Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“MENEBAK PENYAKIT”

OLEH:
MARCHELA TESSA SESTYA
164210439
IA

DOSEN PEMBIMBING:
Hj. DARMAYANTI, SKM, M.KES

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI DIII KEBIDANAN BUKITTINGGI
T.A. 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

Skenario 1 :

“Menebak Penyakit”

Dalam dunia kedokteran, perkembangan informasi medis dan seputar


penyakit berkembang pesat. Oleh karena itu dalam menangani pasien, seorang
dokter harus mengetahui perkembangan informasi yang ada. Langkah-langkah
yang ditempuh seorang dokter harus tepat sesuai dengan aturan dan prinsip EBM.
Evidence-Based Medicine adalah sebuah pertimbangan bukti ilmiah (evidence)
yang sahih yang diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada
penderita yang sedang kita hadapi.
EBM berorientasi kepada pasien sehingga keakuratan informasi yang kita
miliki sangat penting dalam penentuan diagnosa. EBM ini dijadikan dasar dalam
melakukan diagnosa dan terapi. EBM yang digunakan untuk melakukan langkah
diagnosa disebut Evidence Based Medicine Diagnosa.
Dalam skenario kedua, seorang wanita umur 45 tahun datang ke Puskesmas
Rawat Inap dengan keluhan sesak napas. Riwayat penyakit sekarang adalah tiga
hari sebelum datang ke puskesmas, penderita merasakan demam, kepala pusing,
batuk-batuk disertai dahak, badan terasa sakit semua dan dua hari yang lalu mulai
mengalami sesak napas.
Penderita tidak pernah merasa sakit seperti ini sebelumnya. Penderita
bekerja di peternakan ayam di mana banyak ternak yang mati mendadak. Pasien
lalu dibawa ke puskesmas di mana dokter A sedang bertugas.
Dokter A melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Karena sarana di
puskesmas tidak lengkap, maka dokter A merujuk pasien untuk melakukan
pemeriksaan penunjang di laboraturium rumah sakit.
Pasien merasa keberatan untuk melakukan pemeriksaan laboraturium
ataupun dirujuk ke rumah sakit, maka pasien datang ke praktek swasta dokter B.
Dokter B melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan langsung menentukan
sendiri diagnosa dan obatnya.
Pertanyaan:

Bagaimana pendapat saudara, apakah langkah-langkah yang ditempuh


dokter A dan B dalam menegakkan diagnosa sudah menerapkan prinsip-prinsip
EBM diagnosa? Berikan alasan saudara.
BAB II
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

LANGKAH 1. Klarifikasi Istilah atau Terminologi Asing

1. EBM
2. EBM Diagnosa
3. Diagnosa
4. Pemeriksaan penunjang
5. OBSGYN
6. Pemeriksaan fisik

Pengertian:

1. EBM (Evidence-Based Medicine)


Merupakan Suatu teknik digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
mengelola pasien, atau lebih dekenal dengan istilah praktik kebidanan.

2. EBM Diagnosa
Merupakan

3. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data klinis yang dilakukan dokter
melalui wawancara kepada pasien atau keluarga pasien atau saksi yang
mengetahui riwayat penyakit pasien. Wawancara ini dilakukan guna
menggali kronologi penyakit pasien.

4. Pemeriksaan Fisik
Merupakan Pemeriksaan fisik merupakan proses memeriksa kondisi
tubuh pasien oleh seorang ahli medis untuk mengetahui tanda klinis
penyakit. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
5. Pemeriksaan penunjang
Merupakan Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang
perlu dilakukan untuk membantu penegakan diagnosa. Pemeriksaan
penunjang diberikan kepada pasien apabila masih terdapat beberapa
kemungkinan penyakit yang muncul setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

6. OBSGYN
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang memiliki gelar resmi
Sp.OG, kepanjangan obsgyn adalah Obstetric dan Gynecology dan lebih
dikenal secara luas oleh masyarakat dengan panggilan dokter spesialis
kandungan.

7. Diagnosa
Merupakan Diagnosa merupakan kesimpulan dari seluruh proses
berpikir mulai dari analisis terhadap hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosa dilakukan untuk menentukan
kepastian penyakit yang diderita pasien dan langkah terapi yang akan
diberikan. (dr. Robertus Arian D. – hospitalist, 2010)

LANGKAH 2. Menetapkan Masalah

 Perempuan hamil dengan keluhan kepala pusing-pusing,batuk disertai


dahak,badan sakit-sakit,demam,dan sesak nafas
 Penderita bekerja dipeternakan ayam dimana banyak ternak ayam yang mati
mendadak
 Sarana laboratorium di puskesmas tidak mencukupi
 pasien merasa keberatan untuk melakukan pemeriksaan penunjang di
laboratorium
 Dokter B hanya melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik langsung
menentukan diagnose dan obatnya.
LANGKAH 3. Curah pendapat Kemungkinan Hipotesa/Penjelasan

1. perempuan tersebut mengeluh dengan kepala pusing mungkin saja


perempuan tersebut kekurangan darah atau juga disebutdengan anemia.

2. perempuan tersebut merasakan demam,batukdisertai dahak


berkemungkinan terserang virus karna tempat perempuan tersebut
bekerja kotor atau tidak bersih.

3. Perempuan tersebut juga merasakan badan sakit-sakit karna


selainperempuan tersebutbekerja sedangkan perempuan tersebutsedang
hamil.

4. Perempuan tersebut juga bisa terserang fluburung ditempat ia


bekerja,karna dikatakan banyak ayam mati mendadak.

5. Perempuan tersebut enggan melakukan pemeriksaan rujukan bisa


dikarnakan transportasi

6. Takut akan alat-alat labor dan mental yang tidak cukup

7. Dokter yang enggan melakukan pemeriksaan laboratorium bisa jadi sang


dokter sudah merasa oke dengan hasil diagnosa nya saja,bisa juga karna
dokter juga tidak bisa melakukan hal tersebut.
LANGKAH 4 . Merumuskan Penjelasan dari Hasil Langkah 3

Pemeriksaan Diagnostik

Pengertian Jenis Jenis Persiapan Persiapan & Persiapan


Pengambilan Specimen Pemeriksaan

 Tempat
 Alat  USG
 Darah  Rontgen
 CTG  Waktu
 Urine  CTG
 EKG  Persiapan
pasien  Feaces  EKG
 USG  Sputum  Laparaskop
 Persiapan Tim
 RONTGEN Medis  Cairan per vagina i
 Laparaskopi (secret)

LANGKAH 5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan diagnostik


2. Menjelaskan jenis-jenis persiapan diagnostik
3. Menjelaskan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
4. Menjelaskan persiapan dan pengambilan spesimen darah, urine, feces,
cairan pervagina dan sekret
5. Menjelaskan persiapan untuk pemeriksaan USG, Rontgen, CTG, EKG, dan
laparaskopi
LANGKAH 6. Pengumpulan Informasi dan Belajar Mandiri

1. Pengertian Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu,


keluarga, dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan
aktual maupun potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting
dalam membantu diagnose, memantau perjalanan penyakit serta menentukan
prognosa. Karena itu perlu di ketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.

2. Jenis-jenis pemeriksaan
 USG
Merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan kulit/ di
rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai
kelainan pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.

Persiapan dan Pelaksanaan :


1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan
pankreas.
3. Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang
diatas permukaan kulit.
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara.
8. Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan ginjal
pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
9. Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara perlahan-
lahan
10.Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit
rambut dari kepala.
 CTG
Merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur denyut jantung janin
pada saat kontraksi maupun tidak.sedangkn Secara umum CTG merupakan suatu
alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola
denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.

 Rontgen

Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang


memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan
pada berbagai organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih,
tenggorokan dan rangka.

Persiapan dan Pelaksanaan :

1. Lakukan informed consent


2. Tidak ada pembatasan makanan / cairan
3. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru
pengambilan foto sinar x.
5. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung.
6. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.
7. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dlepaskan
sebelum pelaksanaan foto.
8. Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur.

 EKG

Merupakan Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari


jantung indikasi : MCI, Angina fektoris, gagal jantung.

 LAPARASKOPI
Merupakan operasi yang menggunakan tabung tipis bercahaya melalukan
pemotongan ( sayatan ) di perut untuk melihat organ-organ perut.
3. Persiapan untuk Pemeriksaan Diagnostik

Persiapan alat :

Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu di perhatikan


instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan professional dalam
bekerja.

1) Pengambilan darah

Yang harus dipersiapkan antara lain: kapas alcohol 70%, karet


pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml,penampung
kering bertutup dan berlabel.

Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan


tergantung pemeriksaan yang di minta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan
pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.

2) Penampung urin

Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering,


bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin
kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.

3) Penampung khusus

Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan


khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas
penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
4. Persiapan dan pengambilan spesimen darah urine feces, cairan
pervagina dan secret
A. Pemeriksaan Darah

Tempat pengambilan spesimen darah untuk berbagai macam


pemeriksaan laboratorium

 Perifer (pembuluh darah tepi)


 Vena
 Arteri
 Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga
bagian bawah
 Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau
tumit

Bentuk pemeriksaan :

1. Jenis/golongan darah
2. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
3. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
4. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
5. SGPT (serum glumatik piruvik transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
6. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar
7. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal , luka bakar
8. Billirubin (direct: deteksi ikterik, indirect: anemia & malaria
9. Gula darah untuk mendeteksi diabetes.
Persiapan alat :

1. Lanset darah atau jarum khusus


2. Kapas alkohol
3. Kapas kering
4. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam
pemeriksaan
5. Bengkok
6. Hand scoon
7. Perlak dan pengalas

Prosedur kerja :

1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3. Memasang perlak dan pengalas
4. Memakai hand scoon
5. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6. Kulit dihapushamakan dengan kapas alkohol
7. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
8. Merapikan alat
9. Melepaskan hand scoon

B. Pemeriksaan Urine

Kegunaan :

a. Menafsirkan proses-proses metabolisme


b. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)
Jenis pemeriksaan :

1. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
pemeriksaan.
2. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam
sesudah makan)
4. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

Persiapan alat :

1. Formulir khusus untuk pemeriksaan urine


2. Wadah urine dengan tutupnya
3. Hand scoon
4. Kertas etiket
5. Bengkok
6. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

Prosedur tindakan :

1. Mencuci tangan
2. Mengisi formulir
3. Memberi etiket pada wadah
4. Memakai hand scoon
5. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup
rapat.
6. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
7. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
8. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
9. Membereskan dan merapikan alat
10.Melepas hand scoon
11. Mencuci tangan

C. Pemeriksaan Faeces

Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara


pengambilan yang tertentu.
Tujuan :

 Untuk menegakkan diagnosa


 Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
 Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah,
dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.

Persiapan alat :

1. Hand scoon bersih


2. Vasseline
3. Botol bersih dengan penutup
4. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5. Bengkok
6. Perlak pengalas
7. Tissue
8. Tempat bahan pemeriksaan
9. Sampiran
Prosedur tindakan :

1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
5. Melepas pakaian bawah pasien
6. Mengatur posisi dorsal recumbent
7. Memakan hand scoon
8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah
keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
11. Melepas hand scoon
12. Merapikan pasien
13. Mencuci tangan

Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara


steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam
keadaan steril.
D. Pengambilan sputum

Pengertian :

Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea,
bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.

Tujuan :

Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam
tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.

Indikasi :

Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila


diperlukan).

Persiapan alat :

1. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup


2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak pengalas
6. Bengkok
7. Tissue

Prosedur tindakan :

1. Menyiapkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi duduk
5. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
6. Memakai hand scoon
7. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah
disiapkan (sputum pot)
8. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
9. Membersihkan mulut pasien
10.Merapikan pasien dan alat
11. Melepas hand scoon
12. Mencuci tangan

E. Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia

Persiapan alat :

1. Kapas lidi steril


2. Objek gelas
3. Bengkok
4. Sarung tangan
5. Spekulum
6. Kain kassa, kapas sublimat
7. Bengkok
8. Perlak

Prosedur :

1. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang


akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Memasang sampiran
4. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian
bawah (jaga privacy pasien)
5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
6. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
10.Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan
sesuai kebutuhan
11. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
12. Membuang kapas lidi pada bengkok
13. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia
dan ditutup
14.Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke
laboratorium
15.Membereskan alat
16.Melepas sarung tangan
17. Mencucitangan

5. Persiapan pemeriksaan USG, Rontgen, CTG, EKG, laparoskopi

1. Pemeriksaan USG
Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun
1960, dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan
teknologi bidang komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan
sangat pesat, sehingga saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada
yang menyebut sebagai USG 4D).
Indikasi
Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan
pemeriksaan USG dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada
trimester pertama (kehamilan 10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan
trimester kedua (18 – 20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan
untuk memantau tumbuh kembang janin.
Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pervaginam
 Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan
pemeriksaan dalam.
 Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
 Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
 Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
 Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
 Tidak menyebabkan keguguran.
2) Perabdominan
 Probe USG di atas perut.
 Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
 Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot
perut, lemak baru menembus rahim.

2. Pemeriksaan Rontgen

Persiapan pemeriksaan :

1) Radiografi konvensional tanpa persiapan.


Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk
pemeriksaan tulang atau toraks.

2) Radiografi konvensional dengan persiapan.


Pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya
untuk foto rontgen perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa
beberapa jam atau hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan
hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.
3) Pemeriksaan dengan kontras
Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum,
atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena.

Indikasi pemeriksaan

1) Sesak napas pada bayi.


Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraksnya (rongga dada), dokter
membutuhkan foto rontgen agar penanganannya tepat.

2) Bayi muntah hijau terus-menerus.


Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka
pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan. Pertimbangan dokter untuk
melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia, melainkan lebih pada
risk and benefit alias risiko dan manfaatnya.

3) Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.

Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk
mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.

3. Pemeriksaan CTG (CardioTokoGrafi)

Indikasi Pemeriksaan CTG

1) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid,


penyakit infeksi kronis, dll)

2) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth


Retriction)

3) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)

4) Polihidramnion (air ketuban berlebih)


Pemeriksaan CTG

1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

2) Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

3) Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan


ibu maupun bayi.
4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai.

5) Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

4. Pemeriksaan EKG (ElektroKardioGrafi)

Langkah-langkah pemasangan EKG

1. Atur Posisi Pasien, posisi pasien diatur terlentang datar


2. Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai jam
tangan, gelang, logam lain agar dilepas
3. Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, kedua
pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda.
4. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda.
5. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai.
6. Memasang arde.
7. Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
8. Menyambungkan kabel Elektrokardiogram pada kedua tungkai pergelangan
tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien
9. Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik
10. Bila rekaman Elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua elektroda
yang melekat ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula.
11.Pasien dibantu merapihkan pakaian.

5. Pemeriksaan Laparoskopi

Persiapan laparoskopi

• Pasien di rawat minimal 12 jam pra-operasi dengan membawa hasil


pemeriksaan laboratorium
• Puasa selama 8 jam sebelum tindakan operasi
• Kulit bagian pusar di bersihkan dan di tutup dengan kain kassa yang telah di
bahasi dengan alkohol
• Di lakukan pengosongan usus besar untuk membuang sisa-sisa kotoran
• Di berikan obat pencahar, premedikasi , antibiotik profilaksis
Prosedur laparaskopi

Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan umum. Dalam posisi


terlentang, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu membuat ruang rongga
perut lebih besar dengan memasukkan gas CO2 melalui jarum yang dimasukkan ke
dalam rongga perut.
Selanjutnya dokter akan membuat sayatan kecil berukuran 5-10 mm di
daerah pusar dan dua hingga tiga buah sayatan berukuran 5 mm lainnya di daerah
perut bagian bawah.
Kamera teleskop biasanya dimasukkan melalui sayatan di pusar, sehingga
dokter dapat melihat seluruh organ di dalam perut melalui layar monitor.
elanjutnya instrumen operasi dimasukkan melalui sayatan yang dibuat di perut
bagian bawah dan tindakan dilakukan sesuai dengan penyakit yang didapatkan.

Prosedur Laparoskopi

 Dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-


10mm) pada dinding perut pasien
 Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang
dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar
monitor
 Dua lubang yang lain untuk instrumen bedah yang lain
 Selanjutnya di gunakan gas karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan
rongga perut sehingga mudah melakukan tindakan
 Teknik anestesi (pembiusan) yang digunakan umumnya anestesi umum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
EBM sangat diperlukan dalam penegakkan diagnosa oleh seorang dokter.
Melalui langkah-langkah EBM yang diterapkan, diagnosa seorang dokter dapat
dipertanggung jawabkan keakuratannya. Dalam pelaksanaannya EBM harus
berpusat pada pasien dan bukan pada penyakit yang diderita oleh pasien. Diagnosa
yang diberikan oleh dokter harus tepat, karena diagnosa mempengaruhi pemberian
terapi dan obat kepada pasien dalam penanganan lebih lanjut.
Di skenario,dijelaskan adnya perbedaan penanganan yang berbeda oleh
kedua dokter, sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan
prinsip EBM, bahwa kedua dokter belum menjalankan prinsip EBM yang menjadi
acuan dalam praktek kedokteran.
Namun, langkah dokter A sudah tepat, karena menyarankan adanya
pemeriksaan penunjang untuk mencari bukti-bukti untuk menegakkan diagnosa.
Sedangkan, langkah yang ditempuh dokter B terihat belum menerapkan prinsip
EBM dalam mencari bukti-bukti untuk menegakkan diagnosa. Padahal, seharusnya
sebagai dokter tidak boleh memberikan terapi sebelum adanya diagnosa yang tepat
sesuai dengan pemeriksaan penunjang.
B. Saran
Dalam menentukan diagnosa, dokter A dan dokter B seharusnya lebih berhati-
hati. Kedua dokter seharusnya mampu menerapkan prinsip-prinsip EBM secara
tepat dan benar dalam mendiagnosa penyakit pasien. Dalam hal ini kedua dokter
sama-sama tidak menerapkan prinsip critical appraisal.
Padahal dalam prinsip EBM yang benar, kedua dokter seharusnya
mengumpulkan bukti-bukti dari pemeriksaan dari jurnal ataupun artikel ilmiah
yang berhubungan dengan penyakit pasien. Sehingga dengan menerapkan prinsip
ini pengetahuan yang didapat akan semakin bertambah karena dokter dituntut
untuk selalu mencari tentang pengetahuan terbaru dan hasil diagnosa tersebut.
Dalam diskusi tutorial ini hampir tidak dirasakan hal-hal yang menghambat
jalannya kegiatan diskusi tutorial. Kekurangan yang dirasakan adalah belum
pahamnya tentang Evidence Based Medicine dan penerapannnya. Oleh karena itu,
kami berharap untuk diskusi selanjutnya kami dapat memiliki pemahaman yang
baik terhadap materi ataupun permasalahan yang terdapat dalam skenario diskusi
tutorial.
DAFTAR PUSTAKA

1. Evidence-based medicine - a new approach to teach medicine: a basic review


for beginners Biology and Medicine, Vol 2 (1): 1-5, 2010

http://www.biolmedonline.com

2. Evidence-Based Medicine:Answering Questions of Diagnosa Clinical


Medicine & Research Volume 2, Number 1: 63-69 ©2004 Clinical Medicine
& Research

http://www.mfldclin.edu/clinmedres

3. Evidence-Based Medicine What It Means for Patients and Physicians

www.healthpolitics.com

4. KEPUTUSAN KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 155/MENKES/SK/II/2007 TENTANG PEDOMAN
PENATALAKSANAAN PENDERITA FLU BURUNG DI RUMAH
SAKIT

5. Prof.Murti, Bhisma, dr, MPH, MSc, PhD, PENGANTAR EVIDENCE


BASED MEDICINE

Anda mungkin juga menyukai