“MENEBAK PENYAKIT”
OLEH:
MARCHELA TESSA SESTYA
164210439
IA
DOSEN PEMBIMBING:
Hj. DARMAYANTI, SKM, M.KES
Skenario 1 :
“Menebak Penyakit”
1. EBM
2. EBM Diagnosa
3. Diagnosa
4. Pemeriksaan penunjang
5. OBSGYN
6. Pemeriksaan fisik
Pengertian:
2. EBM Diagnosa
Merupakan
3. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data klinis yang dilakukan dokter
melalui wawancara kepada pasien atau keluarga pasien atau saksi yang
mengetahui riwayat penyakit pasien. Wawancara ini dilakukan guna
menggali kronologi penyakit pasien.
4. Pemeriksaan Fisik
Merupakan Pemeriksaan fisik merupakan proses memeriksa kondisi
tubuh pasien oleh seorang ahli medis untuk mengetahui tanda klinis
penyakit. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
5. Pemeriksaan penunjang
Merupakan Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang
perlu dilakukan untuk membantu penegakan diagnosa. Pemeriksaan
penunjang diberikan kepada pasien apabila masih terdapat beberapa
kemungkinan penyakit yang muncul setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
6. OBSGYN
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang memiliki gelar resmi
Sp.OG, kepanjangan obsgyn adalah Obstetric dan Gynecology dan lebih
dikenal secara luas oleh masyarakat dengan panggilan dokter spesialis
kandungan.
7. Diagnosa
Merupakan Diagnosa merupakan kesimpulan dari seluruh proses
berpikir mulai dari analisis terhadap hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosa dilakukan untuk menentukan
kepastian penyakit yang diderita pasien dan langkah terapi yang akan
diberikan. (dr. Robertus Arian D. – hospitalist, 2010)
Pemeriksaan Diagnostik
Tempat
Alat USG
Darah Rontgen
CTG Waktu
Urine CTG
EKG Persiapan
pasien Feaces EKG
USG Sputum Laparaskop
Persiapan Tim
RONTGEN Medis Cairan per vagina i
Laparaskopi (secret)
2. Jenis-jenis pemeriksaan
USG
Merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan kulit/ di
rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai
kelainan pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
Rontgen
EKG
LAPARASKOPI
Merupakan operasi yang menggunakan tabung tipis bercahaya melalukan
pemotongan ( sayatan ) di perut untuk melihat organ-organ perut.
3. Persiapan untuk Pemeriksaan Diagnostik
Persiapan alat :
1) Pengambilan darah
2) Penampung urin
3) Penampung khusus
Bentuk pemeriksaan :
1. Jenis/golongan darah
2. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
3. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
4. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
5. SGPT (serum glumatik piruvik transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
6. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar
7. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal , luka bakar
8. Billirubin (direct: deteksi ikterik, indirect: anemia & malaria
9. Gula darah untuk mendeteksi diabetes.
Persiapan alat :
Prosedur kerja :
1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3. Memasang perlak dan pengalas
4. Memakai hand scoon
5. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6. Kulit dihapushamakan dengan kapas alkohol
7. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
8. Merapikan alat
9. Melepaskan hand scoon
B. Pemeriksaan Urine
Kegunaan :
1. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
pemeriksaan.
2. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam
sesudah makan)
4. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
Persiapan alat :
Prosedur tindakan :
1. Mencuci tangan
2. Mengisi formulir
3. Memberi etiket pada wadah
4. Memakai hand scoon
5. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup
rapat.
6. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
7. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
8. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
9. Membereskan dan merapikan alat
10.Melepas hand scoon
11. Mencuci tangan
C. Pemeriksaan Faeces
Persiapan alat :
1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
5. Melepas pakaian bawah pasien
6. Mengatur posisi dorsal recumbent
7. Memakan hand scoon
8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah
keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
11. Melepas hand scoon
12. Merapikan pasien
13. Mencuci tangan
Pengertian :
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea,
bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Tujuan :
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam
tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
Indikasi :
Persiapan alat :
Prosedur tindakan :
1. Menyiapkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi duduk
5. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
6. Memakai hand scoon
7. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah
disiapkan (sputum pot)
8. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
9. Membersihkan mulut pasien
10.Merapikan pasien dan alat
11. Melepas hand scoon
12. Mencuci tangan
Persiapan alat :
Prosedur :
1. Pemeriksaan USG
Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun
1960, dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan
teknologi bidang komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan
sangat pesat, sehingga saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada
yang menyebut sebagai USG 4D).
Indikasi
Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan
pemeriksaan USG dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada
trimester pertama (kehamilan 10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan
trimester kedua (18 – 20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan
untuk memantau tumbuh kembang janin.
Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pervaginam
Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan
pemeriksaan dalam.
Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
Tidak menyebabkan keguguran.
2) Perabdominan
Probe USG di atas perut.
Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot
perut, lemak baru menembus rahim.
2. Pemeriksaan Rontgen
Persiapan pemeriksaan :
Indikasi pemeriksaan
3) Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk
mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
5. Pemeriksaan Laparoskopi
Persiapan laparoskopi
Prosedur Laparoskopi
A. Kesimpulan
EBM sangat diperlukan dalam penegakkan diagnosa oleh seorang dokter.
Melalui langkah-langkah EBM yang diterapkan, diagnosa seorang dokter dapat
dipertanggung jawabkan keakuratannya. Dalam pelaksanaannya EBM harus
berpusat pada pasien dan bukan pada penyakit yang diderita oleh pasien. Diagnosa
yang diberikan oleh dokter harus tepat, karena diagnosa mempengaruhi pemberian
terapi dan obat kepada pasien dalam penanganan lebih lanjut.
Di skenario,dijelaskan adnya perbedaan penanganan yang berbeda oleh
kedua dokter, sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan
prinsip EBM, bahwa kedua dokter belum menjalankan prinsip EBM yang menjadi
acuan dalam praktek kedokteran.
Namun, langkah dokter A sudah tepat, karena menyarankan adanya
pemeriksaan penunjang untuk mencari bukti-bukti untuk menegakkan diagnosa.
Sedangkan, langkah yang ditempuh dokter B terihat belum menerapkan prinsip
EBM dalam mencari bukti-bukti untuk menegakkan diagnosa. Padahal, seharusnya
sebagai dokter tidak boleh memberikan terapi sebelum adanya diagnosa yang tepat
sesuai dengan pemeriksaan penunjang.
B. Saran
Dalam menentukan diagnosa, dokter A dan dokter B seharusnya lebih berhati-
hati. Kedua dokter seharusnya mampu menerapkan prinsip-prinsip EBM secara
tepat dan benar dalam mendiagnosa penyakit pasien. Dalam hal ini kedua dokter
sama-sama tidak menerapkan prinsip critical appraisal.
Padahal dalam prinsip EBM yang benar, kedua dokter seharusnya
mengumpulkan bukti-bukti dari pemeriksaan dari jurnal ataupun artikel ilmiah
yang berhubungan dengan penyakit pasien. Sehingga dengan menerapkan prinsip
ini pengetahuan yang didapat akan semakin bertambah karena dokter dituntut
untuk selalu mencari tentang pengetahuan terbaru dan hasil diagnosa tersebut.
Dalam diskusi tutorial ini hampir tidak dirasakan hal-hal yang menghambat
jalannya kegiatan diskusi tutorial. Kekurangan yang dirasakan adalah belum
pahamnya tentang Evidence Based Medicine dan penerapannnya. Oleh karena itu,
kami berharap untuk diskusi selanjutnya kami dapat memiliki pemahaman yang
baik terhadap materi ataupun permasalahan yang terdapat dalam skenario diskusi
tutorial.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.biolmedonline.com
http://www.mfldclin.edu/clinmedres
www.healthpolitics.com