - Alkohol
- Hb- meter Sahli - Aquades
- Lancet

Cara Kerja
Masukanlah larutan 0.1 N HCl ke dalam tabung Sahli hingga batas skala 10. Basahi
ujung jari dengan alkohol, lalu tusuk dengan lancet. Darah yang keluar diisap dengan pipet
sahli dengan skala 20µl. Kemudian masukan darah tersebut ke dalam tabung yang telah berisi
larutan HCl 0,1 N. Bilaslah pipet dengan cara menghisap larutan dalam tabung kemudian
meniupkannya ke dalam tabung. Selanjutnya tanbung ditempatkan pada statifnya sehingga
berdampingan dengan tabung standar. Biarkan tabung selama 1 menit, lalu tambahkan
aquades sedikit demi sedikit hingga diperoleh warna dalam tabung sahli sama dengan warna
larutan standar. Baca tinggi permukaan miniskus, angka yang ditunjukan pada tabung
mrupakan nilai % atau g Hb per 100 ml darah.
Lakukan pengukuran kadar Hb darah ini pada 5 orang dari kelompok anda, kemudian
isilah tabel berikut “
No Nama Kadar Hb (%) Keterangan
1
2
3
4
5

3. Pengamatan aliran darah

17
Alat dan bahan:
- Kecebong
- Urethan 2%
- Cawan petri
- Beker gelas
- Mikroskop
Cara Kerja
Masukan 2-3 ekor kecebong ke dalam beker gelas berisi larutan urethan 2%.
Tunggulah beberapa menit sampai kecebong tersebut tidak bergerak lagi (terbius). Pindahkan
seekor kecebong yang sudah terbius ke dalam cawan petri yang berisi sedikit air. Amatilah di
bawah mikroskop pembuluh-pembuluh darah yang tampak transparan. Perhatikan aliran
jalannya darah dalam pembuluh-pembuluh tersebut. Gambarkan sebagian dari rangkaian
pembuluh darah yang anda amati. Kemudian cobalah bedakan antara : arteri, vena, dan
kapiler. Perhatikan pula kecepatan aliran pada masing-masing pembuluh tersebut.
Perhatikanlah pada pembuluh yang mana kecepatan aliran darah konstan dan mana yang tidak
konstan.

E. Diskusi
1. Kenapa apusan darah yang dibuat haruslah tipis dan terbentuk degradasi warna
darah?
2. Fungsi dan komposisi larutan Hayem dan larutan Turk
3. Berapa jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih hasil percobaan?
Bandingkan dengan jumlah SDM dan SDP normal untuk laki-laki dan wanita
berdasarkan sumber literatur? Jika berbeda berikan asumsi ilmiahnya (berdasarkan
literatur)?
4. Perbedaan pembuluh darah arteri, vena dan kapiker berdasarkan kecepatan dan arah
aliran darahnya
5. Bandingkan nilai Hb hasil percobaan dengan nilai Hb manusia dewasa normal (pria
dan wanita) dari literatur. Jika berbeda berikan asumsi imliahnya (berdasarkan
literatur)?
6. Fungsi Hb dalam darah manusia?

F. Tugas Siswa
Menyediakan kecebong hidup masing-masing kelompok 5 ekor

TOPIK 6
18
CARA PEMBERIAN ZAT PADA HEWAN PERCOBAAN
A. Tujuan
1. Menentukan jalur dari beberapa jenis pendedahan
2. Melakukan injeksi dari beberapa jenis pendedahan
3. Menentukan volume pendedahan untuk masing-masing jalur

B. Kompetensi
1. Siswa dapat menentukan beberapa jalur pemberian obat/zat dan melakukan injeksi dari
beberapa jenis pendedahan
2. Siswa dapat menentukan volume pendedahan untuk masing-masing jalur
3. Siswa dapat melakukan cara memegang mencit dan tikus dengan benar

C. Prinsip
JALUR PENDEDAHAN
Pendedahan yang dilakukan pada praktikum kali ini dilakukan kepada hewan percobaan
mencit/tikus. Pemberian zat seperti obat, nutrisi, dan atau substansi toksik, dapat dilakukan melalui
empat jalur pendedahan utama, yakni :
 Kulit / topical (dermal absorbtion)
 Organ Respirasi (inhalation)
 Organ Pencernaan (ingestion)
 Injeksi (parenteral)
Jalur topical dapat dilakukan dengan cara mengoleskan zat yang akan diberikan ke permukaan
kulit hewan percobaan. Inhalasi (inhalation) merupakan jalur pemasukan zat melalui saluran
pernapasan. Jalur ingestion dapat dibantu dengan alat gavage. Sedangkan jalur injection menggunakan
suntikan.
Jenis penyuntikan yang umumnya dilakukan pada hewan percobaan adalah :
 Intravenous injections (melalui vena pada ekor)
 Intramuscular injections (pada otot pada paha)
 Intraperitoneal injections (pada ruang abdominal)
 Intradermal injections (ke dalam kulit)
 Subcutaneous injections (ke dalam permukaan bawah kulit)
Pada praktikum kali ini, jalur pendedahan yang akan digunakan adalah melalui organ pencernaan dan
injeksi.

D. Alat dan Bahan


1. Mencit dan Tikus 6. Tabung Falcon
2. Syringe dan jarum suntik 7. Jarum Gavage
3. Baki preparasi 8. Alkohol 70%
4. Botol Vial 9. NaCl 0,9% steril
5. Gelas kimia

E. Cara Kerja
1) Injeksi intravena
Mencit ditahan dengan dimasukkan pada tabung falcon ataupun dipegang dengan tangan dengan
mencit berada dalam kandang. Lokasi vena pada ekor terletak pada bilateral atau kedua sisi ekor dan
superfisial, terletak tepat dibawah kulit. Sebelum melakukan injeksi pada vena ekor, ada baiknya
untuk menghangatkan mencit terlebih dahulu, misal menggunakan air hangat. Temperatur yang aman
untuk digunakan adalah 43oC. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak sirkulasi darah pada bagian
permukaan pembuluh darah dan memperlebar diameter vena pada bagian ekornya. Jumlah material
yang dapat disuntikan melalui intravena adalah < 0,2 mL atau lebih sedikit dari jumlah yang dapat
disuntikkan melalui intraperitonial.
1. Persiapkan zat yang ingin didedahkan pada mencit, dalam praktikum kali ini menggunakan
NaCl 0,9%
2. Syringe yang digunakan bervolume 1 mL dengan diameter jarum suntik maksimal 27 gauge.
3. Isi syringe dengan zat hingga mencapai volume yang diinginkan, hindari terdapat gelembung
udara pada syringe dan jarum suntik.
4. Posisikan ekor mencit keluar dari jeruji kandang ataupun tabung falcon.

19
5. Pilih satu diantara dua vena yang terdapat pada lateral
ekor mencit, tahan ekor menggunakan jempol dan
telunjuk tangan sambil ekornya sedikit dilingkarkan pada
telunjuk.
6. Oleskan alkohol 70% pada bagian yang akan disuntik
untuk menghindari infeksi.
7. Sejajarkan jarum suntuk dengan vena, lakukan injeksi zat
intravena secara perlahan.
8. Jika berhasil, anda akan melihat warna darah pada vena
perlahan akan menghilang mengikuti jumlah zat yang
dimasukkan dan dengan mudah jarum suntik dapat
dikeluarkan.
Jika jarum suntik tidak berada pada vena atau terinjeksi pada jaringan di sekitar vena, anda akan
melihat jaringan tersebut sedikit mengembang karena dimasukkan zat dan jarum suntik akan
sedikit sulit dikeluarkan. Ketika hal ini terjadi, hentikan injeksi, cabut jarum suntik, dan
posisikan jarum suntik pada vena yang lebih proksimal dari posisi sebelumnya atau pada vena
lateral lainnya.
9. Oleskan alkohol 70% pada bagian yang telah disuntik untuk menghindari infeksi.

2) Injeksi intraperitonial
Injeksi intraperitonial adalah pemasukkan zat pada peritoneum (rongga tubuh). Hal ini dilakukan
ketika dibutuhkan jumlah penggantian darah atau zat yang banyak, atau ketika tekanan darah rendah
dan untuk menghindari masalah yang dapat terjadi jika melakukan injeksi intravena. Pada hewan,
injeksi IP digunakan pada pengobatan hewan dan pengujian obat dan cairan sistemik karena lebih
mudah dibandingkan dengan jalur pendedahan lainnya.

1. Persiapkan zat yang ingin didedahkan pada mencit, dalam praktikum kali ini menggunakan
NaCl 0,9%
2. Syringe yang digunakan bervolume 1 mL dengan diameter jarum suntik maksimal 27 gauge.
3. Isi syringe dengan zat hingga mencapai volume yang diinginkan, hindari terdapat gelembung
udara pada syringe dan jarum suntik.
4. Mencit dipegang dengan prosedur yang benar (jari telunjuk dan jempol tangan memegang kulit
bagian punggung hingga leher secara erat untuk menghindari pergerakan kepala mencit).
5. Oleskan alkohol 70% pada bagian yang akan disuntik untuk menghindari infeksi.
6. Jarum suntik dimasukkan pada bagian kanan abdomen mencit.
7. Sebelum dilakukan injeksi, lakukan dahulu aspirasi dengan cara menarik pompa syringe.
Parameter kesalahannya adalah, jika ada warna hijau kekuningan berarti jarum suntik mengenai
organ pencernaan. Jika ada warna kekuningan berarti jarum suntik mengenai kantong kandung
kemih. Jika ada darah berarti jarum suntik mengenai organ seperti hati, dan lain-lain. Ketika hal
ini terjadi, hentikan injeksi, cabut jarum suntik, dan posisikan jarum suntik pada lokasi abdomen
lainnya.
Ketika dilakukan aspirasi dan tidak tampak parameter kesalahan seperti yang telah disebutkan
diatas, berarti jarum suntik berada pada rongga tubuh/perut mencit dan injeksi zat dapat
dilakukan dengan mudah.
8. Cabut jarum suntik dari abdomen mencit dan oleskan alkohol 70% pada bagian yang telah
disuntik untuk menghindari infeksi.

20
3) Injeksi subkutan
Injeksi subkutan dapat dilakukan pada bagian
tubuh, terutama kulit, yang tergolong tebal. Injeksi
dengan metode ini dilakukan dengan memasukkan
jarum suntik dibagian deep dari lapisan epidermis dan
dermis, dan dibagian superficial dari otot, yakni pada
bagian jaringan lemak yang terdapat pada kulit.
Injeksi subkutan lebih sedikit menyebabkan rasa sakit
dan tidak nyaman pada mencit.

1. Persiapkan zat yang ingin didedahkan pada mencit, dalam praktikum kali ini menggunakan NaCl
0,9%
2. Syringe yang digunakan bervolume 1 mL dengan diameter jarum suntik maksimal 27 gauge.
3. Isi syringe dengan zat hingga mencapai volume yang diinginkan, hindari terdapat gelembung
udara pada syringe dan jarum suntik.
4. Mencit dipegang dengan cara menarik kulit bagian punggung dan leher mencit dengan jempol
dan telunjuk tangan hingga membentuk menyerupai tenda.
5. Jarum suntik dimasukkan pada bagian dasar kulit yang ditarik sebelumnya dan injeksi zat dapat
dilakukan.
6. Cabut jarum suntik dari abdomen mencit dan oleskan alkohol 70% pada bagian yang telah
disuntik untuk menghindari infeksi.

4) Oral Gavage
Metode pendedahan zat melalui oral gavage dilakukan untuk memasukkan zat atau cairan melalui
saluran pencernaan. Banyaknya zat yang dapat dimasukkan melalui metode ini tergantung pada berat
badan, dengan maksmial 10 mL/kg berat badan untuk mencit dan 20 mL/kg berat badan untuk tikus.
1. Persiapkan zat yang ingin didedahkan pada mencit,
dalam praktikum kali ini menggunakan NaCl 0,9%
2. Syringe yang digunakan bervolume 1 mL dan jarum
gavage untuk mencit.
3. Isi syringe dengan zat hingga mencapai volume yang
diinginkan dengan jarum suntik biasa, hindari terdapat
gelembung udara pada syringe dan jarum suntik.
4. Lepaskan jarum suntik dan diganti dengan jarum
untuk oral gavage.

5. Mencit dipegang dengan prosedur yang benar (jari telunjuk dan jempol tangan memegang kulit
bagian punggung hingga leher secara erat untuk menghindari pergerakan kepala mencit).
6. Sebelum dilakukan oral gavage, dilakukan perkiraan sedalam apa jarum gavage dapat masuk
melalui saluran pencernaan mencit, dengan cara jarum gavage yang telah terpasang pada
syringe diletakkan di depan tubuh mencit dan dilihat pada bagian ujung jarum gavage maksimal
terletak pada tulang rusuk mencit yang paling bawah.

21
7. Oral gavage dilakukan dengan memasukkan perlahan jarum gavage melalui mulut hingga
masuk ke saluran pencernaan mencit. Jangan memasukkan jarum gavage dengan paksa apabila
terhambat sesuatu saat memasukkannya. Jika hal ini terjadi, tarik jarum gavage dan posisikan
masuknya jarum gavage lebih dorsal dari posisi sebelumnya agar masuk melalui esofagus dan
ke saluran pencernaan. Injeksi zat yang diinginkan dapat dilakukan setelah jarum gavage masuk
sebanyak perkiraan yang telah dilakukan sebelumnya
8. Tarik jarum gavage dan syringe dari saluran pencernaan dan mulut mencit secara perlahan.

Tabel Volume Pemberian Maksimum Pada Mencit


Jalur Massa Tubuh (g) Volume maks. (ml)
Intravena < 10 0,1
10-25 0,15
15-20 0,20
>20 0,25
Intraperitoneal < 10 0,25
10-15 0,5
15-20 1
>20 1,5
Subkutan < 10 0,05
10-15 0,1
>20 0,2
Gavage 10 0,1

F. Diskusi
1. Apa yang akan terjadi jika pemberian dosis obat/zat tidak sesuai dengan usia dan bobot tubuh
mencit?
2. Mengapa untuk melakukan pendedahan melalui injection harus tepat pada jalurnya?
3. Sebutkan jalur-jalur pendedahan yang menyebabkan kematian atau stress jika terjadi
kesalahan pada saat pemberian zat/obat! Jelaskan mengpa demikian!

G. Tugas Siswa
Masing-masing kelompok menyiapkan 2 ekor mencit/tikus

22
ALUR DAN KETENTUAN PENELITIAN KECIL (PENCIL)

1. Pencil dilaksanakan setelah Ujian Tengah Semester (UTS)


2. Peserta pencil dibagi menjadi 6 kelompok dengan tema sebagai berikut:
 Pencernaan
 Respirasi
 Eksresi
 Termoregulasi
 Hematologi
 Toksikologi
3. Pencil dapat dimulai setelah melakukan presentasi proposal. Dengan format proposal sebagai
berikut:
 Cover
 Pendahuluan (latar belakang, tujuan dan hipotesis)
 Tinjauan Pustaka
 Objek Penelitian dan Tata Kerja
 Rancangan Penelitian
 Jadwal Pelaksanaan
 Rancangan Anggaran Biaya
 Daftar Pustaka
4. Pencil dilakukan selama 1 bulan.
5. Format laporan pencil: Diketik dikertas A4, font: Times New Roman, spasi 2 dan disertakan
halaman judul.
6. Urutan pembuatan laporan:
 Cover
 Bagian Awal (kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran)
 Bab I Pendahuluan (latar belakang, tujuan dan hipotesis)
 Bab II Tinjauan Pustaka
 Bab III Metode Penelitian (lokasi penelitian, alat dan bahan, cara kerja)
 Bab IV Hasil dan Pembahasan
 Bab V Kesimpulan dan Saran
 Daftar Pustaka
 Lampiran

23

Anda mungkin juga menyukai