Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

M DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MAWAR

RS PELNI JAKARTA JAKARTA

Disusun Oleh
Nur Indah Safitry 16027

Rachmah Indah Kurnia 16031

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena
nikmat yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman
dan islam. Karena nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.M Dengan Tuberkulosis Paru Di
Ruang mawar Rs Pelni Jakarta Jakarta” tepat pada waktunya dengan baik dan
benar serta sesuai prosedur. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
kelompok yang di berikan beliau kepada kami sebagai materi kuliahKeperawatan
Medikal Bedah II yang harus di pahami dan di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara
materi maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi
kesempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah ini,kami menerima kritik
dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dalam proses belajar dan
mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta,25Juli 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Tujuan.........................................................................................................................6
1. Tujuan Umum..........................................................................................................6
2. Tujuan Khusus.........................................................................................................6
C. Metode Penulisan.......................................................................................................6
D. Ruang Lingkup.............................................................................................................7
E. Sistematika Penulisan..................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................8
A. Pengertian...................................................................................................................8
B. Etiologi........................................................................................................................8
C. Patofisiologi.................................................................................................................8
a) Pathway.................................................................................................................11
b) Manfestasi klinik....................................................................................................12
c) Komplikasi.............................................................................................................12
D. Penatalaksanaan medis.............................................................................................13
E. Pengkajian keperawatan...........................................................................................14
F. Diagnosa keperawatan..............................................................................................16
G. Perencanaan keperawatan........................................................................................17
H. Pelaksanaan keperawatan (sesuai dengan konsep keperawatan).............................18
I. Evaluasi keperawatan (sesuai dengan konsep proses keperawatan)........................18
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................20
A. Pengkajian keperawatan...........................................................................................20
B. Diagnosa keperawatan..............................................................................................28
C. Rencana keperawatan...............................................................................................29
Pelaksanaan keperawatan.............................................................................................34
Pelaksanaan keperawatan.............................................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................39
A. Pengkajian keperawatan...........................................................................................39

ii
B. Diagnose keperawatan..............................................................................................41
C. Perencanaan keperawatan............................................................................................41
D. Pelaksanaan keperawatan.........................................................................................43
E. Evaluasi keperawatan................................................................................................43
BAB V PENUTUP....................................................................................................................44
A. Kesimpulan................................................................................................................44
B. Saran.........................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................46

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas atau kesakitan berbagai penyakit
anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang
menjadi perhatian global, dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens dan
kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih menyerang 9,6 juta
orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO, 2015).

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam laporan District of
Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6% tahun 2014 di Dunia. Dua puluh tujuh
negara bagian di dunia dilaporkan peningkatan jumlah kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat
negara (California, Texas, New York, dan Florida) menyumbang 50,6% penderita TB paru dari
total kasus nasional di Amerika Serikat. Tahun 2013, kejadian TB paru terus secara bertahap
menurun antara orang kulit hitam non Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih non-
Hispanik (-12,1%), dan Hispanik atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TB paru tingkat Asia
juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun 2015 tingkat kejadian TB secara keseluruhan
untuk Asia selama tiga kali lebih tinggi. Angka prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014
menjadi sebesar 647 orang dari 100.000 penduduk.Angka penderita TB paru ini meningkat dari
tahun 2013, penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000 penduduk.
(WHO, 2015).

(CDC) melaporkan pada tahun 2015, tingkat insiden TB paru terus menurun untuk orang < 5
tahun dan berusia 15-24 tahun di dunia. Namun untuk kejadian untuk orang berusia 45-64 tahun
meningkat sedikit 3,5-3,6 kasus atau 100.00 orang. Tingkat insiden untuk semua kelompok usia
lainnya. tetap sama dengan tahun 2014 di dunia. Orang dewasa berusia > 65 tahun memiliki
tingkat kejadian 4,8 kasus/ 100.000, anak- anak berusia 5-14 tahun memiliki tingkat terendah
pada 0,5 kasus/ 100.00 pada tahun 2015. Menurut kelompok umur, kasus tuberculosis pada tahun
2015 paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar
17,18% di dunia.

4
Menurut jenis kelamin pada pasien TB paru, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali. Pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan (Kemenkes, 2015). Jumlah kasus TB paru BTA
positif

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB paru di Indonesia yaitu, waktu
pengobatan yang relatif lama (6 sampai 8 bulan) menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh
karena pasien TB paru berhenti berobat (Drop Out) setelah merasa sehat meski proses
pengobatan belum selesai sehingga menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru dengan
DO. Selain itu, masalah TB paru diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang
berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB Multi Drugs Resistant (MDR) atau kebal
terhadap bermacam obat. Masalah lain adalah adanya penderita TB paru laten, dimana penderita
tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB paru akan muncul. Sedangkan
di kota Jakarta sendiri keberhasilan upaya penanggulangan TB paru diukur dengan kesembuhan
penderita. Kesembuhan dapat mengurangi jumlah penderita dan terjadinya penularan.Untuk itu,
obat harus diminum dan diawasi oleh keluarga atau orang terdekat.Saat ini upaya
penanggulangan TB paru dirumuskan lewat Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS),
dimana pengobatan yang disertai pengamatan langsung. Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di
sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan
program.(Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013)

5
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami, menjelaskan, serta mengaplikasikan definisi, epidemiologi,
patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor resiko, gejala atau gambaran
klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari factor resiko,
pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari penyakit
Tuberkulosis

2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :

a) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru


b) Menentukan masalah keperawatan klien dengan tuberculosis paru
c) Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru
d) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada klien dengan
tuberculosis paru
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru
f) Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g) Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi/
alternatif pemecahan masalah
h) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara
mengumpulkan, menganalisa, data serta menarik kesimpulan kemudian di sajikan
dalam bentuk narasi, informasi yang diperoleh melalui study perpustakaan untuk
memperoleh bahan makalah dengan mempelajari buku-buku, sumber yang sangat
membantu penulisan makalah ini.

Adapun tehnik penulisan makalah ini adalah menggunakan studi kasus dengan
pengamatan dan memberi asuhan keperawatan dengan menggunakan proses

6
keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan, dan
menerapkan asuhan keperawatan menggunakan teknik wawancara pada klien dan
keluarga, observasi, studi dokumentasi yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Tuberkulosis
Paru dan studi dokumentasi keperawatan medis dan non medis.

D. Ruang Lingkup
Asuhan Keperawatan pada klien Ny. M dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Mawar
RS Pelni Jakarta dari tanggal 30 Juli sampai dengan 1 Agustus tahun 2018.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB. BAB 1
PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Tujuanyang terdiri dari Tujuan
Umum dan Tujuan Khusus, Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan. BAB  2 TINJAUAN TEORI terdiri dari Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi, Penatalaksanaan Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan.BAB 3 TINJAUAN KASUS terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan. BAB
4 PEMBAHASAN terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.
BAB 5 PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tuberculosis adalah suatupenyakit menular yang di sebabkan oleh kuman dari kelompok
mycrobacterium yaitu mycrobacterium tuberculosis (Depkes, 2014)

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius kronik dan berulang yang biasanya
mengenai paru, meskipun semua organ dapat terkena. (Priscilla. Dkk 2014)

Tuberculosis atau TB paru merupakan penyakit yang di sebabkan oleh mycrobacterium


tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama pada paru, atau di berbagai
organ tubuh lain nya. TB paru dapat menyebar kesetiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lain nya (smeltzer& bare, 2015)

B. Etiologi
TB paru di sebabkan oleh kuman mycrobacterium tuberculosis yang dapat di tularkan
ketika seorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme. Individu yang
rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi (smeltzer& bare, 2015)

Mycrobakterium sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 / 4 m dan
tebal 0,3 – 0,6 cm. Sebagian besar dinding kumanter diri atas asam lemak (lipid).
Kemudian lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga di sebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat dormant inilah kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi.

C. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycrobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara,
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel
T) adalah sel imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan

8
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).Basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga
basil.Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, biasanya
dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat
tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah
hari- hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat
berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju ke kelenjer getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
seltuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan
waktu 10 sampai 20 hari.Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif
padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas
menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih fibroblas membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan
gabungan terserangnya kelenjr getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks
Ghon.Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat
yang kebetulan menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan infeksi TB
paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cairan lepas kedalam bronkus yang
berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang
kembali dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah
atau usus. Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan merada, lumen bronkus dapat

9
menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan taut bronkus dan
rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat kavitas penu dengan bahan
perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ – organ tubuh. (Sylvia, 2005)

10
a) Pathway
mycrobacteriumtuberculosis

airbone / inhalasi droplet

saluran pernafasan

saluran pernafasan atas saluran pernafasan


bawah

bakteri yang besar paru – paru

bertahan di bronkus

alveolus

peradangan bronkus

terjadi pendarahan

penumpukan secret

penyebaran bakteri secara

limfa hematogen

efektif tidak efektif

secret keluar Secret sulit Demam anoreksia keletihan

saat batuk Di
keluarkan Perubahan Intoleransi
Peningkatan
nutrisi aktivitas
suhu tubuh
kurang dari
batukterus menerus obstruksi
kebutuhan

terhisap orang sehat sesaknafas

11
Resiko penyebaran
Gangguan pola nafas Bersihan jalan nafas
infeksi
tidak efektif tidak efektif

Gangguan pola
istirahat tidur

Sumber : price dan Wilson (2005) dandoengoes (2000).

12
b) Manfestasi klinik
Menurut wong 2008 tanda dan gejala tuberculosis adalah
1. Demam
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
5. Batuk ada atau tidak ( berkembang secara perlahan selama berminggu –
minggu sampai berbulan – bulan )
6. Peningkatan frekuensi pernafasan
7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
8. Bunyi napas hilang dan rongkhi kasar, pekak, pada saat perkusi
9. Demam persisten
10. Manifestasi gejala umum : pucat, anemia, kelelahan dan penurunan berat
badan,

c) Komplikasi
Menurut sudoyo (2007) dalam basiroh (2014) penanganan pada penderita tuberculosis
yang btidak benar akan menimbulkan komplikasi sebagai berikut .
a) Komplikasi dini : empisema paru, efusi pleura, laryngitis, pleuritis, dan poncet’s
orthropathy
b) Komplikasi lanjut : yaitu sindrom obstruksi pasca tuberculosis (SPOT), obstruksi
jalan napas, kerusakan parenkim paru, kor pulmonal, karsinoma paru, fibrosis
paru, amiloidosis, sindrom gagal napas dewasa ( ARDS) sering terjadi TB milier
dan kavitas TB

D. Penatalaksanaan medis
Menurut zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian,
yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita ( active care finding ).
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan trhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita Tb paru BTA positif
2. Mass chest x – ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok populasi tertentu
3. Vaksin BCG
4. Kemoprofilaksi

13
5. Komunikasi , informasi dan edukasi (KIE)

14
E. Pengkajian keperawatan
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan
tidur pada malam hari atau demam malam hai, menggigl/berkeringat
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada kerja,kelelahan otot, nyeri dan sesak

2. Integritas ego
Gejala : Adanya/faktor stress lama
Tanda : Menyangkal, anxietas, ketakutan mudah terangsang

3. Makan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan tak dapat mencerna menurunkan berat badan
Tanda : turgor turgor kulit buruk kehilangan otot hilang lemak subkutan

4. Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit

5. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif non produktif nafas pendek singkat riwayat tuberkolosis
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan pengembangan pernafasan tak simetri
penurunan fremitus penebalan pleura bunyi nafas menurun karakteristik
10 hijau kuning bercak darah
6. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi ikan anemon contoh tes tes HIV positif
Tanda : Demam rendah

7. Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi perubahan pola biasa

8. Penyuluhan atau pembelajaran

15
Gejala : Riwayat keluhan riwayat keluarga TB status kesehatan buruk tidak

berpartisipasi dalam terapi

9. Pemeriksaan diagnostik
a) Kultur sputum: positif untuk mycrobacterium tuberculosis pada tahap aktifnya
penyakit
b) Tes kulit (Mantoux) : reaksi positif (area indurasi 10mm/ lebih besar terjadi 48-72

jam Setelah injeksi intradermal antigen)

c) Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV


d) Foto toraks dapat menyatakan infiltrasi lesi awal pada area paruh/efusi cairan.
e) Histologi / kultur jaringan (termasuk pembersihan Gaster, urine, biopsi kulit) :
f) positif untuk mycrobacterium tuberculosis
g) Biopsi jarum pada jaringan paru positif untuk granula TB
h) Elektrolit dapat tidak normal contoh hiponatremia disebabkan oleh tidak normalnya
retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas
i) GDA : dapat normal tergantung lokasi berat dan kerusakan sisa pada paru
j) Pemeriksaan fungsi paruh : penurunan Kapasitas vital meningkatkan rasio udara
residu dan kapasitas paru total penaruhan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim atau fibrosa

16
F. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


1 mukus dalam jumlah berlebih,
2 eksudat dalan jalan alveoli,
3 sekresi bertahan
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar –
kapiler
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
6. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
1. Pertahanan primer adekuat penurunan kerja silia
2. Kerusakan jaringan tambahan infeksi
3. Penurunan pertahanan penekanan proses inflamasi
4. Malnutrisi
5. Terpajan lingkungan
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi pencegahan berhubungan dengan
1. Kurang terpajan informasi
2. Keterbatasan kognitif
3. Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada 

17
G. Perencanaan keperawatan
1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan status pernapasan
kepatenan jalan napas
Kriteria hasil :
1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16 – 20x/menit)
2. Irama pernapasan normal
3. Kedalaman napas normal
4. Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
5. Tidak ada akumulasi sputum

Rencana tindakan :

1. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi


2. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal

2. Tujuan: bersihan jalan nafas efektif


KriteriaHasil :mempertahankan jalan nafas pasien menunjukkan perilaku
kebersihan nafas mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Rencana tindakan :
a. Kaji fungsi pernafasan
R/ ini menunjukkan akumulasi sekret
b. Catat kemampuan mengeluarkan sekret karakter jumlah hematrosis
R/ sputum berdarah kental Akibat kerusakan paru
c. Beri posisi semifowler atau fowler
R/ memaksimalkan ekspansi paru
d. Bersihkan sekret dan mulut
R/ mencegah aspirasi lembab udara dan mencegah pengeringan membrane
mukosa
e. berikan obat bronkodilator
R/ menurunkan tahanan terhadap aliran udara

18
H. Pelaksanaan keperawatan (sesuai dengan konsep keperawatan)
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan pelaksanakan
intervensi/rencana keperawatan yang telah direncanakan untuk membantu klien
mencapai tujuannya.

Jenis kegiatan keperawatan meliputi :

1. Independen
2. Dependen
3. Interdependen ( kolaborasi )

Kegiatan interensi meliputi :

1. Memperbaharui data dasar


2. Meninjau & merevisi rencana asuhan
3. Melaksanakan intervensikeperawatan yang telah direncanakan

I. Evaluasi keperawatan (sesuai dengan konsep proses keperawatan)


Evaluasi merupakan tahap kelima & fase terakhir dalam asuhan keperawatan.
Evaluasi berarti mengidentifikasisejauh mana & sudah pada tingkatan apa tujuan
asuhan keperawatan telah tercapai. Tujuan evaluasi yaitu agar kegiatan yg telah
terorganisirdapat mencapai tujuan dan efektif.

Kesimpulan evaluasi menentukanintervensi keperawatan dihentikan atau harus


diulang atau dirubah.

Ada 2 evaluasi, yaitu :

1. Setelah setiap intervensi


2. Beberapa intervensi dalam mencapai tujuandengan mempergunakan
kriteris hasil

19
Kegiaan evaluasi mencakup :

1. Membandingkan respon klien dengan kriteria evaluasi


2. Menganalisa alasan-alasan untuk hasil
3. Memodifikasi rencana asuhan

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas klien
Ny. Mberusia 53 tahun jenis kelamin perempuan.Status perkawinan telah
kawin.Ny. M beragama Islam.Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia dan suku bangsa Tn. A adalah betawi. Pendidikan terakhir Ny. Madalah
SMA. Pekerjaan Ny. M adalah ibu rumah tangga.Ny. M tinggal di Jl. tanah baru V
RT 002/001 kelurahan grogol.Sumber biaya yang klien gunakan untuk membayar
biaya pengobatannya adalah JKN-BPJS.Sumber informasi yang kelompok
dapatkan berasal dariklien.
2. Resume

Ny. M datang ke IGD RS.Pelni Jakarta pukul 00.00 dini hari, tanggal 30 Juli 2018
dengan diantar oleh anak klien. Klien masuk ke IGD dengan keluhan batuk terus
menerus, sesak saat batuk, batuk di sertai dahak, dahak berwarna kuning, an klien
mengatakan tidak tahan dan akhir nya ia dan anak nya memutuskan untuk pergi ke
IGD RS pelni. Ditemukan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif dan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.Dilakukan tindakan mandiri memberikan
posisi semi fowler, mengajarkan batuk efektif, peeriksaan tanda-tanda vital
dengan tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 81 x/menit, Suhu 36.5oC, Pernafasan
20 x/menit, Saturasi O2 98%,serta dilakukan tindakan kolaborasi peasangan infus
three way dengan RL/12 jam, diberikan therapy obat Ranitidine25 mg/ml IV,
Combivent Nebulizer 2.5 mldan dilakukan pemeriksaan laboratorium(Dpl, Sgot,
SGPT, Ur, Cr, Gds, Na, K, Cl, Agd)dan pemeriksaan radiologi.

Hasil pemerikasaan laboratorium tanggal 30 Juli 2018 : Hemoglobin 12,4 g/dl


(12,0-16,0), Leukosit 7,20.103/ul (5,0-10,0), Trombosit320.103/ul (150-450),
Hematokrit 39,8% (36-48),Eritrosit 4,04 juta/μL (4,5-5,5), Gds 82 mg/dl (80-140),
Ureum 14 mg/dl (15-40), creatinin 0,5 mg/dl (0,5-1), Natrium 138 mmol/l (134-

21
146), Kalium 3,5 mmol/l (3,4-3,5).Evaluasi keperawatan klien mengatakan sesak
berkurang setelah di berikan obat.

Paginya, pukul 06.00klien dipindahkan ke ruang mawarkamar 13 bed B dengan


nomor RM69.56.88, menggunakan brankar dengan keluhan sesak, batuk sudah 1
bulan di rasakan terus menerus memberat sejak 1 minggu, batuk + dahak warna
putih kental. Kesadaran compos metis, nilai GCS : E :4, M : 6, V :5. Di lakukan
tindakan mandiri tanda-tanda vital TD 112/68 mmHg, N 77 x/menit, RR 18
x/menit, Suhu 36,6°c, Skala nyeri 0, di temukan masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, di lakukan tindakan mandiri
memeberikan posisi nyaman semi fowler, mengajarkanbatuk efektif, serta di
lakukan tindakan kolaborasipemasangan ivfd RL 12 jam/kolf, pemeriksaan BTA
3x, pemberian OAT, pemberian terapi obat Ranitidine25 mg/ml IV, Combivent
Nebulizer 2.5 ml, cefTRIAXON 1000 mg IV, Bisolvon 10 mg/5 ml 1 ml,
Rifampicin 450 mg, pyrazinamide 500 mg TAB, Obh Ikapharmindo Syr 100 ML,
Inh 300 mg TAB, Ethambutol 500 mg TAB

Pada tanggal 31 Juli 2018 pukul 08.00 dilakukan pengkajian kembali.

3. Riwayat keperawatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluhsesak nafas,batuk terus menerus, lemas. Sesak napas timbul ketika
klien batuk.Timbulnya bertahap, lamanya kurang lebih 15 menit.Upaya klien
mengatasi sesaknya dengan mengubah posisi menjadi duduk dan upaya klien
mengatasi batuk nya dengan meminum obat Obh Ikapharmindo.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya memiliki riwayat penyakit TB paru lebih 10 tahun
yang lalu dan tuntas minum obat 6 bulan.Klien mengatakan tidak memiliki alergi
obat, makanan, binatang maupun lingkungan.Klien mengatakan sebelumnya
pernah mengkonsumsi obat dari puskesmas dan klien mengatakan tidak tahu
nama obat nya.

22
c) Riwayat kesehatan keluarga

klien

Note:
: meninggal : tinggal serumah

: laki-laki : garis perkawinan

: perempuan : garis keturunan

: klien

23
Ny. M anak ke 3 dari 4 bersaudara.ayahNy. M sudah meninggal.Kakak pertama Ny.
M adalah perempuan, kakak kedua Ny. M adalah laki-laki dan adik Ny. M adalah
perempuan.Ny. M sudah menikah dan memiliki 2 orang anak perempuan dan laki-
laki, namun anak kedua Ny. M telah meninggal saat bayi, dansuami Ny. M sudah
meninggal dari 11 tahun yang lalu fator pencetus hipertensi dan faktor lain nya Ny.
M mengatakan tidak tahu karena suami nya tidak di rawat di Rumah sakit saat suami
nya sakit.Ny. Mkini tinggal bersama satu anaknya beserta menantu dan 1 cucu nya.

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
tidak ada.Riwayat psikososial dan spiritual, orang yang terdekat dengan klien adalah
anak klien.Pola komunikasi verbal dan non verbal, Pembuat keputusan musyawarah,
kegiatan masyarakat tidak ada.Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah
keluarga nya khawatir terhadap klien.Masalah yang mempengaruhi klien yaitu
penyakit yang dideritanya sekarang. Mekanisme koping klien terhadap stress yaitu
dengan diam dan terus memikirkan masalahnya. Persepsi klien terhadap penyakitnya,
hal yang sangat dipikirkan saat ini yaitu klien ingin cepat pulang.Harapan setelah
menjalani perawatan klien ingin cepat sembuh dan dapat beraktivitas kembali serta
tidak masuk rumah sakit lagi.Perubahan yang klien rasakan setelah jatuh sakit yaitu
klien merasa lebih sepi karena jarang bertemu anaknya.System nilai, kepercayaan
nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada.Aktivitas
agama/kepercayaan yang dilakukan yaitu sholat dan mengaji.Kondisi lingkungan
rumah klien tinggal di lingkungan yang berih, tetapi di gang yang kurang sinar
matahari.

Pola kebiasaan klien sehari-hari sebelum masuk rumah sakit : pola nutrisi; frekuensi
makan 2-3x/hari nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, Ny. Mtidak
suka makananyang berbahan dari ayam, tidak ada makanan yang membuat
alergi,tidakada makanan pantang, tidak ada makanan diet, tidak menggunakan alat
bantu makan (NGT). Pola eliminasi : frekuensi berkemih tidak sering, warna kuning
kental, tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu. BAB frekuensinya 1-2
x/hari, waktu tidak dapat ditentukan, bewarna kuning kecoklatan dan konsistensi
feses ½ padat, tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu laxatif. Waktu mandi

24
2x/hari, waktu pagi dan sore.Cuci rambut seminggu 3x/hari.Pola istirahat dan tidur
siang, pada malam hari klien tidur 7-8 jam/hari, siang hari tidur 2 jam/hari, tidak ada
kebiasaan sebelum tidur.Pola aktivitas dan latihan pagi sampai siang kegiatan, tidak
ada olahraga, tidak ada keluhan dalam aktivitas.Kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan.Klien tidak menggunakan/mengkonsumsi minuman keras yang dapat
mempengaruhi kesehatan klien.

Pola kebiasaan klien di Rumah Sakit pola nutrisi dan frekuensi makan 3x/hari, nafsu
makan baik, porsi makan dihabiskan 1 porsi, tidak ada makanan yang membuat
alergi, makanan pantangan tidak ada, makanan dengan diit lunak lpc dh3 dj3 rl
1700kal + MC 3x100 cc @MCRS 100 cc + Hepatosol 1 scoop, tidak menggunakan
alat bantu (NGT). Pola eliminasi BAK tidak tentu, warna kuning kental, tidak ada
keluhan, tidak menggunakan alat bantu kateter. BAB frekuensi 1x/hari waktu tidak
tentu, warna kuning kecoklatan.Konsistensi feses ½ padat, tidak ada keluhan, tidak
menggunakan laxatif.Pola personal hygiene mandi frekuensi 2x/hari, waktu pagi dan
sore hari, pola istirahat, lama tidur siang 1-2 jam/hari. Lama tidur malam 9 jam/hari,
tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas dan istirahat, tidak bekerja, tidak
berolahraga, tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan, tidak merokok,
tidak meminum minuman keras.Kebutuhan aktivitas sehari klien dibantu keluarga
dan perawat.

4. Pengkajian fisik

Hasil pengkajian tanggal 30 Juli 2018pukul 09.00 WIB didapatkan data sebagai
berikut : berat badan sebelum sakit 46 kg, selama sakit 46 kg tinggi badan 155 cm.
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 81x/menit, frekuensi nafas 19x/menit, suhu tubuh
36,50C, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Pada sistem penglihatan : posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor,
tidak ada kelainan pada otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda
radang. Tidak memakai kaca mata, tidak memakai kontak lensa, dan reaksi terhadap
cahaya baik.

25
Pada system pendengaran : kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan telinga dan
tidak ada perasaan penuh ditelinga, fungsi pendengaran normal, tidak ada tinnitus dan
otalgia, gangguan keseimbangan tidak ada dan tidak memakai alat bantu pendengaran,
sistem wicara normal.

Pada sistem pernafasan : jalan nafas tidak bersih, sesak ada, frekuensi pernafasan
19x/menit, irama teratur, jenis pernafasan kusmaul, kedalaman pernafasan dalam, batuk
ada, produktif dan menghasilkan sputum berwarna putih encer, palpasi dada simetris,
tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, perkusi dada sonor, suara nafas ronchi.

Sistem kardiovaskuler : nadi 81x/menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan darah
100/60 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, pengisian kapiler 2-3 detik, tidak ada edema pada kedua kaki, sirkulasi jantung
kecepatan apicaljantung 120x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung.

Pada sistem hematologi : tidak mengalami gangguan hematologi, tidak ada pucat, tidak
ada pendarahan, sistem syaraf pusat : tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran
komposmentis, GCS (Glas Glow Coma Seale) : E:4, M:6, V:5, tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan, pemeriksaan refleks : reflek
fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.

Sistem pencernaan : gigi ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, saliva normal, selera makan baik, tidak ada nyeri pada perut, bising
usus 8x/menit, diare tidak ada, tidak ada konstipasi, tidak ada penggunaan laxative,
hepar tidak teraba, abdomen distensi, lingkar abdomen 75 cm, tidak terpasang NGT.

Pada sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak bau keton, tidak
ada luka ganggren. Sistem urogenital : balance cairan, intake 1500cc, output 1900cc,
warna urine kuning kental, tidak ada distensi/ketegangan kandung kemih, tidak ada
keluhan akit pinggang dan tidak menggunakan alat bantu kateter.

Pada sistemintegumen : turgor kulit tidak elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, tidak ada kelainan kulit, klien terpasang threeway, keadaan tekstur rambut baik
dan bersih. Pada sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan dalam pergerakan, tidak

26
ada sakit pada tulang, sendi, kulit tidak ada fraktur, tidak ada kelainan pada bentuk
tulang dan sendi, tidak ada kelainan pada struktur tulang belakang, keadaan tonus otot
baik, kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Data tambahan: klien tahu dan paham tentang penyakitnyasehingga membuat klien rutin
minum obat.

5 Data penunjang
a) Hasil pemerikasaan laboratorium
tanggal 30 Juli 2018 : Hemoglobin 12,4 g/dl (12,0-16,0), Leukosit 7,20.103/ul
(5,0-10,0), Trombosit320.103/ul (150-450), Hematokrit 39,8% (36-
48),Eritrosit 4,04 juta/μL (4,5-5,5), Gds 82 mg/dl (80-140), Ureum 14 mg/dl
(15-40), creatinin 0,5 mg/dl (0,5-1), Natrium 138 mmol/l (134-146), Kalium
3,5 mmol/l (3,4-3,5).
b) Hasil pemerikaan Radiologi
Tanggal 30 juli 2018 :Radio Thorax
Jantung kesan tidak membesar, aorta dan mediastinum superior tidak melebar,
trakhea di garis tengah, kedua hilus tidak menebal, tampak fibroinfiltrat di
lapangan atas tengah kedua paru, tampak kavitas di lapangan atas paru kiri,
tampak cincin – cincin ektasis di lapangan tengah paru kiri, lengkung
diafragma dan sinus kostofrenikus normal, tulang-tulang kesan intak.

6. Penatalaksanaan (terapi/pengobatan termasuk diet)


a. Terapi farmakologi
1) Terapi oral
a) Rifampicin 450 mg
b) Pyrazinamide 500 mg tab
c) Obh ikapharmindo syr 100 ml
d) Inh 300 mg tab

27
e) Ethambutol 500 mg tab
b. Terapi injeksi
a) Ranitidine 25 mg/ml IV
b) Ceftriaxone 1000 mg IV
c. Terapi inhalasi
a) Combivent nebylizer unit dose 2.5 ml
b) Bisolvon 10 mg/5 ml (1 ml)
d. Terapi diit

diit lunak lpc dh3 dj3 rl 1700kal + MC 3x100 cc @MCRS 100 cc + Hepatosol
scoop.

7. Data fokus

Data subyektif : klien mengatakan sesak nafas, klien mengatakan batuk terus
menerus duah 1 bulan yang lalu, dan memberat dalam 1 minggu, terdapat sputum
dan warna sputum bening encer. Klien mengatakan nafsu makan baik, makan
habis 1 porsi.Klien mengatakan tidak ada perubahan BB.

Data obyektif : kesadaran composmentis, akral hangat, klien tampak lemas, wajah
klien tampakpucat, konjungtiva anemis, TD : 100/60 mmHg, Nadi : 81 x/menit,
Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,50C, SPO2 : 98%. Makan klien habis 1 porsi.

a. Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Pola nafas tidak hiperventilasi
Klien mengatakan sesak efektif
nafas, klien mengatakan
batuk berdahak, klien
mengatakan sputum
berwarna putih, klien
mengatakan gatal di
tenggorokan, klien

28
mengatakan pusing, klien
mengatakan suara jadi serak.

DO :
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 81x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36.50C
Tetpasang IVFD RL/12 jam
Riwayat TB paru dari 10
tahun yang lalu.
Agd :
2 DS : Ketidakefektifan Sekret dalam jumlah
Klien mengatakan sesak nafas, bersihan jalan nafas lebih
klien mengatakan
batuk berdahak, klien
mengatakan sputum berwarna
putih, klien mengatakan gatal
di tenggorokan, klien
mengatakan pusing, klien
mengatakan suara jadi serak.

DO :
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 81x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36.50C
Tetpasang IVFD RL/12 jam
Riwayat TB paru dari 10 tahun
yang lalu.

B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipervenilasi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret dalam
jumlah lebih

29
C. Rencana keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipervenilasi
Data Subyektif :Klien mengatakan sesak nafas, klien mengatakan batuk
berdahak, klien mengatakan sputum berwarna putih, klien
mengatakan gatal di tenggorokan, klien mengatakan
pusing, klien mengatakan suara jadi serak
Data Obyektif : Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi : 81x/menit,
Pernafasan : 20x/menit paru sonor, vesikuler kiri dan
kanan,
ronkhi+ wheezing-, Suhu : 36.50C, terpasang IVFD RL/12
jam Riwayat TB paru dari 10 tahun yang lalu.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam. Di harapkanstatus
penafasan : kepatenan jalan napas
Kriteria Hasil :
1. Frekuensi pernapasan deviasi dari kisaran normal
2. Suara napas tambahan tidak ada
3. Irama pernapasan tidak ada deviasi kisaran normal
4. Kemampuan untuk mengeluarkan secret di kisaran normal
5. Penggunaan otot bantu tidak ada
Rencana Tindakan:
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
R/ mengetahui perubahan status kesehatan klien
2. Posisiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ posisi membantu mengurangi tingkat skala sesak nafas
3. Identifikasi kebutuhan actual atau potensial
4. Ajarkan teknik batuk efektif
5. Posisikan untuk meringankan s esak napas
6. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi
R/ mengurangi sesak nafas

30
a. Pelaksanaan keperawatan

tanggal :30 juli 2018

Pukul 07.20mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 110/70


mmHg, nadi 89 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,90C. Pukul 08.30 pagi
memberikan makanan kepada klien dengan hasil klien menghabiskan 1 porsi. Pukul
09.00 mengukur tanda-tandavital degan hasil tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 81
x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,50C. Pukul 11.40 di berikan makanan
dengan diit lunak dan hasil nya klien menghabiskan makanan 1 porsi.Pukul 12.00
mengganti cairan infus dengan Ringer Laktat 12 jam/kolf.Pukul 13.15
mengobservasi klien dengan hasil kesadaran composmentis, terpasang Ringer
Laktat 12 jam/kolf.Pukul 14.30 melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak ada
phlebitis.Pukul 15.50 mengobservasi klien dengan hasil kesehatan composmentis,
terpasang Ringer Laktat 12/ kolf, klien sedang tiduran tidak ada yang menemani.
Pukul 16.00 memberikan obat sore (Ceftriaxone 1000 mg via IV, Ranitidine 25
mg/ml via IV, Bisolvon 10 mg/ml dan Combivent nebulizer. Pukul 17.30
memandikan klien. Pukul 19.50 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran
composmentis terpasang Ringer Laktat 12 jam/ kolf,.Pukul 20.00 mengevaluasi
klien dengan hasil klien sedang makan bersama anak nya. Pukul 21.50 mengukur
tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit,
pernafasan 20x/menit, suhu 36,40C

b. Evaluasi Keperawatan:
Tanggal :30Juli 2018
Subjektif: Klien mengatakan sesak nafas saat batuk
Objektif: klien sedang duduk semi fowler, TD 110/80, N: 88, Suhu: 37,6 0C, kesadaran
composmentis
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan :Intervensi dilanjutkan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
b) Posisiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi

31
c) Identifikasi kebutuhan actual atau potensial
d) Ajarkan teknik batuk efektif
e) Posisikan untuk meringankan sesak napas
f) Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi
c. Pelaksanaan keperawatan

Tanggal 31 juli 2018

Pukul 00.42 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran composmentis, akral


hangat, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, batuk masih ada, klien sedang tidur
tidak ada yang menunggu. Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital dengan hasil
tekanan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 79 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu
36,00C. Pukul 05.30 memandikan klien.Pukul 06.00 memberikan terapi nebulizer.
Pukull 06.20 memberikan obat pagi (Ceftriaxone 1000 mg via iv, Ranitidine 25
mg/ml via iv, Ethambutol 500 mg via oral, INH 300 mg via oral, Obh ikapharmindo
syrup 100 ml, Pyrazinamide 500 mg via oral, Rifampicin 450 mg via oral
danBisolvon 10 mg/ml). Pukul 07.20 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran
composmentis, akral hangat, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, batuk masih
ada.Pukul 08.00 memberikan makan lunak kepada klien dengan hasil klien
menghabiskan 1 porsi. Pukul 09.00 mengobservasi klien, klien sedang menonton tv
tanpa di temani keluarga. Pukul 10.00 melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak
ada phlebitis.Pukul 11.00 memberikan terapi nebulizer dengan obat Combivent
nebulizer.Pukul 11.40 memberikan makan siang kepada klien, klien menghabiskan
makanan 1 porsi.Pukul 12.00 memberikan obat siang (Obh Ikapharmindo syrup 100
ml).Pukul 12.30 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran composmentis, akral
hangat, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, batuk masih ada.Pukul 13.00
memberikan posisi semi fowler, klien mengatakan sesak. Pukul 16.10 mengukur
tanda-tanda vital, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 85 x/menit, pernafasan 19
x/menit, suhu 36,60C. Pukul 17.15 mengobservasi klien, kesadaran composmentis,
akral hangat, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, klien sedang duduk tidak ada yang
menunggu. Pukul 18.00 memberikan obat malam (Combivent nebulizer unit dose 2.5
ml, Obh ikapharmindo syrup 100 ml, Ranitidine 25 mg/ml via iv). Pukul 19.15

32
mengobservasi klien kesadaran composmentis, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf,
batuk masih ada, tidak ada phlebitis.Pukul 19.45 memberikan makan malam. Pukul
mengukur tanda-tanda vital, Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 87 x/menit,
pernafasan 21 x/menit, suhu 36,70C

d. Evaluasi Keperawatan
Tanggal :31 Juli 2018
Subjektif : klien mengatakan sesak nafas berkurang
Objektif: wajah klien tampak rileks, kesadaran composmentis, TD 110/70, N: 82,
Suhu:36,40C, R: 20.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
b) Posisiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi kebutuhan actual atau potensial
d) Ajarkan teknik batuk efektif
e) Posisikan untuk meringankan sesak napas
f) Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi

e. Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 01 agustus 2018
Pukul 01.12 mengobservasi klien kesadaran composmentis, terpasang Ringer Laktat
12 jam/kolf, infus menetes lancar, klien sedang tidur di temani keluarga. Pukul 04.46
mengukur tanda-tanda vital Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan
20 x/menit, suhu 36,4oC. Pukul 06.12 memandikan klien.Pukul 06.25 memberikan
terapi nebulizer dengan Combivent nebulizer.Pukul 06.40 memberikan makan pagi,
klien menghabisi 1 porsi. Pukul 06.55 memberikan obat pagi (Bisolvon 10 mg/5 ml,
Ceftriaxone 1000 mg, Ethambutol 500 mg tab via oral, Inh 300 mg via oral, Obh
ikapharmindo syrup 100 ml, Pyrazinamide 500 mg tab via oral, Ranitidine 25 mg/ml
via iv, Rifampicin 450 mg via oral). Pukul 07.30 mengobservasi klien kesadaran
composmentis, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf. Pukul 10.00 mengukur tanda-
tanda vital Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 68 x/menit, pernafasan 18 x/menit,

33
suhu 36,8oC. pukul 11.00 memberikan terapi nebulizer dengan obat Combivent
nebulizer. Pukul 11.40 memberikan makan siang.Pukul 12.00 memberikan obat siang
(Obh ikpharmindo syrup 100 ml). Pukul 14.00 menobservasi klien kesadaran
composmentis, klien sedang menonton tv. Pukul 15.50 mengukur tanda-tanda vital
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 76 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,6 oC.
Pukul 16.40 memberikan makan sore. Pukul 18.00 memberikan obat (Combivent
nebulizer 2.5 ml, Obh ikapharmindo syrup 100 ml, Ranitidine 25 mg/ml via iv). Pukul
19.31 mengobservasi klien kesadaran composmentis, terpasang Ringer Laktat 12
jam/kolf, klien sedang berbaring di tempat tidur di temani anak nya. Pukul 21.00
mengukur tanda-tanda vital Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, pernafasan
20 x/menit, suhu 36,5oC

f. Evaluasi Keperawatan
Tanggal :01 agustus 2018
Subjektif : klien sesak berkurang
Objektif: wajah klien tampak rileks, kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, N:
80x/menit, Suhu: 36,5, R: 20x/menit.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
b) Posisiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi kebutuhan actual atau potensial
d) Ajarkan teknik batuk efektif
e) Posisikan untuk meringankan sesak napas
f) Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret dalam jumlah lebih
Data Subyektif : Klien mengatakan sesak nafas, klien mengatakan
batuk berdahak, klien mengatakan sputum berwarna putih, klien
mengatakan gatal di tenggorokan, klien mengatakan pusing, klien
mengatakan suara jadi serak

34
Data Obyektif : Kesadaran composmentis, TD : 100/60 mmHg. Nadi : 81x/menit, 0x/menit,
Suhu : 36.50C , Tetpasang IVFD RL/12 jam Riwayat TB paru dari 10 tahun
yang lalu

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam napas kembali efektif
Kriteria Hasil :
1. Frekuensi pernapasan tidak ada diviasi dari kisaran normal
2. Irama pernapasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
3. Kapasitas vital tidak ada deviasi dari kisaran normal
Rencana Tindakan :
1. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan actual / potensial
3. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
5. Berikan oksigen
7. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi

Pelaksanaan keperawatan

Tanggal :30 juli 2018

Pukul 07.20mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 89 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,90C. Pukul 08.30 pagi memberikan
makanan kepada klien dengan hasil klien menghabiskan 1 porsi. Pukul 09.00 mengukur
tanda-tandavital degan hasil tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 81 x/menit, pernafasan
19x/menit, suhu 36,50C. Pukul 11.40 di berikan makanan dengan diit lunak dan hasil nya
klien menghabiskan makanan 1 porsi.Pukul 12.00 mengganti cairan infus dengan Ringer
Laktat 12 jam/kolf.Pukul 13.15 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran
composmentis, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf.Pukul 14.30 melakukan perawatan

35
infus, infus rapi, tidak ada phlebitis.Pukul 15.50 mengobservasi klien dengan hasil
kesehatan composmentis, terpasang Ringer Laktat 12/ kolf, klien sedang tiduran tidak ada
yang menemani. Pukul 16.00 memberikan obat sore (Ceftriaxone 1000 mg via IV,
Ranitidine 25 mg/ml via IV, Bisolvon 10 mg/ml dan Combivent nebulizer. Pukul 17.30
memandikan klien. Pukul 19.50 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran
composmentis terpasang Ringer Laktat 12 jam/ kolf,.Pukul 20.00 mengevaluasi klien
dengan hasil klien sedang makan bersama anak nya. Pukul 21.50 mengukur tanda-tanda
vital dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 20x/menit,
suhu 36,40C

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal : 30Juli 2018
Subjektif: Klien mengatakan batuk berdahak
Objektif: TD 110/80, N: 88x/menit, P : 19x/menit Suhu: 37,60C, kesadaran composmentis
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan :Intervensi dilanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi kebutuhan actual / potensial
4. Ajarkan teknik batuk efektif
5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
6. Berikan oksigen
7. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi

Pelaksanaan keperawatan

Tanggal 31 juli 2018

Pukul 00.42 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran composmentis, akral hangat,
terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, batuk masih ada, klien sedang tidur tidak ada yang
menunggu. Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital dengan hasil tekanan tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 79 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,00C. Pukul 05.30

36
memandikan klien.Pukul 06.00 memberikan terapi nebulizer. Pukull 06.20 memberikan
obat pagi (Ceftriaxone 1000 mg via iv, Ranitidine 25 mg/ml via iv, Ethambutol 500 mg via
oral, INH 300 mg via oral, Obh ikapharmindo syrup 100 ml, Pyrazinamide 500 mg via
oral, Rifampicin 450 mg via oral danBisolvon 10 mg/ml). Pukul 07.20 mengobservasi
klien dengan hasil kesadaran composmentis, akral hangat, terpasang Ringer Laktat 12
jam/kolf, batuk masih ada.Pukul 08.00 memberikan makan lunak kepada klien dengan
hasil klien menghabiskan 1 porsi. Pukul 09.00 mengobservasi klien, klien sedang
menonton tv tanpa di temani keluarga. Pukul 10.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis.Pukul 11.00 memberikan terapi nebulizer dengan obat Combivent
nebulizer.Pukul 11.40 memberikan makan siang kepada klien, klien menghabiskan
makanan 1 porsi.Pukul 12.00 memberikan obat siang (Obh Ikapharmindo syrup 100
ml).Pukul 12.30 mengobservasi klien dengan hasil kesadaran composmentis, akral hangat,
terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, batuk masih ada.Pukul 13.00 memberikan posisi semi
fowler, klien mengatakan sesak. Pukul 16.10 mengukur tanda-tanda vital, Tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 85 x/menit, pernafasan 19 x/menit, suhu 36,60C. Pukul 17.15
mengobservasi klien, kesadaran composmentis, akral hangat, terpasang Ringer Laktat 12
jam/kolf, klien sedang duduk tidak ada yang menunggu. Pukul 18.00 memberikan obat
malam (Combivent nebulizer unit dose 2.5 ml, Obh ikapharmindo syrup 100 ml, Ranitidine
25 mg/ml via iv). Pukul 19.15 mengobservasi klien kesadaran composmentis, terpasang
Ringer Laktat 12 jam/kolf, batuk masih ada, tidak ada phlebitis.Pukul 19.45 memberikan
makan malam. Pukul mengukur tanda-tanda vital, Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 87
x/menit, pernafasan 21 x/menit, suhu 36,70C

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal : 31Juli 2018
Subjektif: Klien mengatakan masih batuk dan berdahak
Objektif: TD 110/70, N: 79x/menit, P : 20x/menit Suhu: 37,60C, kesadaran composmentis
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan :Intervensi dilanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi kebutuhan actual / potensial

37
4. Ajarkan teknik batuk efektif
5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
6. Berikan oksigen
7. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 01 agustus 2018
Pukul 01.12 mengobservasi klien kesadaran composmentis, terpasang Ringer Laktat 12
jam/kolf, infus menetes lancar, klien sedang tidur di temani keluarga. Pukul 04.46
mengukur tanda-tanda vital Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan
20 x/menit, suhu 36,4oC. Pukul 06.12 memandikan klien.Pukul 06.25 memberikan terapi
nebulizer dengan Combivent nebulizer.Pukul 06.40 memberikan makan pagi, klien
menghabisi 1 porsi. Pukul 06.55 memberikan obat pagi (Bisolvon 10 mg/5 ml,
Ceftriaxone 1000 mg, Ethambutol 500 mg tab via oral, Inh 300 mg via oral, Obh
ikapharmindo syrup 100 ml, Pyrazinamide 500 mg tab via oral, Ranitidine 25 mg/ml via
iv, Rifampicin 450 mg via oral). Pukul 07.30 mengobservasi klien kesadaran
composmentis, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf. Pukul 10.00 mengukur tanda-tanda
vital Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 68 x/menit, pernafasan 18 x/menit, suhu 36,8oC.
pukul 11.00 memberikan terapi nebulizer dengan obat Combivent nebulizer. Pukul 11.40
memberikan makan siang.Pukul 12.00 memberikan obat siang (Obh ikpharmindo syrup
100 ml). Pukul 14.00 menobservasi klien kesadaran composmentis, klien sedang
menonton tv. Pukul 15.50 mengukur tanda-tanda vital Tekanan darah 100/60 mmHg,
nadi 76 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,6 oC. Pukul 16.40 memberikan makan
sore. Pukul 18.00 memberikan obat (Combivent nebulizer 2.5 ml, Obh ikapharmindo
syrup 100 ml, Ranitidine 25 mg/ml via iv). Pukul 19.31 mengobservasi klien kesadaran
composmentis, terpasang Ringer Laktat 12 jam/kolf, klien sedang berbaring di tempat
tidur di temani anak nya. Pukul 21.00 mengukur tanda-tanda vital Tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5oC
Evaluasi Keperawatan:
Tanggal : 01 agustus 2018
Subjektif: Klien mengatakan masih batuk dan berdahak

38
Objektif: TD 120/80, N: 80x/menit, P : 20x/menit Suhu: 36,50C, kesadaran composmentis
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan :Intervensi dilanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi kebutuhan actual / potensial
4. Ajarkan teknik batuk efektif
5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
6. Berikan oksigen
7. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi

39
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus
yang ada pada klien dan faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien Ny. M dengan “Asuhan Keperawatan pada kilen Ny.M dengan
Tuberkulosis Paru Di Ruang Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta” selama 3 hari.Asuhan
keperawatan dimulai dari tanggal 30Juli 2018 sampai 01Agustus 2018. Dalam memberikan
asuhan keperawatan pada Ny. M secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan
yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian keperawatan
Pada bab ini, penulis akan menyajikan perbandingan antara teori dan kasus yang didapat.
Dimulai dari pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan.

a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dalam poses keperawatan secara menyeluruh, pada tahap
ini penulis akan membandingkan etiologi, faktor predisposisi, manifestasi klinik,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, yang datanya dikumpulkan melalui
observasi langsung kepada pasien, wawancara dengan keluarga pasien,pemeriksaan fisik
dan cacatan perkembangan.

Saat pengkajian antara teori dengan kasus tidak ada perbedaan yaitu dengan etiologi yang
dialami pasien jika dibandingkan dengan teori pasien dikarenakan adanya kuman yang
bersarang diparu-paru yang bernama mycrobacterium.Kelainan ini terjadi karena kuman
ini bersifat aerob jadi kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari
bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkolosis.

Dalam manifestasi klinis antara teori dengan kasus berbeda, pada teori terdapat anoreksia
dan penurunan berat badan, tetapi pasien mengalami gejala awal yang khas adalah batuk
berdahak, sesak napas tidak adanya anoreksia dan penurunan berat badan. Berat badan
awal : … berat badan sekarang ………..

40
Pada pemeriksaan penunjang pada teori dilakukan:
 kultur sputum: positif untuk mycrobacterium tuberculosis pada tahap aktifnya penyakit
 Tes kulit (Mantoux) : reaksi positif (area indurasi 10mm/ lebih besar terjadi 48-72 jam
Setelah injeksi intradermal antigen)
 Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV
 Foto toraks dapat menyatakan infiltrasi lesi awal pada area paruh/efusi cairan.
Tetapi pada kasus hanya dilakukan tes laboratorium dengan hasil:

tanggal 30 Juli 2018 : Hemoglobin 12,4 g/dl (12,0-16,0), Leukosit 7,20.103/ul (5,0-10,0),
Trombosit320.103/ul (150-450), Hematokrit 39,8% (36-48),Eritrosit 4,04 juta/μL (4,5-5,5),
Gds 82 mg/dl (80-140), Ureum 14 mg/dl (15-40), creatinin 0,5 mg/dl (0,5-1), Natrium 138
mmol/l (134-146), Kalium 3,5 mmol/l (3,4-3,5).

Hanya saja ada tambahan klien dilakukan RADIOLOGI Radio Thorax

Jantung kesan tidak membesar, aorta dan mediastinum superior tidak melebar, trakhea di
garis tengah, kedua hilus tidak menebal, tampak fibroinfiltrat di lapangan atas tengah
kedua paru, tampak kavitas di lapangan atas paru kiri, tampak cincin – cincin ektasis di
lapangan tengah paru kiri, lengkung diafragma dan sinus kostofrenikus normal, tulang-
tulang kesan intak.

b. Penatalaksanaan Medis

Pada teori dan kasus penatalaksanaan medis klien sama seperti pada terapi
farmakologinya, hanya saja ada tambahan obat yang didapat klien diantaranya:

a) Terapi oral :

1) Rifampicin 450 mg
2) Pyrazinamide 500 mg tab
3) Obh ikapharmindo syr 100 ml 3xsehari 1 sdm via oral. Obat ini digunakan
untuk mengencerkan batuk berdahak sehingga dapat melegakan
tenggorokan.

41
4) Inh 300 mg tab
5) Ethambutol 500 mg tab 2xsehari 1 tablet via oral. Guna obat ini adalah
untuk antibiotik dengan fungsi untuk menghentikan pertumbuhan
bakteripenyebab tuberkulosis.

b) Terapi injeksi

1) Ranitidine 25 mg/ml inj 2xehari 1 ampul via iv. Gunanya obat ini
adalah untuk mengobati dan mencegah berbagai penyakit perut dan
kerongkongan yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung
2) Ceftriaxone 1000 mg IV

c) Teraoi inhalasi

1) Combivent nebulizer unit dose 2.5 ml


2) Bisolvon 10 mg/5 ml (1 ml)

Faktor pendukung yang memudahkan memecahkan masalah adalah diperolehnya


data-data yang menunjang untuk suatu pengkajian. Sedangkan faktor penghambat
terjadinya perbedaan antara teori dengan kasus.

B. Diagnose keperawatan
1. Setelah penulis membandingkan antara teori dengan kasus ditemukan kesamaan,
masalah keperawatan pada teori adalah tentang ketidakefektifan pola nafas
berhbungan dengan hiperventilasi. dan pada kasus, masalah keperawatan utama
yang ditegakkan adalah ketidakefektifan pola nafas berhbungan dengan
hiperventilasi. Kenapa penulis memilih diagnosa tersebut karena keluhan utama
klien adalah sesak nafas, klien sesak disertai batuk berdahak.
2. Faktor pendukung yang memudahkan dalam menegakkan suatu diagnosa
keperawatan adalah diperolehnya data-data yang menunjang untuk menegakkan
suatu diagnosa sedangkan faktor penghambat adalah keterbatasan penulis dalam
menegakkan diagnosa.

C. Perencanaan keperawatan
Pada rencana keperawatan pada kasus diperoleh sebagai berikut:

42
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
Data Subyektif :klien mengatakan sesak nafas, dan mempunyai riwayat TB paru
10 tahun yang lalu.
Data Obyektif : TD : 100/60 mmHg, N: 81 x/menit, P : 20 x/menit, S : 36,5 0C,
terpasang IVFD Ringer Laktat 12 jam / kolf, Riwayat TB paru 10 tahun
yang lalu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pernafasan
normal dan teratasi
Kriteria Hasil :
a) Frekuensi pernafasan tidak deviasi dari kisaran normal
b) Suara nafas tambahan tidak ada
c) Irama pernafasan tidak ada deviasi kisaran normal
d) Kemampuan mengeluarkan secret tidak ada deviasi di kisaran normal
e) Penggunaan otot bantu tidak ada

Rencana Tindakan:
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
R/ mengetahui perubahan status kesehatan klien
b) Berikan posisi semifowler
R/ posisi membantu mengurangi sesak nafas
c) Ajarkan dan anjurkan klien menggunakan teknik batuk efektif
R/ agar mudah mengeluarkan sekret

Penyusunan perencanaan anatara teori dengan kasus ditemukan perrsamaan yaitu dalam
teori membahas tentang pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi. Dalam
teori dan kasus menjelaskan tujuan daripola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasidiharapkan tidak terjadi hiperventilasi, dengan kriteria hasil frekuensi
pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal.
Faktor pendukung yang memudahkan dalam penulisan perencanaan adalah diperolehnya
sumber yang dijadikan pedoman dalam menyusun perencanaan keperawatan. Penulis tidak
menemukan faktor penghambat yang berarti dalam menentukan perencanaan keperawatan.

43
D. Pelaksanaan keperawatan
1. Setelah penulis menghubungkan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan dan
semua dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan.
2. Faktor pendukung yang memudahkan dalam penulisan pelaksanaan adalahkarena
antara klien dan perawat dapat bekerjasama dengan baik sehingga pelaksanaan
keperawatan menjadi lebih mudah. Penulis tidak menemukan faktor penghambat
yang berarti dalam menentukan pelaksanaan keperawatan.

E. Evaluasi keperawatan
1. Setelah penulis menghubungkan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan dan
semua masalah keperawatan teratasi sebagian dan tujuan belum tercapai.
2. Faktor pendukung yang memudahkan dalam penulisan evaluasi keperawatan adalah
terpantaunya tiap pelaksanaan keperawatan yang dilakukan setiap hari sehingga
mudah dievaluasi oleh perawat . Penulis tidak menemukan faktor penghambat yang
berarti dalam menentukan evaluasi keperawatan.

44
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian

Pengkajian yang sudah dilakukan secara sistematik dapat memudahkan penulis


untuk mengenal masalah keperawatan yang sesuai dengan keadaan dan kondisi
klien agar kita mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit TB paru.

2. Diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada Ny. M dengan penyakit
TB Paru didapatkan masalah keperawatan yaitu Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi.
3. Perencanaan keperawatan
Dari hasil analisis data yang didapatkan dari hasil pengkajian oleh penulis pada
kasus Ny. Mdengan penyakit TB Paru. Penulis sudah merencanakan beberapa
rencana tindakan keperawatan. Rencana tindakan disesuaikan dengan masing
masing diagnosa. Intervensi ini direncanakan oleh penulis berdasarkan dari
keadaan klien dan berdasarkan diagnosa prioritas.
4. Implementasi keperawatan
Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada klien penulis berusaha
membina hubungan baik dengan komunikasi terapeutik dengan keluarga klien
maupun dengan klien itu sendiri, sehingga lebih memudahkan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi yaitu berupa tindakan yang dilakukan secara optimal. Evaluasi
dilakukan oleh penulis pada masalah keperawatan yang didapatkan oleh penulis
dan semua masalah keperawatan teratasi sebagian sesuai dengan kriteria hasil
masing-masing masalah keperawatan

45
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut :
1. Bagi perawat
Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien khususnya pada klien dengan
penyakit TB Paru. Serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Bagi pasien
Klien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin dan diharapkan
dapat mengikuti program terapi yang diberikan, sehingga proses penyembuhan
dapat lebih cepat.

46
DAFTAR PUSTAKA
Lemone, Priscilla. Burke, Karen M, 2016 Buku Ajar Medical Keperawatan Bedah. Jakarta: EGC

Depkes RI.2014. Pedoman Nasional Pengendalian TB. Jakarta : Dirjen P2m Dan PL

Depkes RI.2008. Pedoman Nasional Penangggulanga TB. Jakarta : Dirjen P2m Dan PL
Djojodibroto, Darmanto.2014. Respirologi. Jakarta : EGC
Smeltzer,S.C and Bare,BG.2015.Medical Surgical Nursing
Nanda Internasional.2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015 – 2017, Edisi
10. Jakarta : EGC

47

Anda mungkin juga menyukai