Anda di halaman 1dari 14

VARIKOKEL

A. Definisi
Varikokel merupakan suatu dilatasi abnormal dan tortuous dari vena pada pleksus
pampiniformis dengan ukuran diameter melebihi 2 mm. Dilatasi abnormal vena-vena
dari spermatic cord biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan katup pada vena
spermatik internal.
B. Manifestasi Klinis
Beberapa pasien dengan varikokel dapat mengalami nyeri skrotal dan pembengkakan,
namun yang lebih penting, suatu varikokel dipertimbangkan menjadi suatu penyebab
potensial infertilitas pria. Hubungan varikokel dengan fertilitas menjadi kontroversi,
namun telah dilaporkan peningkatan fertilitas dan kualitas sperma setelah terapi,
termasuk terapi oklusif pada varikokel.
Varikokel pada remaja biasanya asimptomatik dan untuk itu diagnosis khususnya
diperoleh saat pemeriksaan fisik rutin. Kadang kadang pasien akan datang karena
adanya massa skrotum atau rasa tak nyaman di skrotum, seperti berat atau rasa nyeri
setelah berdiri sepanjang hari. Varikokel ekstratestikular secara klinis berupa teraba
benjolan asimptomatik, dengan nyeri skrotal atau hanya menyebabkan infertilitas
dengan perjalanan subklinis. Secara klinis varikokel intratestikular kebanyakan hadir
dengan gejala seperti varikokel ekstratestikuler, meskipun sering varikokel
intratestikuler tidak berhubungan dengan varikokel ekstratestikuler ipsilateral.
Manifestasi klinis paling umum pada varikokel intratestikular adalah nyeri testikular
(30%) dan pembengkakan (26%). Nyeri testis diperkirakan berhubungan dengan
peregangan tunika albuginea. Manifestasi klinis lain yang telah dilaporkan mencakup
infertilitas (22%) dan epididimorchitis (11%).
C. Diagnosis
Diagnosis varikokel ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologi dan analisis semen. Pemeriksaan fisik harus dilakukan dalam
posisi berdiri. Refluks vena dapat dievaluasi dengan cara manuver valsava.
Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan yaitu pemeriksaan ultrasonografi, CT
scan, MRI dan angiografi. Pemeriksaan Utrasonografi merupakan pilihan pertama
dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi dan terutama Color Doppler
menjadi metode pemeriksaan paling terpecaya dan berguna dalam mendiagnosis
varikokel subklinis. Gambaran varikokel pada ultrasonografi tampak sebagai stuktur
serpiginosa predominan echo free dengan ukuran diameter lebih dari 2 mm. Pada CT
scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa berdilatasi menyangat.
Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi, serpiginosa pembuluh
darah, biasanya berdekatan dengan caput epididimis. Spermatic canal melebar, dan
intrascrotal spermatic cord atau pleksus pampiniformis prominen. Spermatic cord
memiliki intensitas signal heterogen. Spermatic cord memuat struktur serpiginosa
dengan intensitas signal tinggi. Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum
terbukti karena tidak cukupnya jumlah pasien yang telah diperiksa dengan MRI.
Venografi dapat menunjukkan dilatasi vena testikular, dapat menunjukkan aliran
retrograde bahan kontras ke arah skrotum.
Sebagian besar varikokel digambarkan sebagai primer atau idiopatik dan
diperkirakan terjadi karena kelainan perkembangan katup dan / atau vena. Varikokel
primer jauh lebih mungkin pada sebelah kiri, dimana setidaknya dijumpai 95%.
Sebagian kecil terjadi akibat tidak langsung dari suatu lesi yang mengkompresi atau
mengoklusi vena testikular. Varikokel sekunder akibat dari peningkatan tekanan pada
vena spermatik yang ditimbulkan oleh proses penyakit seperti hidronefrosis, sirosis,
atau tumor abdominal.
Varikokel klinis didefinisikan sebagai pembesaran pleksus pampiniformis
yang dapat diraba, dimana dapat dibagi menjadi derajat 1, 2, 3 menurut klasifikasi
Dubin and Amelar. Varikokel subklinis didefinisikan sebagai refluks melalui vena
spermatika interna, tanpa distensi yang dapat teraba dari pleksus pampiniformis.
Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia dapat
disebabkan oleh varikokel. Mac Leod (1965) pertama kali mengemukakan trias
oligospermia, penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase sel-sel sperma
immatur merupakan karakteristik semen yang khas pada pria infertil dengan
varikokel. Koreksi varikokel sering menghasilkan peningkatan kualitas semen,
beberapa penelitian menghubungkan ukuran dengan efektivitas tatalaksana
pembedahan varikokel.
D. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa pedoman dimana suatu varikokel sebaiknya dikoreksi
karena: 1) pembedahan berpotensi mengubah suatu keadaan patologis; 2)
pembedahan meningkatkan sebagian besar parameter semen; 3) pembedahan
memungkinkan meningkatnya fertilitas; 4) resiko terapi kecil. Suatu varikokel
sebaiknya dikoreksi ketika: 1) Varikokel secara klinis teraba; 2) pasangan dengan
infertilitas; 3) istri fertil atau telah dikoreksi infertilitasnya; 4) paling tidak satu
parameter semen abnormal.8
Keputusan penatalaksanaan sebaiknya terutama berdasarkan pada apakah
varikokel simptomatik atau berhubungan dengan subfertilitas, dan pilihan yaitu antara
terapi pembedahan dan terapi radiologi. Dimana tersedia seorang ahli radiologi
terlatih, embolisasi perkutaneus harus menjadi penatalaksanaan lini pertama, dengan
pembedahan dilakukan pada sebagian kecil pasien yang gagal dengan kateterisasi.

HIDROKEL

Definisi :

 Hidrokel adalah penumpukan cairan yg berlebihan di antara lapisan parietalis dan


viseralis tunika vaginalis.
 Dalam keadaan normal, cairan yg berada di dalam rongga itu memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya.

Gambaran klinis :

 Benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri dengan konsistensi kistus.

Diagnosis :

 Anamnesis
 Px. Fisik
- Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila
terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan
kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.Bila tonjolan tidak terlihat,
lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan intra
abdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh
pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapatdilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan
kedua tangan bayi diatas
kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan
tonjolan
- Testis harus hati-hati teraba dengan jari-jari kedua tangan. Area yang keras di
testis dianggap sebagai tumor ganas sampai terbukti sebaliknya.
Transiluminasi massa skrotum harus dilakukan secara rutin. Dengan pasien
dalam ruangan gelap, cahaya senter atau serat optik ditempatkan terhadap
kantung skrotum posterior. Sebuah hidrokel akan menyebabkan massa
intrascrotal bersinar merah; sebaliknya cahaya tidak ditularkan melalui tumor
padat. Tumor sering halus tetapi mungkin nodular dan testis mungkin tampak
normal berat. Sebuah testis digantikan oleh tumor atau rusak oleh gumma
tidak sensitif terhadap tekanan, dan sensasi memuakkan biasa tidak ada.
Sekitar 10% dari tumor berhubungan dengan hidrokel sekunder yang mungkin
memerlukan aspirasi sebelum definitif palpasi dapat dilakukan. Testis
mungkin absen dari skrotum, dan ini mungkin bersifat sementara (fisiologis
ditarik testis) atau kriptorkismus benar. Palpasi groin dapat mengungkapkan
adanya organ. Testis atrofi (orchiopexy pasca operasi, gondok orchitis, atau
torsi dari kabel spermatika) mungkin lembek dan hipersensitif tapi biasanya
tegas dan hyposensitive. Meskipun spermatogenesis mungkin tidak ada, fungsi
androgen kadang-kadang dipertahankan.

 Px. Penunjang
- Transiluminasi : Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya
diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor,
darah,hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan
serosa, sepertihidrokel
- Ultrasonografi : Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum danmembantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel),
vena abnormal(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor
Terapi :

 Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahundengan harapan
setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel
masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
 Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun.
 Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
 Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
 Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
 Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
 Adanya infeksi sekunder (sangat jarang).
 Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniografi.
 Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi
dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau aplikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord.
 Plikasi kantong hernia (Lord’s procedure) digunakan
untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. 
 Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.

HERNIA
1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
Klasifikasi hernia :
a. Menurut terjadinya
Hernia kongenital dan hernia di dapat
b. Menurut sifatnya
 hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk
 hernia ireponibel bila isi tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut
 hernia inkarserata bila terjadi gangguan pasaseusus (obstruksi)
 hernia strangulate bila terjadi gangguan vaskularisasi
c. Menurut lokasinya
 Hernia scrotalis
adalah hernia inguinalis laterlais yang mencapai scrotum.
 Hernia inguinalis
hernia inguinal terdiri 2 macam yaitu direct dan indirect.
Hernia inguinalis indirect disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu
hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran
spermatika melalu canalis inguinalis.
Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu
hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior dia area yang
mengalami kelemahan otot yaitu trigonum hesselbach.
 Hernia femoralis
adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral dalam canalis
femoralis
 hernia umbilicalis
adalah hernia yang menonjol melalui cincin umbilical, terjadi ketika
musculu rectus lemah atau saluran umbilical gagal menutup setelah lahir.

2. Manifestasi klinis
a. Hernia inguinalis
 Tonjolan di daerah sekitar lipat paha
 Rasa sakit pada tonjolan
 Rasa sakit atau ketidaknyamanan di pangkal paha, terutama ketika
membungkuk, batuk atau mengangkat
 Terkadang, timbul rasa sakit dan pembengkakan di sekitar testis ketika
usus menonjol turun ke dalam skrotum (turun berok)
 Tonjolan bisa didorong kembali ke dalam perut ketika berbaring, jika tidak
bisa dan menyakitkan itu merupakan tanda bahaya
b. Hernia scrotalis
 Nyeri
 Mual dan muntah
 Distensi abdomen
 Kram
 Ada penonjolan keluar
c. Hernia femoralis
 Gejala tidak begitu jelas
 Gejala utama adalah munculnya tonjolan di selangkangan. Tonjolan ini
akan terlihat lebih besar ketika berdiri dan lebih kecil ketika berbaring
serta dapat menimbulkan rasa nyeri pada sisi femoralis.
 Jika tonjolan tumbuh lebih keras dan mulai menyebabkan rasa sakit, maka
dapat berkembang menjadi hernia yang lebih parah macet dan mengalami
penyumbatan.
 Gejala lain dari hernia ini termasuk mual, muntah, nyeri, jantung berdebar
atau sembelit yang parah.
d. Hernia reponible
 bila isi hernia dapat keluar masuk2, tetapi kantungnya menetap3.
 Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokong gaya
 gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat3. Usus keluar jika
berdiri atau
 mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak
ada keluhan
 nyeri atau gejala obstruksi usus
e. hernia ireponeble
 isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam ronggaperut.
 Tidak ada keluhan rasanyeri ataupun sumbatan usus2.
 Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besaruntuk terjadi
obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel
f. hernia strangulata
 Nyeri mendadak yang cepat dan intens
 Mual, muntah atau keduanya
 Demam
 Denyut jantung cepat
 Tonjolan hernia berubah warna menjadi merah, ungu atau gelap
g. Hernia inkarserata
 Terdapat benjolan yang menetap pada wilayah inguinal atau umbilikus
disertai tanda peradangan (merah, nyeri, panas, sembab).
 Terdapat tanda obstruksi usus (muntah hijau dan perut kembung, tidakbisa
defekasi).

3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring
 Hernia scrotalis : tonjolan berada discrotum merupakan lanjutan dari
hernia inguinalis
 Hernia femoralis : benjolan berada dibawah lig.inguinal
 Hernia inguinalis
• Lateralis/indirect : tonjolan berbentuk lonjong
• Medialis/direct :tonjolan berbentuk tonjolan bulat.
b. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut
c. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia adalah
usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum
tidak akan terdengar apa-apa.
4. Penatalaksanaan
Operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia. Indikasi operasi sudah
ada begitu diagnosis ditegakkan.tujuan operasi hernia:
 Reposisi isi hernia
 Menutup pintu hernia
 Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Prinsipdasaroperasi hernia : herniotomi, hernioplastik dan hernioraphy
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke
cavum abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon
(penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus
abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
3. hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.

TORSIO TESTIS / TESTICAL TORSION

I. DEFINISI

Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan
aliran darah pada testis. Torsio testis atau terpeluntirnya funikulus spermatikus yang dapat
menyebabkan terjadinya strangulasi dari pembuluh darah, terjadi pada pria yang jaringan di
sekitar testisnya tidak melekat dengan baik ke scrotum. Testis dapat infark dan mengalami
atrophy jika tidak mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam. (5)

III. GAMBARAN KLINIS

Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut :

1. Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor
predisposisi
2. Scrotum yang membengkak pada salah satu sisi
3. Mual atau muntah
4. Sakit kepala ringan (7)
Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang infark dapat
menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri kemerahan dan bengkak.
Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman. (6)
Selain  nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan nyeri alih di daerah
inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio merupakan undesendensus testis,
maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia strangulata.(3)

II. PEMERIKSAAN FISIK


Dalam phisical examination, Testis yang mengalami torsio letaknya lebih tinggi dan
lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada torsio testis yang baru
terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini
biasanya tidak disertai dengan demam. (2)
Testis kanan dan testis kiri seharusnya sama besar. Pembesaran asimetris, terutama
jika terjadi secara akut, menandakan kemungkinan adanya keadaan patologis di satu testis.
Perubahan warna kulit scrotum, juga dapat menandakan adanya suatu masalah.  Hal terakhir
yang perlu diwaspadai yaitu adanya nyeri atau perasaan tidak nyaman pada testis. (6)Reflex
cremaster secara umum hilang pada torsio testis. Tidak adanya reflex kremaster, 100%
sensitif dan 66% spesifik pada torsio testis. Pada beberapa anak laki-laki, reflex kremaster
dapat menurun atau tidak ada sejak awal, dan reflex kremaster masih dapat ditemukan pada
kasus-kasus torsio testis, oleh karena itu, ada atau tidak adanya reflex kremaster tidak bisa
digunakan sebagai satu-satunya acuan mendiagnosis atau menyingkirkan diagnosis torsio
testis.(5)

III. PENATALAKSANAAN

1. Non operatif

Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat
mengembalikan aliran darah. (5)

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan
memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial,
maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak ada
perubahan, dicoba detorsi ke arah medial.

Metode tersebut dikenal dengan metode “open book” (untuk testis kanan), Karena
gerakannya seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang dirasakan dapat menghilang
pada kebanyakan pasien. Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang
waktu menunggu tindakan pembedahan, tetapi tidak dapat menghindarkan dari prosedur
pembedahan. (2,5)

2. Operatif

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk mempercepat
proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia, oleh karena itu,
waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium,
atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.

Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :

1. Untuk memastikan diagnosis torsio testis


2. Melakukan detorsi testis yang torsio
3. Memeriksa apakah testis masih viable
4. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
5. Memfiksasi testis kontralateral
Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh kecilnya
kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-48 jam). Sebagian
ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi dengan alasan
medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk
menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis
kontralateral. (5)
Jika testis masih viable, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos
kemudian disusul pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan dengan menggunakan
benang yang tidak diserap pada tiga tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir
kembali. Sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis, dilakukan pengangkatan
testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi kontralateral. Testis yang telah
mengalami nekrosis jika tetap berada di scrotum dapat merangsang terbentuknya antibodi
antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di kemudian hari. (2)
EPIDIDIMITIS

Definisi

Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis.


Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang
testis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.

Gejala Klinis

Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari
sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh
uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi
yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang
disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat,
urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut
prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut
pielonefritis).
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari
bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis,
skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi.
Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah

Tanda Klinis

Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik adalah :

· Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua testis sama
besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan epididimis membengkak di
permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Setelah beberapa hari, epididimis dan testis
tidak dapat diraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum teraba
panas, merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus spermatikus juga
turut meradang menjadi bengkak dan nyeri.

· Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal


· Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas
karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun pemeriksaan ini
kurang spesifik.

· Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis.

· Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu adanya pengeluaran
sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.

· Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan

· Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus
urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan


bedah, berupa :

a. Penatalaksanaan Medis

Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering
digunakan adalah

· Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resisten terhadap


kuman gonorhoeae

· Sefalosforin (Ceftriaxon)

· Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan digunakan pada
pasien yang alergi penisilin

· Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri


non gonokokal lainnya

Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti :16

· Pengurangan aktivitas
· Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua sampai tiga
hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.

· Kompres es

· Pemberian analgesik dan NSAID

· Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra

b. Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi

· Scrotal exploration

Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis
seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan
intrascrotal baru dapat ditegakkan saat dilakukan orchiectomy.

· Epididymectomy

Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh kronik
epididimitis pada 50% kasus.

· Epididymotomy

Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.

Anda mungkin juga menyukai