Anda di halaman 1dari 16

Prima Apriyana

Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal di Wilayah Pengembangan Ujung Berung Kota Bandung
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 2, Agustus 2010, hlm.95 - 110

EVALUASI KINERJA PELAYANAN AIR BERSIH KOMUNAL DI WILAYAH


PENGEMBANGAN UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG

Prima Apriyana

Bank Mandiri Cabang Bandung


Komp.Cipaganti Graha I No.e12 Ujung Berung Indah, Bandung
E-mail: tidak ada alamat email, 08122242792

Abstrak

Terbatasnya cakupan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota


Bandung, menuntut adanya partisipasi aktif masyarkat dalam penyediaan air bersih.
Sarana air bersih komunal muncul sebagai satu alternatif penyediaan air bersih yang
berbasiskan masyarakat. Tantangannya ialah kemampuan dan kapasitas masyarakat
yang terbatas baik secara ekonomi maupun sosial. Sampai saat ini masih belum diketahui
bagaimana ketercapaian pelayanan yang dihasilkan oleh sarana air bersih komunal di
Kota Bandung. Dengan demikian studi ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja
pelayanan sarana air bersih komunal yang terdapat di permukiman penduduk di Kota
Bandung. Identifikasi kinerja pelayanan dilakukan melalui evaluasi terhadap kinerja dari
lima komponen pelayanan, yaitu: kuantitas air, kualitas air, kontinuitas air, tarif air, dan
penanganan keluhan. Setiap komponen memiliki tolok ukur kinerja masing-masing.
Kemudian penilaian kinerja didasarkan pada ketercapaian tolok ukur tersebut dengan
melakukan evaluasi secara formal melalui pendekatan supply dan demand yang
dianalisis melalui metoda analisis deskriptif-analitis dan kuantitatif. Hasil yang diperoleh
ialah sarana air bersih komunal yang terdapat di lokasi studi seluruhnya memiliki kinerja
pelayanan air bersih komunal yang baik. Persepsi masyarakat menunjukan kepuasan
terhadap pelayanan sarana air bersih komunal. Hal tersebut didukung oleh ketercapaian
kinerja dari pelayanan air bersih komunal, yakni mayoritas ketercapaian pelayanan
memenuhi standar pelayanan yang ada.

Kata Kunci: evaluasi, pelayanan, air bersih, komunal, Bandung

Abstract

The limited range of services in the City PDAM Bandung, requires the active
participation of community in the provision of clean water. Communal water supply
emerged as an alternative to the provision of community-based clean water. The
challenge is the ability and the limited capacity of the community both economically and
socially. Is still not known how the achievement of service generated by a communal
water supply in the city of Bandung. This article evaluated service performance of the
communal water supply located in residential areas in the city of Bandung. Identification
of the performance of services is conducted through evaluation of the performance of the
five service components, namely: water quantity, water quality, water continuity, water
rates, and complaints handled. Each component has its own performance benchmark -
each. Performance assessment is based on the achievement of the benchmarks with
supply and demand approaches to did the formal evaluation which was analyzed by
descriptive-analytic and quantitative methods. The result is, all have good service
performance. Show the public's perception of satisfaction with the service of communal
water supply. This is supported by the achievement of the performance of communal
water services, where the majority of the achievement of service standards of existing
services.

Keyword: evaluation, service, clean water, communal, Bandung

95
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

1. Pendahuluan tertinggi dalam penyelenggaraan penyediaan air


minum.
Air sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan
publik (komersial, industri, pertanian, dll) Salah satu bentuk penyediaan air bersih yang
maupun keperluan rumah tangga (memasak, sesuai dengan konsep penyediaan air minum
mandi, dan mencuci). Pembangunan sarana dan berbasis masyarakat ialah sarana air bersih
prasarana publik seperti air bersih, penting bagi komunal. Sarana air bersih komunal ialah suatu
pemerataan pembangunan dan penyebaran penyediaan air bersih yang pembangunan dan
penduduk; membuka keterisolasian wilayah pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
pedalaman dan terpencil; juga mendorong dengan skala pelayanan yang kecil hanya pada
peningkatan mutu kehidupan masyarakat suatu lingkungan tertentu, misalnya dalam satu
(WASPOLA, 2003). Pentingnya air bersih kawasan permukiman atau satu kompleks
menyebabkan pemerintah perlu menjamin perumahan. Pembangunan sarana air bersih
ketersediaanya guna memenuhi kebutuhan komunal pada suatu permukiman ada yang
masyarakat akan air bersih. Sebagaimana yang diinisiasi secara mandiri oleh masyarakat lokal
tercantum dalam Undang–Undang Republik atau dengan bantuan pemerintah. Saat ini sarana
Indonesia No 7 Tahun 2004 tentang Sumber air bersih komunal telah terdapat di beberapa
Daya Air dan Peraturan Pemerintah Republik permukiman di Kota Bandung. Sarana air
Indonesia No 16 Tahun 2005 tentang bersih komunal sebagai suatu penyedia air
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih, bersih, idealnya diharapkan dapat memberikan
bahwa Negara menjamin hak setiap orang untuk pelayanan air bersih yang baik kepada
mendapatkan air bagi kebutuhan pokok penggunanya. Sementara di sisi lain, sebagai
minimal sehari–hari guna memenuhi kebutuhan salah satu penyediaan air minum berbasis
hidup yang sehat, produktif, dan bersih. Artinya masyarakat, penyelenggaraan sarana air bersih
setiap masyarakat memiliki hak untuk komunal bergantung pada kemampuan dan
mendapatkan pelayanan air bersih yang baik. kapasitas dari masyarakat itu sendiri.
Kemampuan dan kapasitas masyarakat sangat
Terbatasnya cakupan pelayanan air bersih beragam bahkan bisa jadi terbatas, terutama
publik menuntut adanya peran serta atau pada segi finansial atau ekonomi. Faktor
partisipasi masyarakat dalam penyediaan air tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
bersih. Masyarakat diharapkan dapat pembangunan jenis sarana air bersih komunal
mengembangkan sistem penyediaan air bersih yang dipilih oleh masyarakat karena
atas prakarsa mereka sendiri dan sesuai dengan penyesuaian terhadap kemampuan tadi. Pada
kondisi serta kemampuan mereka sendiri. akhirnya pembangunan tersebut akan
Kemudian muncul konsep yang disebut sebagai mempengaruhi kondisi pelayanan air bersih
Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat yang dihasilkan atau diberikan oleh sarana air
(PAM-BM). Berdasarkan Pedoman yang dibuat bersih komunal kepada masyarakat
oleh Departemen PU (2005), PAM-BM ialah penggunanya.
suatu penyediaan air minum yang dipilih,
dibangun, dan dibiayai oleh masyarakat, Saat ini, penyediaan air bersih publik di Kota
kemudian dikelola secara berkelanjutan oleh Bandung dilakukan oleh PDAM. Sejauh ini
kelompok masyarakat yang bersangkutan. PDAM merupakan sarana penyedia air bersih
Konsep tersebut menempatkan masyarakat yang dianggap paling ideal untuk melayani
sebagai pelaku utama dan pengambil keputusan kebutuhan air bersih masyarakat. Hal tersebut

96
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

dikarenakan PDAM merupakan lembaga formal 2. Teori dan Kebijakan Air Bersih
penyedia air bersih publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah sehingga Bagi suatu kota, ketersediaan prasarana dan
pengelolaannya dilakukan berdasarkan pelayanan air bersih yang baik penting bagi
pedoman formal dan perencanaan yang baik. pemerataan dan penyebaran penduduk;
Namun cakupan pelayanan PDAM sampai mendorong peningkatan mutu kehidupan
sekarang, masih belum mampu menjangkau masyarakat; dan memberikan kesempatan bagi
seluruh masyarakat Kota Bandung. kota untuk tumbuh dan berkembang lebih baik
Sebagaimana yang disebutkan dalam artikel (Sutrisno, 2004). Selain itu ketersediaan akses
“2010 Bandung tanpa Air Bersih” dalam terhadap prasarana air bersih penting dalam
Artikel Kelompok Kerja Komunikasi Air No 9 rangka memenuhi kebutuhan air bersih yang
Tahun 2008, saat ini PDAM Kota Bandung merupakan kunci utama bagi perkembangan
hanya mampu melayani kebutuhan air bersih suatu kegiatan dan elemen penting bagi
53% dari jumlah penduduk di Kota Bandung. keberlanjutan suatu produktivitas perekonomian
Artinya masih terdapat sekitar 1.254.036 jiwa (Thuran, 1995 dalam Arika, 2007). Air dapat
penduduk Kota Bandung yang belum digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan
mendapatkan distribusi pelayanan air bersih yaitu (Chatib, 1996) :
PDAM. Sejauh ini belum diketahui mengenai a. keperluan umum, meliputi penggunaan air
kondisi pelayanan air bersih komunal yang untuk memberikan jalan menyiram taman-
terdapat di permukiman penduduk di Kota taman, persediaan air untuk pemadam
Bandung. Gambaran mengenai kondisi kebakaran, untuk keperluan sekolah,
pelayanan air bersih komunal diperlukan untuk perkantoran, gedung pertemuan, untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian kepentingan sosial, untuk keperluan
pelayanan yang diberikan oleh sarana air bersih komersial, pelabuhan, dan fasilitas rekreasi;
komunal sebagai salah satu penyediaan air b. keperluan industri, meliputi penggunaan
minum berbasis masyarakat. Oleh karena itu, sebagai bahan pokok dan bahan pembantu;
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
pelayanan sarana air bersih komunal yang c. keperluan rumah tangga (domestic use),
terdapat di permukiman penduduk yang ada di meliputi minum, masak, mandi dan
Kota Bandung. Pembahasan artikel ini terdiri membersihkan diri, keperluan cuci-
dari empat bagian. Bagian pertama adalah mencuci, fasilitas sanitasi dalam rumah, dan
pendahuluan yang memaparkan latar belakang keperluan dalam rumah tangga.
dilakukannya studi ini dan tujuan utama artikel
ini. Bagian yang kedua membahas teori dan 2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
kebijakan terkait pengelolaan air bersih,
terutama pengelolaan sistem komunal. Bagian Menururt Chatib (1996), sistem penyediaan air
ketiga merupakan bagian utama yang bersih secara umum dapat dibagi menjadi dua
membahas kinerja pelayanan air bersih bagian utama, yaitu komponen dalam sistem
komunal di empat lokasi perumahan di WP penyediaan air bersih serta bentuk dan teknik
Ujung Berung. Yang terakhir adalah penutup dari sistem penyediaan air bersih. Komponen
yang memaparkan kesimpulan umum hasil dalam sistem penyediaan air bersih dapat
artikel ini dan rekomendasi berdasarkan artikel dibagi menjadi tiga komponen utama.
ini. Komposisi dari suatu sistem penyediaan air
bersih dapat terdiri dari sebagian atau

97
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

keseluruhan dari ketiga komponen tersebut. dilengkapi dengan transmisi dan distribusi
Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut agar air yang dihasilkan dapat menjangkau
(Chatib, 1996). daerah-daerah pelayanannya (konsumen).
a. Sistem Sumber (dengan atau tanpa
bangunan pengolahan air bersih). Sumber 2.2 Sistem Air Bersih Komunal
dapat terdiri dari sumber dan sistem
pengambilan / pengumpulan (collection Sistem air bersih komunal ialah suatu sistem
works) saja ataupun dapat pula dilengkapi penyediaan air bersih yang melayani lebih dari
dengan suatu sistem pengolahan air satu bangunan (misalnya dalam satu kawasan
(purification / treatment works). Sumber- permukiman atau satu kompleks perumahan)
sumber yang dapat digunakan yaitu air namun dalam skala pelayanan yang terbatas
permukaan, air tanah, air laut, dan air hujan. yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat
b. Sistem Transmisi. Dimulai dari sistem (TACSDW, 2004). Menurut Mustika (2007),
pengumpulan sampai bangunan pengolahan penyelenggaraan air bersih komunal diadakan
air bersih atau dimulai dari bangunan secara mandiri oleh masyarakat lokal, atau
pengolahan air bersih sampai reservoir dengan bantuan dari pemerintah maupun LSM,
(tempat penampungan). Cara namun tetap melibatkan masyarakat setempat
pengangkutannya bisa dengan cara gravitasi sebagai pelaku utama dalam pengelolaan,
atau pemompaan dan kapasitas yang akan pengoperasian, dan pemeliharaan dari air bersih
diangkut. komunal itu sendiri. Hal tersebut dimaksudkan
c. Sistem distribusi, merupakan sistem untuk meningkatkan rasa memiliki (sense of
penyaluran air bersih dari reservoir sampai belonging) masyarakat terhadap sumber daya
ke daerah-daerah pelayanannya. air bersih sehingga pola penggunaan air dapat
dikelola dengan lebih baik secara rasional dan
Dilihat dari bentuk dan tekniknya, sistem terkendali demi keberlanjutan proses
penyediaan air minum dapat dibedakan atas dua penyediaan air bersih di lingkungannya
sistem berikut (Chatib, 1996). (Mustika, 2007). Penyediaan air bersih komunal
a. Penyediaan air minum individual dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
(individual water supply system). Sistem pilihan sumber air baku seperti mata air, air
untuk penggunaan individual dan untuk tanah, air permukaan, dan air hujan, namun
pelayanan yang terbatas. Sumber air yang pemilihan air baku tersebut akan tergantung
digunakan umumnya berasal dari air tanah. pada kuantitas, kualitas, dan kontinuitas dari air
Sistem bentuk ini pada umumnya sangat baku (Dirjen Cipta Karya, 2009).
sederhana, biasanya tidak memiliki
komponen transmisi dan distribusi. Misal, Penggunaan sumber air baku pada penyediaan
sumur yang digunakan dalam satu rumah air bersih komunal, seperti mata air, air tanah,
tangga. dan air permukaan, membutuhkan perizinan
b. Penyediaan air minum komunitas atau sesuai dengan Peraturan Daerah yang ada di
perkotaan (community water supply Kota Bandung, kecuali penggunaan air hujan.
system/public water supply system). Pada Perizinan penggunaan mata air dan air tanah
umumnya sistem ini merupakan sistem diatur dalam Bab IV Peraturan Daerah Kota
yang mempunyai kelengkapan komponen Bandung No 08 Tahun 2002 tentang
dan kadang-kadang sangat kompleks dari Pengelolaan Air Bawah Tanah. Sedangkan
segi dan sifat pelayanannya. Sistem ini perizinan penggunaan air permukaan diatur

98
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

dalam Bab VII Peraturan Daerah Kota Bandung (acceptable); cukup (sufficient); mudah diakses
No 06 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan (accessible); dan terjangkau (affordable).
Pengairan di Kota Bandung. Penggunaan air
bawah tanah (mata air dan air tanah) harus Jumlah rata – rata air bersih yang digunakan
mendapatkan izin dari Walikota atau pejabat setiap hari berkaitan dengan tingkat pelayanan
terkait setelah mendapatkan persyaratan teknis air bersih yang ada. Jumlah air bersih yang bisa
dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi dikonsumsi setiap harinya oleh seorang
Jawa Barat. individu dapat mencerminkan tingkat pelayanan
air bersih yang dimiliki atau didapatkan oleh
2.3 Pelayanan Air Bersih individu tersebut. Adapun besarnya konsumsi
beserta tingkat pelayanannya dapat dilihat pada
Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai suatu tabel 1 berikut.
kondisi dinamis yang berhubungan dengan Tabel 1
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan Tingkat Pelayanan dan Jumlah Konsumsi Air
yang memenuhi atau melebihi harapan (David Bersih
Rata-rata konsumsi air bersih
Tingkat Pelayanan
& Goetsch dalam Huda, 2008). Penilaian (liter/orang/hari)
No access <5
terhadap kualitas pelayanan ini dapat dilihat Basic access 20
dari beberapa sudut pandang yang berbeda Intermediate access 50
Optimal access 100-200
(Yogi S, dan Ikhsan, 2006 dalam Huda, 2008), Sumber: WHO, 2003
misalnya dari segi : (a) product based, di mana
kualitas pelayanan didefinisikan sebagai suatu 2.4 Kriteria Kinerja Pelayanan Air Bersih
fungsi yang spesifik, dengan variabel
pengukuran yang berbeda terhadap karakteristik Kriteria yang digunakan dalam mengukur
produknya; (b) user based, di mana kualitas kinerja pelayanan air bersih komunal ialah
pelayanan adalah tingkatan kesesuaian kriteria dasar yang dapat mendukung
pelayanan dengan yang diinginkan oleh terwujudnya tujuan dari pelaksanaan
pelanggan; dan (c) value based, berhubungan penyediaan air minum berbasis masyarakat
dengan kegunaan atau kepuasan atas harga. yaitu masyarakat dapat memperoleh air bersih
dengan mudah dan terjangkau, disertai dengan
Berdasarkan teori terkait pelayanan air bersih, kualitas sesuai persyaratan dan ketersediaan air
diketahui bahwa kualitas pelayanan bagi setiap bersih yang berkelanjutan. Kajian terhadap teori
orang menjadi faktor utama dan menjadi hak terkait pelayanan air bersih dilakukan untuk
setiap orang untuk memperoleh air bersih mengetahui kriteria pelayanan dari suatu
(Gleick, 1999) sehingga bentuk pelayanan air pelayanan air bersih yang ideal. Hasil kajian
bersih lebih mengutamakan pada user based terhadap teori yang dikemukaan oleh WHO,
karena menyangkut kesesuaian antara diperoleh empat kriteria penting yang perlu
kebutuhan masyarakat akan air bersih dan diperhatikan dalam pelayanan air bersih.
kemampuan kualitas pelayanan dalam Kriteria-kriteria tersebut yaitu: (1) aman dan
memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut World layak (safe and acceptable); (2) mencukupi
Health Organization (WHO) terdapat lima (sufficient); (3) mudah diakses (accessible);
kriteria penting yang harus diperhatikan serta (4) terjangkau (affordable).
berkaitan dengan hak akan air bersih yang
mengedepankan pelayanan air bersih bagi
setiap orang, yaitu: aman (safe) dan layak

99
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

3. Metodologi Studi Tabel 2


Kriteria Dan Komponen Kinerja Pelayanan Air
Kajian terhadap kebijakan dilakukan untuk Bersih Komunal
Indikator keberhasilan
mengetahui komponen pelayanan dalam pelaksanaan sarana air Kriteria pelayanan Komponen
penyediaan air bersih berdasarkan aturan bersih komunal
Sufficient Kuantitas
(legalitas) yang berlaku. Hasilnya terdapat (berkecukupan)
sepuluh komponen pelayanan dalam Safe and acceptable Kualitas
Masyarakat dapat
(aman dan layak)
menikmati air bersih
penyediaan air bersih. Sepuluh komponen dengan mudah dan
- Kontinuitas
tersebut perlu dikelompokan berdasarkan murah, disertai dengan Accessible (mudah
- Pengaduan
kualitas, kuantitas, dan diakses)
kriterianya masing–masing, agar setiap kriteria tertangani
kontinuitas yang baik.
memiliki komponen pelayanan yang dapat Affordable
Tarif
(terjangkau)
terukur kinerjanya.
Sumber: Hasil Analisis, 2009

Tabel 1
Pengelompokan Komponen Pelayanan Kinerja dari setiap komponen kriteria akan
Berdasarkan Kriteria diberi nilai skor bergantung pada
Aman dan Terjang-
layak (safe and
Cukup Mudah
kau
ketercapaiannya terhadap tolok ukur. Nilai skor
(sufficient) (accessible)
acceptable) (affordable) dari masing-masing ketercapaian tolok ukur
- Kualitas
- Kuantitas - Kontinuitas kinerja dibagi menjadi tiga, yaitu: skor lima (5)
- Cakupan
- Tingkat - Kemampuan
pelayanan
- Produktivitas
kehilangan penanganan
Tarif
untuk ketercapaian kinerja yang sesuai dengan
air pengaduan
pemanfaatan
- Peneraan - Kecepatan tolok ukur, skor tiga (3) untuk ketercapaian
instalasi
meter air penyambungan kinerja yang kurang sesuai dengan tolok ukur,
produksi
Sumber: Hasil Analisis, 2009 dan skor satu (1) untuk ketercapaian kinerja
yang tidak sesuai dengan tolok ukur. Berikut
Sepuluh komponen yang telah dikelompokan indikator dan tolok ukur dari masing – masing
tersebut, selanjutnya akan direduksi. Reduksi komponen kriteria, yaitu:
dilakukan karena adanya penyesuaian terhadap a. Kuantitas air. Indikator dan tolok ukur dari
kondisi dari sarana air bersih komunal yang kuantitas air mengacu pada peraturan
cenderung memiliki sistem penyediaan air yang standar kebutuhan air per orang per hari
lebih sederhana dibandingkan sistem air publik Departemen PU dan Departemen
(PDAM), sehingga tidak semua komponen Kesehataan yaitu 126,9 dan 150
dapat terukur. Komponen yang dipilih ialah L/orang/hari. Tolok ukur dari kuantitas air
komponen yang dapat mewakili indikator ialah sebagai berikut.
keberhasilan pelaksanaan air bersih komunal - Tolok ukur terhadap persepsi (demand
dan sesuai dengan kondisi sarana air bersih side): memenuhi kebutuhan sehari –
komunal serta dapat terukur dengan pelayanan hari, seperti memasak, minum, MCK,
yang ada dalam sistem air bersih komunal. cuci pakaian, kebersihan rumah, cuci
Komponen (berdasarkan kriteria) hasil kendaraan, menyiram tanaman.
pemilahan (reduksi) yang akan digunakan  skor lima (5): 60-100%
dalam mengidentifikasi kinerja pelayanan air responden menyatakan
bersih komunal, disajikan pada Tabel III memenuhi tolok ukur;
berikut:  skor tiga (3): 34-67%
responden menyatakan
memenuhi tolok ukur;

100
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

 skor satu (1): 1-33% responden  Skor satu (1): belum pernah
menyatakan memenuhi tolok teruji laboratorium.
ukur c. Kontinuitas air. Indikator dan tolok ukur
- Tolok ukur terhadap standar (supply kontinuitas air mengacu pada Keputusan
side): 126,9 L/orang/hari. Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999
 skor lima (5): rata-rata tentang Pedoman Penilaian Kinerja
konsumsi air >126,9 l/o/h Perusahaan Daerah Air Minum. Peraturan
 skor tiga (3):rata-rata konsumsi tersebut menyatakan bahwa kontinuitas air
air 63,5-126,9 l/o/h bersih yang baik ialah dapat mengalirkan
 skor satu (1):rata-rata konsumsi air selama 24 jam/hari. Sistem pengaliran
air 1-63,4 l/o/h air yang digunakan seringkali
b. Kualitas air. Indikator dan tolok ukur menggunakan jadwal yang rutin dengan
kualitas air mengacu pada Peraturan durasi pengaliran dalam waktu tertentu,
Menteri Kesehatan RI No. sehingga tolok ukur dari kontinuitas air
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang ialah:
persyaratan kualitas air bersih. Air yang - Tolok ukur terhadap persepsi (demand
dikonsumsi harus memenuhi persyaratan side): air mengalir sesuai jadwal
fisis, kimiawi, dan bakteriologis. Untuk dengan durasi yang mencukupi.
mengetahui kualitas air diperlukan uji  Skor lima (5): 68-100%
laboratorium. Selain itu secara fisik dapat responden menyatakan
diamati bahwa air tidak keruh, tidak memenuhi tolok ukur;
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.  Skor tiga (3): 34-67%
- Tolok ukur terhadap persepsi (demand responden menyatakan
side): secara fisik diamati air tidak memenuhi tolok ukur;
keruh, tidak berwarna, tidak terasa,  Skor satu (1): 1-33% responden
dan tidak berbau. menyatakan memenuhi tolok
 Skor lima (5): 68-100% ukur.
responden menyatakan - Tolok ukur terhadap persepsi
memenuhi tolok ukur; (supply side): air mengalir 24
 Skor tiga (3): 34-67% responden jam/hari.
menyatakan memenuhi tolok  Skor lima (5): air mengalir 24
ukur; jam/hari;
 Skor satu (1): 1-33% responden  Skor tiga (3): air mengalir 13-
menyatakan memenuhi tolok 23 jam/hari;
ukur.  Skor satu (1): air mengalir 1-12
- Tolok ukur terhadap standar (supply jam/hari.
side): teruji laboratorium sebagai air d. Penanganan pengaduan/keluhan
bersih. tertangani. Indikator dan tolok ukur
 Skor lima (5): teruji kriteria penanganan pengaduan tertangani
laboratorium secara berkala; mengacu pada pedoman penilaian kinerja
 Skor tiga (3): teruji laboratorium PDAM. Penanganan keluhan yang baik
namun tidak berkala; ialah ≥ 80% keluhan dapat ditangani.
Tolok ukur dari penanganan pengaduan
ialah:

101
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

- Tolok ukur terhadap persepsi (demand rata penghasilan masyarakat


side): keluhan dapat ditangani dengan pelanggan.
baik dan cepat oleh pihak pengelola  Skor lima(5): rata-rata tagihan air
air bersih komunal. <4%;
 Skor lima (5): 68-100% responden  Skor tiga (3):rata-rata tagihan 4,1-
menyatakan memenuhi tolok ukur; 5%
 Skor tiga (3): 34-67% responden  Skor satu (1):rata-rata tagihan > 5%
menyatakan memenuhi tolok ukur;
 Skor satu (1): 1-33% responden Penilaian kinerja pelayanan air bersih komunal
menyatakan memenuhi tolok ukur. dibagi mejadi tiga kategori yaitu baik, cukup,
- Tolok ukur terhadap standar (supply dan kurang baik. Untuk menentukan penilaian
side): >80% keluhan dapat ditangani. kinerja tersebut maka dibuat interval penilaian
 Skor lima (5): >80% keluhan dapat berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dari
ditangani; ketercapaian kinerja terhadap tolok ukur.
 Skor tiga (3): 41-79% keluhan Jumlah skor tertinggi yang dapat diperoleh ialah
dapat ditangani; 50 sedangkan jumlah skor terendah yang dapat
 Skor satu (1): 1-40% keluhan dapat diperoleh ialah 10, sehingga rentang penilaian
ditangani. kinerja pelayanan air bersih komunal ialah
e. Tarif air. Indikator dan tolok ukur dari sebagai berikut:
kriteria tarif mengacu pada Peraturan  Jumlah skor 10 – 24, termasuk kategori
Pemerintah Republik Indonesia No 16 kurang baik;
Tahun 2005 tentang Pengembangan  Jumlah skor 25 – 38, termasuk kategori
Sistem Penyediaan Air Minum dan cukup;
Permendagri No 23 Tahun 2006 tentang  Jumlah skor 39 – 50, termasuk kategori
Pedoman Teknis dan Tata Cara baik.
Pengaturan Tarif Air Minum pada
Perusahaan Daerah Air Minum. Peraturan Studi ini difokuskan pada evaluasi formal
tersebut menyebutkan bahwa tarif harus terhadap kinerja pelayanan air bersih dengan
memenuhi prinsip keterjangkauan. pendekatan terhadap supply (faktor teknis dari
Keterjangkauan dicapai apabila kinerja pelayanan) dan demand (persepsi
pengeluran untuk air bersih tidak masyarakat). Dengan menggunakan metoda
melampaui 4% dari pendapatan analisis deskriptif-analitis dan kuantitatif maka
masyarakat pelanggan. Pada komponen data-data yang diperoleh dari hasil wawancara,
tarif, tolok ukurnya ialah: observasi, dan kajian pustaka dapat
- Tolok ukur terhadap persepsi (demand diinterpretasikan menjadi informasi. Di
side): terjangkau samping itu, analisis kuantitatif juga berguna
 Skor lima (5): 68-100% responden untuk menilai ketercapaian kinerja pelayanan
menyatakan memenuhi tolok ukur; air bersih komunal yang diperoleh data-datanya
 Skor tiga (3): 34-67% responden melalui penyebaran kuesioner kepada warga
menyatakan memenuhi tolok ukur; yang menjadi sampel. Berikut ini merupakan
 Skor satu (1): 1-33% responden tabel yang menunjukkan proporsi penyebaran
menyatakan memenuhi tolok ukur. kuesioner di masing-masing perumahan.
- Tolok ukur terhadap standar (supply
side): rata-rata tagihan air <4% rata-

102
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

Tabel 3 timur merupakan kawasan yang memperoleh


Proporsi Penyebaran Kuesioner pelayanan air bersih PDAM paling sedikit,
Jumlah Jumlah yaitu hanya 23920 KK yang terlayani oleh
No. Perumahan
Rumah (KK) Responden
Griya Bumi
PDAM dari sekitar 114535 jumlah KK yang
1. 209 37
Arcamanik ada di Kawasan bandung timur. Artinya hanya
2. Sukaasih 160 28 sekitar 20% saja rumah tangga saja yang
3. Sukamiskin 118 21
4. Cikadut 79 14
terlayani oleh PDAM. Sehingga pada kawaan
Jumlah 566 100 ini terdapat beberapa permukiman yang tidak
Sumber: Hasil Analisis, 2009 memperoleh pelayanan air bersih PDAM,
berinisiatif membangun sarana air bersih
4. Kinerja Pelayanan Sarana Air Bersih komunal seperti keempat permukiman yang
Komunal di Empat Permukiman
terdapat pada studi ini.
Penilaian kinerja didasarkan pada persepsi
1. Perumahan Griya Bumi Arcamanik
warga terhadap ketercapaian tolok ukur dari
kriteria pelayanan dengan melakukan
Berdasarkan hasil analisis pada kriteria
penyebaran kuesioner di keempat perumahan.
pelayanan air bersih komunal sebelumnya,
Adapun kinerja pelayanan dibandingkan
Perumahan Griya Bumi Arcamanik memiliki
dengan tolok ukur dari standar yang berlaku,
kecenderungan pelayanan yang memenuhi
sebagai perbandingan dengan penilaian
tolok ukur. Pada Tabel III selanjutnya, dapat
masyarakat dan untuk mengetahui sejauh mana
dilihat bahwa Perumahan Griya Bumi
kinerja pelayanan air bersih komunal yang ada,
Arcamanik memiliki ketercapaian tolok ukur
dalam rangka menyediakan sistem penyediaan
di kelima kriteria dari segi persepsi
air bersih yang baik dan sesuai dengan standar
masyarakatnya. Sedangkan dari segi kinerja
pelayanan air bersih yang berlaku.
sarana terhadap standar, terdapat satu
komponen yang tidak memenuhi tolok ukur
Evaluasi kinerja pelayanan air bersih komunal
yaitu kontinuitas air yang tidak 24 jam. Alasan
meliputi lima komponen yaitu kuantitas,
responden yang menyatakan kuantitas air tidak
kualitas, kontinuitas, tarif, dan pengaduan
memenuhi, lebih dikarenakan debit air yang
tertangani. Persepsi responden terhadap
diterima terkadang kecil. Kecilnya debit
ketercapaian tolok ukur dari kelima komponen
tersebut dipengaruhi oleh penggunaan sistem
akan menentukan kinerja dari pelayanan air
pengaliran secara pemompaan. Pengaliran
bersih komunal. Selain itu kinerja akan dilihat
dilakukan dengan menggunakan jadwal yang
juga terhadap ketercapaian tolok ukur standar,
tetap dan diputuskan secara musyawarah
guna memberikan perbandingan dan
dengan warga sehingga masih bisa
mengembangkan kinerja dari pelayanan air
mengakomodasi kebutuhan air pada waktu-
bersih komunal.
waktu penting,seperti pagi hari dan sore hari.
Perumahan yang akan dijadikan objek dalam
Berdasarkan data primer, sebanyak 81%
artikel ini ialah: Perumahan Griya Bumi
responden dari total 37 responden menjawab
Arcamanik, Perumahan Sukaasih, Perumahan
bahwa prioritas paling utama pemakaian air
Sukamiskin, dan Perumahan Cikadut.
bersih komunal ialah digunakan untuk MCK,
Keempat permukiman tersebut berada di
sedangkan pemakaian air bersih komunal yang
Wilayah Pengembangan Ujungberung,
prioritasnya paling rendah ialah responden
kawasan Bandung Timur. Kawasan Bandung

103
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

menjawab pemakaian untuk cuci kendaraan. Berdasarkan ketercapaiannya masing-masing


Berdasarkan prioritas tersebut dapat diketahui tolok ukur maka nilai skor yang diperoleh dari
bahwa kebanyakan responden memilih kinerja pelayanan sarana air bersih komunal di
memenuhi keperluan sekunder (MCK dan cuci Perumahan Griya Bumi Arcamanik adalah
pakaian) terlebih dahulu dibanding dengan sebagai berikut.
keperluan primer (minum dan memasak).
Artinya warga merasa kuantitas air yang Tabel 5
Nilai Skor Terhadap Ketercapaian Tolok Ukur
tersedia dari sistem air bersih komunal cukup
Kinerja (Perumahan Griya Bumi Arcamanik)
banyak sehingga warga tidak terlalu khawatir Skor Ketercapaian Skor Ketercapaian
akan kekurangan air walaupun keperluan (Tolok Ukur Standar) (Tolok Ukur Persepsi)
Kuantitas 5 5
primer diprioritaskan setelah keperluan Kualitas 3 5
sekunder. Kontinuitas 1 5
Tarif 5 5
Pengaduan
Tabel 4 5 5
tertangani
Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal Jumlah 19 25
Perumahan Griya Arcamanik Sumber: Hasil Analisis, 2009
Komponen Tolok Ukur Ketercapaian
Kriteria Standar Persepsi Standar Persepsi
92% Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
Rata-rata responden
Konsumsi air
Memenuhi
konsumsi menyatkan jumlah total skor pelayanan sarana air bersih
kebutuuha
Kuantitas bersih air bersih kuantitas air komunal di Perumahan Griya Bumi
n air bersih
126,9l/o/h komunal memenuhi
sehari-hari Arcamanik adalah 44. Dengan demikian, maka
154 l/o/h kebutuhan
sehari-hari
Kualitas air
dapat disimpulkan bahwa Perumahan Griya
secara fisik
89% Bumi Arcamanik memiliki kinerja pelayanan
dapat Teruji
responden air bersih komunal yang baik.
Memenuhi diamati: laboratoriu
menyatakan
syarat air tidak m sebagai
Kualitas kualitas air
bersih (teruji keruh, air bersih
bersih
laboratorium) tidak pada akhir
komunal 2. Perumahan Sukaasih
berwarna, tahun 2006
adalah baik
tidak
berasa Perumahan Sukaasih bisa dikatakan memiliki
89%
Rutin responden ketercapaian tolok ukur kinerja yang paling
terjadwal: menyatakan
Rutin
pagi pukul kontinuitas baik jika dibandingkan dengan ketiga
terjadwal
5.30-10.00 air mengalir perumahan lainnya. Berdasarkan hasil analisis,
Kontinuitas 24 jam/hari dengan
dan sore rutin sesuai
durasi yang dari lima komponen kriteria yang diukur,
pukul jadwal
mencukupi
16.00- dengan
21.00 durasi yang seluruhnya memenuhi tolok ukur yang
mencukupi. ditetapkan baik dari segi tolok ukur persepsi
Rata-rata
beban maupun standar kinerja sarana.
Tagihan <4% tagihan Seluruh
dari mengurang responder
Tarif penghasilan Terjangkau i 1,4-3,5% menyatakan Berdasarkan data yang diperoleh dari
masyarakat rata-rata tarif air
pelanggan penghasila terjangkau responden, rata-rata konsumsi air bersih
n warga komunal di Perumahan Sukaasih ialah sebesar
pelanggan
Keluhan
Seluruh 141,67 liter/orang/hari. Jumlah rata-rata
> 80% 100% responder
jumlah
dapat
jumlah menyatakan konsumsi tersebut lebih besar jika
Pengaduan ditangani
keluhan keluhan keluhan dibandingkan dengan standar keperluan air
tertangani dengan
dapat dapat ditangani
baik dan
tertangani
cepat
ditangani dengan baik bersih Departemen PU (126,9 liter/orang/hari)
dan cepat
namun lebih rendah jika dibandingkan dengan
Sumber: Hasil Analisis, 2009
standar Departemen Kesehatan (150

104
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

liter/orang/hari). Hal tersebut dimungkinkan untuk cuci pakaian, prioritas kelima untuk
karena cukup banyak warga pengguna air menyiram tanaman, prioritas keenam untuk
bersih komunal yang juga memiliki sumber air kebersihan rumah, dan prioritas terkahir untuk
bersih yang lain. Dari total 28 responden, cuci kendaraan. Prioritas utama penggunaan
sebanyak 18 (64%) responden menjawab air bersih komunal banyak digunakan untuk
memiliki dan menggunakan sumber air bersih keperluan memasak dan minum dimungkinkan
yang lain berupa sumur pribadi dan 10 (36%) karena kualitas air bersih komunal yang baik.
responden menjawab tidak memiliki sumber Sebanyak 25 responden menjawab bahwa
air bersih yang lain. Dari 18 responden alasan mereka menggunakan air bersih bersih
tersebut, alasan mereka menggunakan air komunal adalah karena kualitas airnya yang
bersih yang lain ialah mayoritas sebanyak 13 baik sehingga airnya diprioritaskan untuk
responden menjawab untuk mengurangi beban memenuhi keperluan primer seperti minum
tagihan air bersih komunal. dan memasak.

Berdasarkan penyebaran kuesioner, diketahui Tabel 6


bahwa 96% responden atau sekitar 27 Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal
responden menyatakan bahwa air bersih Perumahan Sukaasih
Komponen Tolok Ukur Ketercapaian
komunal sudah mampu memenuhi kebutuhan Kriteria Standar Persepsi Standar Persepsi
96%
air bersih mereka sehari-hari, sedangkan 4% Rata-rata responden
Memenuhi
atau 1 responden menyatakan air bersih Konsumsi konsumsi menyatakan
kebutuhan
Kuantitas air bersih air bersih kuantitas air
komunal kurang mampu memenuhi kebutuhan air bersih
126,9l/o/h komunal memenuhi
sehari-hari
154 l/o/h kebutuhan
air bersih mereka. Alasan responden yang sehari-hari
menyatakan kuantitas air tidak memenuhi, Kualitas air
secara fisik 93%
sama seperti di Perumahan Griya Bumi Memenuhi Teruji
dapat responden
syarat air laboratoriu
diamati: menyatakan
Arcamanik yaitu debit air yang diperoleh Kualitas
bersih
tidak
m sebagai
kualitas air
(teruji air bersih
terkadang hanya sedikit sehingga tidak laborato-
berwarna,
pada akhir
bersih
tidak komunal
mencukupi. Kecilnya debit tersebut rium) tahun 2006
berbau, dan adalah baik
dipengaruhi oleh kontur permukaan tanah dari tidak berasa
90%
Perumahan Sukaasih. Pengaliran air dilakukan Rutin responden
Rutin terjadwal: menyatakan
dengan sistem gravitasi. Air dari sumber terjadwal pagi pukul kontinuitas air
24
disalurkan ke tempat penampungan terlebih Kontinuitas dengan 5.30-10.00 mengalir rutin
jam/hari
durasi yang dan sore sesuai jadwal
dahulu (reservoar), kemudian baru disalurkan mencukupi pukul dengan durasi
16.00-21.00 yang
ke rumah-rumah warga secara gravitasi. Pada mencukupi
saat pemakaian jam puncak, di beberapa Rata-rata
Tagihan beban
rumah yang jaraknya lebih jauh dari sumber <4% dari tagihan Seluruh
pengh- mengurangi responden
dan permukaan tanahnya tinggi, debit air Tarif asilan Terjangkau 1,4-3,5% menyatakan
menjadi kecil karena besarnya tekanan kurang masya- rata-rata tarif air
rakat penghasilan terjangkau
kuat untuk menjangkau dan menghasilkan pelanggan warga
pelanggan
debit air yang sama besarnya.
Seluruh
> 80% Keluhan 100% responden
jumlah dapat jumlah menyatakan
Prioritas pemakaian air bersih komunal pada Pengaduan
keluhan ditangani keluhan keluhan
tertangani
urutan pertama ialah pemakaian untuk dapat dengan baik dapat ditangani
tertangani dan cepat ditangani dengan baik
memasak, prioritas kedua untuk minum, dan cepat
prioritas ketiga untuk MCK, prioritas keempat Sumber: Hasil Analisis, 2009

105
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

Berdasarkan ketercapaiannya terhadap masing- diberikan hanya dua hari sekali dengan durasi
masing tolok ukur maka nilai skor yang satu jam saja. Walaupun belum sesuai dengan
diperoleh dari sarana air bersih komunal di standar, ternyata sebagian besar responden
Perumahan Sukaasih disajikan pada Tabel 7 merasa bahwa kebutuhan air bersih mereka
berikut. sudah terpenuhi dengan kondisi pelayanan
yang ada. Sehingga tidak selalu suatu sistem
Tabel 7 penyedia air bersih yang belum memenuhi
Nilai Skor Terhadap Ketercapaian Tolok Ukur standar akan menghasilkan pelayanan yang
Kinerja (Perumahan Sukaasih) buruk bagi masyarakatnya. Namun memang
Skor Ketercapaian Skor Ketercapaian
(Tolok Ukur Standar) (Tolok Ukur Persepsi) akan lebih baik lagi jika bisa mencapai
Kuantitas 5 5
Kualitas 5 5
standar yang telah ditetapkan karena standar
Kontinuitas 5 5 merupakan suatu dasar untuk mencapai
Tarif 5 5
Pengaduan tingkat pelayanan yang baik.
5 5
tertangani
Jumlah 25 25
Tabel 8
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal
Perumahan Sukamiskin (Desa Kertasari
Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah Komponen Tolok Ukur Ketercapaian
Kriteria Standar Persepsi Standar Persepsi
total skor yang diperoleh pelayanan sarana air 90%
bersih komunal di Perumahan Sukaasih ialah Memenuhi
Rata-rata responden
Konsumsi konsumsi menyatakan
50. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan kebutuhann
Kuantitas air bersih air bersih kuantitas air
air bersih
bahwa Perumahan Sukaasih memiliki kinerja 126,9l/o/h komunal memenuhi
sehari-hari
154 l/o/h kebutuhan
pelayanan air bersih komunal yang baik. sehari-hari
Kualitas air
secara fisik 90%
Memenuhi Teruji
3. Perumahan Sukamiskin (Desa Kertasari) dapat responden
syarat air laboratoriu
diamati: menyatakan
bersih m sebagai
Kualitas tidak kualitas air
(teruji air bersih
berwarna, bersih
Perumahan Sukamiskin memiliki labora-
tidak
pada akhir
komunal
torium) tahun 2006
kecenderungan yang baik dari segi persepsi berbau, dan adalah baik
tidak berasa
masyarakatnya namun kurang jika melihat 86%
Rutin responden
dari segi ketercapaian standar kinerja Rutin terjadwal: menyatakan
sarananya. Berdasarkan Tabel VIII 24
terjadwal pagi pukul kontinuitas air
Kontinuitas dengan 5.30-10.00 mengalir rutin
selanjutnya, dapat dilihat bahwa seluruh jam/hari
durasi yang dan sore sesuai jadwal
persepsi responden terhadap masing – masing mencukupi pukul dengan durasi
16.00-21.00 yang
kriteria memiliki ketercapaian yang baik. mencukupi
Rata-rata
Sedangkan dari segi standar, komponen Tagihan beban
kriteria: kuantitas, kualitas, dan kontinuitas <4% dari tagihan Seluruh
pengh- mengurangi responden
masih belum memenuhi tolok ukur. Dari segi Tarif asilan Terjangkau 1,4-3,5% menyatakan
masya- rata-rata tarif air
kuantitas, perkiraan rata – rata konsumsi rakat penghasilan terjangkau
maksimal yang dapat dilakukan ialah 120 pelanggan warga
pelanggan
l/o/h. Nilai tersebut dibawah standar Seluruh
kebutuhan air yaitu 126,9 l/o/h. Kemudian > 80% Keluhan 100% responden
jumlah dapat jumlah menyatakan
kualitas air, sudah lama tidak teruji Pengaduan
keluhan ditangani lehuhan keluhan
tertangani
dapat dengan baik dapat ditangani
laboratorium sejak 25 tahun yang lalu, tertangani dan cepat ditangani dengan baik
sehingga kualitasnya diragukan secara dan cepat
Sumber: Hasil Analisis, 2009
standar. Sementara kontinuitas air yang

106
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

memperoleh distribusi air bersih dengan jadwal


Berdasarkan ketercapaiannya terhadap masing- rutin setiap dua hari sekali selama satu jam
masing tolok ukur maka nilai skor yang penuh pada saat jam pengaliran. Pihak
diperoleh dari sarana air bersih komunal di pengelola menyatakan bahwa pergiliran
Perumahan Sukamiskin dapat dilihat pada distribusi air tersebut dilakukan karena
Tabel 9. terbentur dengan kondisi kontur permukaan
tanah yang tidak rata. Sementara pengelola
Tabel 9 hanya mengadalkan sistem gravitasi untuk
Nilai Skor Terhadap Ketercapaian Tolok Ukur
pengaliran air bersihnya tanpa adanya mesin
Kinerja (Perumahan Sukamiskin)
Skor Ketercapaian Skor Ketercapaian pompa. Sehingga pihak pengelola khawatir
(Tolok Ukur Standar) (Tolok Ukur Persepsi)
tekanan air menjadi tidak sama pada setiap
Kuantitas 3 5
Kualitas 1 5 rumah jika pengaliran dilakukan 24 jam/hari ke
Kontinuitas 1 5 semua rumah warga. Hal tersebut berpotensi
Tarif 5 5
Pengaduan menimbulkan konflik atau kecemburuan dalam
5 5
tertangani
Jumlah
masyarakat oleh karena itu pihak pengelola
15 25
Sumber: Hasil Analisis, 2009 memberlakukan pergiliran distribusi agar setiap
rumah bisa memperoleh debit air yang sama.
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah
total skor yang diperoleh pelayanan air bersih Tabel 10
komunal di Perumahan Sukamiskin adalah 40. Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal
Perumahan Cikadut (Desa Cibangdan)
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan Komponen Tolok Ukur Ketercapaian
bahwa Perumahan Sukamiskin memiliki kinerja Kriteria Standar Persepsi Standar Persepsi
93%
pelayanan air bersih komunal yang baik. Rata-rata responden
Memenuhi
Konsumsi air konsumsi menyatakan
kebutuhan
Kuantitas bersih air bersih kuantitas air
4. Perumahan Cikadut (Desa Cibangdan) air bersih
126,9l/o/h komunal memenuhi
sehari-hari
154 l/o/h kebutuhan
sehari-hari
Sarana air bersih komunal di Perumahan Kualitas air
secara fisik 86%
Cikadut memiliki kondisi pelayanan yang mirip dapat
Teruji
responden
Memenuhi laboratoriu
dengan Perumahan Sukamiskin. Berdasarkan syarat air
diamati:
m sebagai
menyatakan
Kualitas tidak kualitas air
hasil analisis, pada Tabel X dapat dilihat bahwa bersih (teruji air bersih
berwarna, bersih
laboratorium) pada akhir
tidak komunal
persepsi responden terhadap kinerja dari kelima berbau, dan
tahun 2006
adalah baik
komponen kriteria memiliki ketercapaian tolok tidak berasa
86%
ukur yang baik. Sementara dari segi standar responden
Rutin
masih terdapat satu komponen kriteria yang menyatakan
Rutin terjadwal:
kontinuitas
terjadwal pagi pukul
belum memenuhi tolok ukur yaitu kontinuitas Kontinuitas 24 jam/hari dengan 5.30-10.00
air mengalir
rutin sesuai
air. durasi yang dan sore
jadwal
mencukupi pukul
dengan
16.00-21.00
durasi yang
Perumahan Cikadut juga menunjukan mencukupi
karakteristik yang sama seperti di Perumahan Rata-rata
beban
Sukamiskin. Sistem air bersih komunal di Tagihan <4% tagihan Seluruh
dari mengurangi responden
Perumahan Cikadut menggunakan mata air Tarif penghasilan Terjangkau 1,4-3,5% menyatakan
sebagai air bakunya dan tidak memiliki masyarakat rata-rata tarif air
pelanggan penghasilan terjangkau
kontinuitas air 24 jam per harinya karena warga
pelanggan
adanya pergiliran distribusi air bersih. Warga

107
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

Komponen Tolok Ukur Ketercapaian terhadap tolok ukur standar yang ditetapkan.
Kriteria Standar Persepsi Standar Persepsi
Seluruh Kinerja pelayanan sarana yang ada di keempat
> 80% Keluhan 100% responden
jumlah dapat jumlah menyatakan
perumahan, rata-rata memiliki ketercapaian
Pengaduan
tertangani
keluhan ditangani lehuhan keluhan diatas standar pelayanan yang berlaku. Hanya
dapat dengan baik dapat ditangani
tertangani dan cepat ditangani dengan baik komponen kontinuitas saja yang kinerjanya
dan cepat banyak tidak tercapai atau tidak memenuhi
Sumber: Hasil Analisis, 2009
tolok ukur standar. Dari empat perumahan yang
Berdasarkan ketercapainnya terhadap masing- menjadi studi kasus, hanya satu perumahan saja
masing tolok ukur maka nilai skor yang yang memiliki kontinuitas air 24 jam/hari,
diperoleh dari sarana air bersih komunal di sedangkan ketiga perumahan lainnya
Perumahan Cikadut disajikan pada Tabel 11 menggunakan jadwal pengaliran secara rutin.
berikut. Dari segi kuantitas sudah mencukupi dimana
konsumsi rata – rata berada diatas standar
Tabel 11 kebutuhan air. Dari segi kualitas air, air
Nilai Skor Terhadap Ketercapaian Tolok Ukur konsumen memiliki kualitas yang baik dengan
Kinerja (Perumahan Cikadut) asumsi tidak terdapat perubahan kualitas selama
Skor Ketercapaian Skor Ketercapaian
(Tolok Ukur Standar) (Tolok Ukur Persepsi) pengaliran dari sumber ke rumah warga.
Kuantitas 5 5 Kemudian dari segi tarif pun menunjukan
Kualitas 3 5
Kontinuitas 1 5 rentang pengeluaran untuk tagihan air berada
Tarif 5 5 dibawah 4% dari rata – rata penghasilan
Pengaduan
tertangani
5 5 bulanan warga pelanggan.
Jumlah 19 25
Sumber: Hasil Analisis, 2009 Sarana air bersih komunal yang terdapat di
lokasi studi telah mampu memberikan
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pelayanan air bersih yang baik kepada warga
total skor yang diperoleh pelayanan sarana air penggunanya. Pelayanan yang diberikan oleh
bersih komunal di Perumahan Cikadut (Desa sarana air bersih komunal dapat memenuhi hak
Cibangdan) adalah 40. Dengan demikian, dapat dan harapan warga sebagai pengguna air bersih
disimpulkan bahwa Perumahan Cikadut untuk memperoleh air yang layak, aman,
memiliki pelayanan air bersih komunal yang berkecukupan, mudah, dan disertai dengan
baik. harga yang terjangkau. Sarana air bersih
komunal saat ini telah menjadi suatu alternatif
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
bagi penyediaan air bersih secara swadaya.
Penggunaanya tidak terbatas pada suatu
Hasil evaluasi terhadap kinerja pelayanan air
golongan tertentu saja. Penggunaan sumber air
bersih komunal menunjukan bahwa keempat
dan jumlah biaya pembangunan yang berbeda-
sarana air bersih komunal di lokasi studi
beda pada pengelolaan sarana air bersih
memiliki kinerja yang baik. Kinerja yang baik
komunal di lokasi studi, ternyata sama-sama
ditunjukan oleh ketercapaian terhadap tolok
dapat menghasilkan pelayanan air bersih yang
ukur, baik berdasarkan persepsi maupun kinerja
baik kepada penggunanya. Dalam konteks kota,
sarana terhadap standar. Mayoritas persepsi
sarana air bersih komunal di lokasi studi telah
responden menyatakan bahwa kinerja dari
membantu meningkatkan pelayanan air bersih
masing-masing komponen pelayanan mencapai
bagi masyarakat.
tolok ukur yang ditetapkan. Hal tersebut
didukung oleh ketercapaian kinerja sarana

108
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan dapat ditulis. Terima kasih juga kepada dua
maka berikut ini rekomendasi yang dapat mitra bestari yang telah memberikan komentar
diberikan kepada masing-masing pihak terkait yang berharga.
demi meningkatkan pelayanan air bersih
Daftar Pustaka
komunal.
____, 2003. The Right to Water. World Health
1. Rekomendasi bagi pengelola air bersih Organization: France
komunal. Bagi pengelola air bersih Arika, Dian Mangiring. 2007. Kajian Pola
komunal, jika memungkinkan secara Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga di
finansial hendaknya membuat suatu sistem Kelurahan Setiamanah, Kota Cimahi
Sebagai Masukan Bagi Upaya
pengolah air sederhana guna mengolah air
Konservasi. Tugas Akhir Program
baku sebelum dialirkan secara langsung ke Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut
rumah-rumah warga guna menjaga kualitas Teknologi Bandung: Bandung.
air tetap baik. Selama ini air yang berasal Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum.
dari sumber dialirkan secara langsung ke 2006. Tata Cara Perencanaan Instalasi
Saringan
rumah warga tanpa adanya proses
Chatib, Benny. 1996. Sistem PAM: Pendidikan
pengolahan. dan Latihan Tenaga Teknik Penyediaan
Air Minum. Lembaga Pengabdian Kepada
2. Rekomendasi bagi masyarakat pengguna. Masyarakat, ITB: Bandung.
Pada masyarakat pengguna di perumahan Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pedoman
Penyediaan Air Minum Berbasis
yang tidak menggunakan sistem tarif
Masyarakat (PAM BM) : 2.
progresif, sehingga biaya menjadi lebih Penyelenggaraan. Pd-T-05-2-2005-C
murah, disarankan untuk tidak Dirjen Cipta Karya. 2009. Pedoman
mengkonsumsi air secara berlebihan karena Pengelolaan Program Pamsimas.
murahnya air bukan berarti dapat Departemen Pekerjaan Umum : Jakarta
Gleick, Peter. 1999. The Human Right to Water.
menghabiskan air bersih sebanyak-
Pacific Institute for Studies in
banyaknya mengingat ketersediaan air Development, Environment, and
tanah yang terbatas. Security: USA.
Huda, Risa Nurul. 2008. Studi Peminimalan
3. Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah. Kesenjangan Antara Standar Pelayanan
Air Bersih dengan Pelayanan yang
Bagi Pemerintah Daerah, hendaknya
Dirasakan Masyarakat Pengguna PDAM
mengawasi penggunaan air tanah yang dan Komunal di Kota Banjaran dan
merupakan sumber air dari sarana air bersih Soreang. Tugas Akhir Program
komunal guna mencegah penggunaan air Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut
tanah yang berlebihan. Penggunaan air Teknologi Bandung: Bandung.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47
tanah yang berlebihan dapat menyebabkan
Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian
semakin cepat berkurangnya cadangan air Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.
tanah dan menurunnya muka air tanah di Mustika, Susi. 2007. Pengaruh Tarif, Ukuran
lingkungan sekitar. Keluarga, Tingkat Pendapatan, dan
Sumber Air Alternatif Terhadap Tingkat
Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga
Ucapan Terima Kasih
Pada Sistem Komunal. Tugas Akhir
Program Perencanaan Wilayah dan Kota.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Prof. Ir. Roos Akbar, M.Sc., Ph.D. untuk
arahan dan bimbingan sehingga artikel ini

109
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 2 Agustus 2010

Peraturan Daerah Kota Bandung No 06 Tahun http://komunikasiair.org/artikel/art009.ht


2002 tentang Penyelenggaraan Pengairan ml (diakses Juli 10, 2008).
di Kota Bandung. Sekretariat Kelompok Kerja AMPL. 2000. Tata
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Cara Sistem Penyediaan Air Bersih
Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Air Komersil Untuk Permukiman. Jakarta.
Bawah Tanah. Techincal Advisory Committee od Safe
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No Drinking Water (TACSDW). 2004.
16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Environmental Public Health Field
Sistem Penyediaan Air Minum. Manual for Private, Public and
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Communal Drinking Water Systems in
Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis Alberta, Second Edition. Alberta Health
dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air and Welness : Alberta.
Minum Pada Perusahaan Daerah Air Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7
Minum. Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
Saswita, Yossy. 2008. 2010 : Bandung Tanpa WASPOLA. 2003. Kebijakan Nasional
Air Bersih. Artikel Kelompok Kerja Pembangunan Air Minum dan
Komunikasi Air, Nomor 9 (2008), Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat. Bappenas: Jakarta.

110

Anda mungkin juga menyukai