Anda di halaman 1dari 18

Materi KEORGANISASIAN

1.Pengertian Organisasi dan Unsur-unsurnya


Organisasi adalah suatu system yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukansecara teratur
dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan (IndriyoGitosudarmo, 1997)\.

Dari sini dapat dikatakan atau ditunjukkan bahwa organisasi memiliki unsur-unsur.Unsur-unsur tersebut
adalah sebagai berikut:
1). Sistem.
Bahwa organisasi adalah kumpulan dari sub-sub system.
2). Pola AktivitasBahwa didalamnya ada aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang dilaksanakan
secararelative teratur dan cenderung berulang.
3). Sekelompok Orang.Organisasi adalah kumpulan orang-orang.
4). Tujuan.Setiap organisasi didirikan adalah untuk mencapai suatu tujuan.
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen mendefinisikan organisasi sebagaikumpulan orang
yang mengadakan pembagian pekerjaan yang dikoordinasikan untukmencapai tujuan bersama.

Dalam pengertian ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut:


1). Tujuan yang disepakati oleh anggota-
anggota organisasi. Tujuan ini menjadi “jiwa”
organisasi.
2). Proses yang mengubah masukan/sumber daya yang dimiliki menjadi keluaran/hasilsebagaimana
diinginkan.
3). Pembagian pekerjaan di antara anggota. Termasuk di sini adalah pembagian tugas danwewenang
secara horizontal maupun vertical.
4). Kerjasama dan koordinasi supaya pembagian pekerjaan menjadi efektif dan efisien.

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat terlepas dari organisasi. Setiap hari kita berhubungan dan
terlibat dengan organisasi dan hidup kita dipengaruhi dan mempengaruhiorganisasi dalam derajat yang
berbeda-beda. Secara sadar kita terlibat dalam organisasi sebagaisiswa, karyawan, anggota gereja,
warga negara dll.

Organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok individu yang bekerja sama untukmencapai suatu
tujuan bersama.
Definisi yang lain menyatakan organisasi sebagai kesatuan yangmemungkinkan masyarakat mencapai
suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara
perorangan. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi dibentuk „by design‟
untuk melayani kebutuhan manusia yang tidak dapat dicapai secara individu.Organisasi lebih dari
sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa tetapi jugamenyediakan lingkungan di mana sebagian
besar dari kita menghabiskan kehidupan.Sebuah studi tentang organisasi (termasuk oganisasi misi)
terdiri dari individu, kelompokindividu, struktur dan proses organisasi. Gibson, Ivancevich,dan Donnelly
menggambarkanmodel organisasi sbb:Perilaku di dalam organisasi: Individu Perilaku dan
perbedaan individu Teori motivasi danaplikasinya Imbalan, hukuman, dan disiplin Stress dan
individu.Perilaku dalam organisasi: kelompok dan pengaruh antar pribadi, Perilaku kelompokPerilaku
antar-kelompok dan penanganan, Konflik Kekuasaan dan politik KepemimpinanStruktur organisasi,
Desain organisasi, Desain pekerjaanProses organisasi, Komunikasi Pengambilan keputusan, Evaluasi
prestasi kerjaSosialisasi/karierSemua komponen dari model organisasi di atas menunjukkan bahwa
setiap perubahanvariabel dapat mempengaruhi perilaku organisasi dan perilaku individu. Setiap
perubahan pimpinan, perubahan struktur dan proses organisasi dll pasti mempunyai pengaruh
dalam perilaku organisasi. Sebuah organisasi yang baik mempunyai visi dan misi yang jelas. Visi danmisi
ini berfungsi sebagai dasar acuan organisasi untuk mencapai tujuan. Model organisasi diatas dibangun
dengan dasar visi dan misi organisasi.Organisasi merupakan wadah atau tempat persekutuan dua orang
atau lebih manusia yangmelakukan kerjasama untuk mencapai tujuan. Orang mendirikan organisasi
karena, banyakalasan antara lain karena organisasi dapat melakukan suatu kegiatan yang tidak
mungkindilakukan seorang diri. Organisasi sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena
dapatmemberikan berbagai keuntungan maupun dapat memberikan kemudahan dalam
pencapaiantujuan secara efektif dan efesien.

Disamping organisasi dipandang sebagai wadah, organisasi juga dapat dipandang sebagai proses
manusia untuk berinteraksi dan bereaksi melakukan berbagai aktifitas masing-masing. Karakteristik
penampilan oraganisasi ditentukan olehmanusianya sendiri, karena manusia dalam organisasi memiliki
dua karakter utama, yaitu perilaku(behavior) dan gaya(style). Dua karakter manusia ini dalam sebuah
organisasi sangatdipengaruhi oleh kejiwaan (psychology) atau roh manusia.Setiap organisasi dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat senantiasa berusahauntuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Untuk tidak tergilas dari pesaing organisasilainnya maupun karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka peran dua karaktermanusia tersebut diatas sangat menentukan
kekuatan suatu organisasi sebagai berikut :
1. Memisahkan tugas-tugas secara tegas dan jelas setiap anggota organisasi sehingga pelaksanaannya
dapat berhasil guna dan berdaya guna.
2. Memperkenal standar yang harus dipedomani,baik yang berkaitan dengan metode kerja,maupun
kontrol kerja dalam organisasi.3. Menetapkan upah atau gaji sebagai rangsangan manusia dalam
organisasi secara adil,sebagaialat pemotivasi untuk berkarya lebih giat lagi.

Materi keorganisasian

Tiori OrganisasiSeperti halnya


teori yang lain, pemahaman teori organisasi diawali dari kata “organisasi” itusendiri. Organisasi diambil
dari kata “organon” (Yunani) yang berarti alat, yang bisa kita
terjemahkan sebagai sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama.
Jadi ada dua hal yang penting di sini yang harus ada dan dipahami secara gamblang:
1.“sekumpulan orang”
Artinya organisasi terdiri minimal atas dua orang yang punya interaksi satu sama lain
2.“tujuan” (yang sama)
Interaksi tersebut terbentuk karena memiliki visi / misi / kegiatan lain yang baik secaraterstruktur atau
tidak untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran

Di samping dua hal wajib tersebut sebenarnya masih ada “Culture” dan “Environment”, dan
mungkin di uraian di bawah akan ada lagi komponen-komponen lain yang muncul bilaorganisasi
dipandang dari sudut yang berbeda dan yang lebih detail.

Organisasi sebagai sebuah teori dapat dipelajari dari berbagai ilmu ;


1.Sosiologi (ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat)
2.Ekonomi (ilmu yang mempelajari sifat manusia yang berhubungan dengan produksi,distribusi,
pertukaran, dan konsumsi barang/ jasa)
3.Psikologi (ilmu yang mempelajari jiwa/mental terbatas pada manifestasi dan ekspresi jiwa/mental
berupa proses, tingkah laku, atau kegiatan)
4. Politik (ilmu yang mempelajari alokasi dan transfer kekuasaan dalam pembuatankeputusan, peran
dan sistem pemerintahan termasuk pemerintah dan organisasiinternasional, perilaku politik dan
kebijakan publik)
5 Manajemen (seni mengatur dan melaksanakan, belum ada definisi jelas)dan kajian-kajian terhadapnya
disebut sebagai studi organisasi, perilaku organisasi, atauanalisa organisasi. Dua hal ini yang
membentuk perspektif dalam teori organisasi bisa bermacam-macam.

Komponen dasar sebuah organisasi dilihat dari hasil studi organisasi adalah:
1.Anggota
2.Tujuan
3.Kegiatan
4.Komunikasi
5.Lokasi
6.Bentuk
7.Perilaku dan Budaya
MATERI KEPEMIMPINAN

II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.

Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya
semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa
kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan
yang berlainan.

Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain,
sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau
seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :

Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat


berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia
tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah
orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of
influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and
loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan
sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin
bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan


fasilitasnya.

- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya
kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian


pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi
yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian
teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini
mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa
sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai
melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan
kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan


kepemimpinan organisasi, antara lain :

o Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang


tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal


maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

o Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para


pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi


Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.

o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin


yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang
ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang


memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang
tinggi pula.

Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan


faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu
akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan
fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi ,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan,
terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya
mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan
atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang
positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.

Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai


keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.
Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman.
Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang


diambil tidak bersifat sepihak.

Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan


pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.

Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat


longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab,
kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya
konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil
penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan
apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang
berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai
dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah
hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task
strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh
pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan
kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa
organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.
Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku
pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan
saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang
memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut
adalah

Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah
tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam
situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat
menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan,
pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima
barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.

Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan
proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila
karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang
lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang,
untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan
efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu
atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian
timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan
bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.

Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf /
individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya
kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan
situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan
motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan
gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin
harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi
(information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-
315).

Peran pertama meliputi :

Peran Figurehead  Sebagai simbol dari organisasi

Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya

Liaison  Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

Monitior  Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau


berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.

Disseminator  Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.

Spokeman  Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar
organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur  Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.

Disturbance Handler  Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam
keadaan menurun.

Resources Allocator  Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu
dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan
setiap keputusan.

Negotiator  Melakukan perundingan dan tawar – menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran
pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
Alighting  Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.

Aligning  Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang
menuju ke arah yang sama.

Allowing  Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara
kerja mereka.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika
pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin
kuat pula yang dipimpin.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik
jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan
efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya.
Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi
omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
MATERI PERSIDANGAN

persidangan dapat diartikan sebagai sarana tempat mengkomunikasikan ide/gagasan dalam kerangka
pengambilan keputusan yang bersifat mengikat, baik untuk internal organisasi, maupun organisasi yang
berada dibawah organisasi tertinggi tersebut. Oleh karena itu dalam persidangan, setiap peserta akan
terlibat dalam pengambilan keputusan yang memiliki implikasi yang sangat penting bagi organisasi
tersebut. Setiap peserta sidang akan diberi kesempatan untuk bernegosiasi dan memancing ide dalam
kerangka menarik perhatian dan mempengaruhi peserta lain guna mengikuti apa yang diinginkan oleh
peserta tersebut.
Berdasarkan pemahaman diatas, terbersit pertanyaan dalam diri kita, pada organisasi/forum manakah
persidangan itu sering dilakukan? Pada dasarnya persidangan sering dilakukan pada organisasi-
organisasi yang lebih bersifat menentukan arah dan kebijakan organisasi tersebut. Oleh karena itu,
persidangan sering dilakukan pada organisasi legislative atau perwakilan, seperti Dewan Perwakilan
Rakyat, Badan Perwakilan Mahasiswa, maupun organisasi lainnya.

A. Bentuk-bentuk persidangan
Dalam suatu persidangan, tentunya memiliki aturan main yang tidak dapat dilanggar oleh
organisasi tersebut. Oleh karena itu, dalam persidangan pada dasarnya memiliki bentuk-bentuk
persidangan yang mengatur dan menentukan keputusan yang diambil. Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka dalam persidangan, pada umumnya terdapat dua bentuk persidangan yaitu:
1. Sidang Pleno.
Sidang Pleno merupakan sidang rutin yang sering dilaksanakan oleh oleh suatu organisasi
dalam kerangka membahas dan mengambil keputusan yang berkenaan dengan kegiatan-
kegiatan Rutin suatu organisasi. Contoh dalam internal lembaga kemahasiswaan, kita sering
mendengar dan melihat BPMU melakukan sidang pleno dalam rangka pemilihan ketua SMU,
penetapan hirarki peraturan lembaga Kemahasiswaan, dll.
2. Sidang istimewa
Sidang Istimewa merupakan persidangan yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam
kerangka pengambilan keputusan yang bersifat mendesak dan berada dalam keadaan
genting. Misalnya dalam negara kita, sidang istimewa guna menurunkan Gus- Dur dari kursi
Presiden.

B. Mekanisme Persidangan
Setiap organisasi, mempunyai aturan tersendiri dalam melaksanakan persidangan baik dari segi
kuorum, maupun dari segi teknis pelaksanaannya. Untuk memudahkan kita untuk memahami
mekanisme persidangan, maka saya akan mengambil contoh mekanisme persidangan yang
berlaku di BPMU. Dalam BPMU, mekanisme persidangannya diatur sebagai berikut :
1. Persidangan BPMU
BPMU bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan. Sebelum sidang dimulai
setiap anggota menandatangani daftar hadir. Sidang dianggap sah apabila dihadiri oleh
setengan tambah satu jumlah anggota.
Apabila sidang pertama tidak memenuhi kuorum maka sidang kedua berdasarkan undangan kedua
adalah sah.
Sidang diadakan atas undangan Pimpinan BPMU atau atas usul sekurang-kurangnya 11 (utusan) dari 11
anggota BPMF yang ada atau 1/3 ( sepertiga ) dari jumlah anggota BPMU.
Setiap anggota BPMU yang berhalangan hadir dalam persidangan harus memberitahukan secara
tertulis/maupun lisan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Pimpinan BPMU.
Sebelum sidang dibuka, bahan-bahan untuk rapat sudah harus disampaikan kepada anggota sekurang-
kurangya satu hari sebelum sidang.
Setiap peserta sidang dapat mengusulkan agendanya apabila dipandang perlu.
Surat-surat masuk dan keluar dibicarakan dalam rapat apabila dianggap perlu.

C. Sifat Persidangan
1. Sidang Tertutup, adalah persidangan yang dilakukan oleh suatu organisasi, dimana hasil
permbicaraan yang dilakukan tersebut bersifat tertutup dan hanya diketahui oleh Pimpinan
atau Anggota Organisasi tersebut dan pembicaraan tidak boleh diumumkan, kecuali sidang
memutuskan untuk diumumkan seluruhnya atau sebagian.
2. Sidang Terbuka, adalah persidangan yang dilakukan secara terbuka dengan mengundang
pihak lain yang dipandang memiliki keterkaitan dengan materi pembicaraan dalam sidang.
Pada persidangan ini, hasilnya boleh diumumkan secara terbuka dan dapat diketahui oleh
pihak lain diluar organisasi tersebut. Oleh karena itu dalam persidangan terbuka pihak-pihak
yang diundang biasanya disebut Undangan atau peninjau.

D. Tata Cara dalam persidangan


1. Persidangan bersifat musyawarah untuk mufakat.
2. Persidangan dipimpin oleh Pimpinan sidang.
3. Peserta sidang berbicara setelah mendapat izin dari Pimpinan sidang.
4. Peserta sidang tidak boleh diganggu selama berbicara.
5. Pimpinan sidang dapat mengenakan ketentuan mengenai lamanya para anggota berbicara.
6. Bilamana pembicaraan melampaui batas waktu yang ditetapkan Pimpinan sidang dapat
memperingatkan pembicaraan supaya mengakhiri pembicaraannya dan pembicara harus menaati
ketentuan itu.
7. Setiap waktu dapat diberi kesempatan interupsi pada anggota untuk :
Meminta penjelasan duduk perkara yang sebenarnya. (Point Of Klarifikasi)
Menjelaskan soal-soal yang menyangkut dirinya. (Point Of Clearing)
Mengajukan usul prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan. (Point Of Order)
Mengajukan usul untuk meminta penundaan sementara Permusyawaratan.
Dalam sebuah persidangan, perlu dicermati beberapa hal yang merupakan masalah dalam persidangan
yaitu : 1). Membuang-buang waktu. 2). Tidak Tegas, dan tidak menghasilkan keputusan apa-apa. 3).
Merupakan ajang penonjolan diri. 4). Tempat penggodokan manuver politik dan transaksi gelap. 5).
Memberikan kemungkinan pada orang lain untuk menghindari tanggungjawab. 6). Sebagai alasan untuk
kelambanan.
MATERI KEMAHASISWAAN

Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau
akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai
mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai
mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa, tetapi
menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif
itu sendiri.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak,
ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa
perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi
oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.
Peran dan Fungsi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa berbagai macam lebel pun disandang, ada beberapa macam label yang
melekat pada diri mahasiswa, misalnya:
1. Direct Of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena SDMnya yg
banyak
2. Agent Of Change,
Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah
negeri lalu dengan gagahnya mengusir penjahat-penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan
pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Dalam artian kita tidak
hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan
tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para
pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Sadar atau tidak, telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin
bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah
semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu perubahan kearah yang positif dan tidak
menghilangkan jati diri kita sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah
sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri.
3. Iron Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu ga akan pernah habis.
Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seoarang calon pemimpin bangsa masa
depan yang akan menggantikan generasi yang telah ada, sehingga tidak cukup hanya dengan
memupuk ilmu spesifik saja. Perlu adanya soft skill seperti leadership, kemampuan
memposisikan diri, dan sensitivitas yang tinggi.
4. Moral Force, mahasiswa itu kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force?Mahasiswa dalam
kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.
Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum
terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Kini,
peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa yang
berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh
mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan
mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan generasi
pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia
yang secara garis besar memiliki goalmenjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.
5. Social Control,
Peran mahasiswa sebagai social control terjadi ketika ada hal yang tidak beres atau ganjil
dalam masyrakat. Mahasiswa sudah selayaknya memberontak terhadap kebusukan-kebusukan
dalam birokrasi yang selama ini dianggap lasim. Lalu jika mahasiswa acuh dan tidak peduli
dengan lingkungan, maka harapan seperti apa yang pantas disematkan pada pundak mahasiswa?
Kita sebagai mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian social yang peduli terhadap
masyrakat karena kita adalah bagian dari mereka. Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan
dengan demo atau turun kejalan saja. Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang
mahasiswa, diskusi-diskusi, atau memberikan bantuan moril dan materil kepada masyarakat dan
bangsa kita.

Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa
susila dan demokrat yang
1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat

Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat disederhanakan bahwa tugas perguruan


tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah
fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu :
memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-
masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila
mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah.
Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai
masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya.

Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa


menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga
berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari
nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang
terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.

Posisi Mahasiswa
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan
dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih
tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol,
ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan memiliki posisi diantara
masyarakat dan pemerintah.

Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan


sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta
keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan
sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat
dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu
menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab
dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai


penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu
membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak
jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat,
oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan
berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme
dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat
realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak
sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang
seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat terjadi penaikkan
harga BBM beberapa bulan yang lalu.

Perjuangan-perjuangan yang dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya,


sehingga masyarakat sudah tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan
golongan-golongan atas seperti pengusaha, dokter, dsb merasa sudah tidak ada lagi kesamaan
gerakan.Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas”
bersama rakyat.

Anda mungkin juga menyukai