Anda di halaman 1dari 3

Teknik Remediasi :

Remediasi yaitu proses pembersihan lingkungan dari lokasi yang terkontaminasi dan teknik
untuk mengurangi atau menghilangan kontaminasi dari tanah. Dibagi 3 :

1. Remediasi fisik dimana proses pembersihan menggunakan metode isolasi dan


pewadahan ke tempat tertentu yang tercemar.
Contoh Teknologi :
1. Capping : mekanisme stabilisasi dengan mengurangi konsentrasi air dengan membuat
parit atau kolam retensi 

2. Cementious waste forms : semen polimer sulfur (melting pointnya tinggi 110-120 C)
digunakan untuk menstabilisasi logam berat yang volatil dengan beban tinggi 

Kelemahan :
Cara removal atau remediasi fisik membutuhkan biaya yang relative mahal karena
prosesnya yang membutuhkan banyak tenaga dan peralatan berat. Seluruh proses
remediasi fisik dilakukan dengan metode manual denagn tenaga manusia dan peralatan,
hal inilah yang membuat biaya remediasi fisik lebih mahal dari pada remediasi yang lain.

2. Remediasi kimia yang menggunakan proses kimia solidifikasi dan juga ekstraksi kimia.
 Remediasi menggunakan Actinide Chelators mensintesis chelators organik untuk
pengikatan selektif ion aktinida dari tanah dan aliran limbah 

 Immobilisasi kimia : bila senyawa kimia terlarut yang digunakan, diaplikasikan
dengan menjenuhkan tanah dengan senyawa tersebut (membanjiri langsung atau
perlahan dengan spray dan membiarkan larutan mengalir bebas ke tanah). 

 Bila dengan zat kimia tidak terlarut maka dimasukkan ke tanah dengan cara
menyebar/spreading, mengisi, injeksi bertekanan, transport suspensi atau dengan
menempatkan zat tersebut di barrier encapsulation yang permeabilitasnya rendah

 Contoh teknologi :
1. Oksidasi : alternative pengolahan yang memiliki kemampuan untuk mengurangi
atau menghilangkan volume dan toksisitas kontaminan
2. Photodegradation : merecovery logam beracun termasuk uranium dengan
menggunakan asam sitrat dan fotodegradasi cahaya tampak

3. Remediasi biologi yang menggunakan proses bieventing, biofilter dan proses


pembersihan biologi lainnya. Menggunakan organisme biologis (organisme ) untuk
hilangkan (pecah, degradasi, transformasi senyawa) pada tanah hingga bersih dan
alamiah. Proses bioremediasi menggunakan bantuan mikroorganisme dan beberapa jenis
tanaman untuk membantu membersihkan tanah dan juga beberapa proses biologi lainnya.
Kelebihan :
Bioremediasi lebih terjangkau tentu dengan menggunakan tanaman akan lebih
mengandung nilai estetika dimana tanah yang sedang dibersihkan akan terlihat lebih
indah dengan adanya tanaman hijau. Namun tidak semua tanaman bisa dijadikan sebagai
fitoremediator.
Kekurangan :
Tidak semua bakteri cocok untuk pengolahan kotaminan atau polutan di lokasi tercemar

Fitoremediasi
 Upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah
dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan
kolam buatan atau reaktor maupun in-situ atau secara langsung di lapangan pada
tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996).
 Pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan, termasuk pohon, rumput-
rumputan, dan tumbuhan air (PPT)

Remediasi In Situ dan Ex Situ


a. Remediasi In Situ
 Tanah atau air tanah yang tercemar dapat dipulihkan ditempat tanpa harus
mengganggu aktifitas setempat karena tidak dilakukan proses pengangkatan
polutan 

 Bioremediasi in situ melibatkan pendekatan langsung pada degradasi xenobiotik
di tempat terjadinya polusi ( tanah, air tanah) 
 Telah terbukti sukses
diaplikasikan untuk pembersihan minyak tumpah, pantai, dsb
 Contoh :
a. Methanotrophic Process (in situ)
b. Bio Wall for Plume Decontamination (in situ)
c. Bioventing : bioremediation in situ aerasi

 Kelebihan :
1. Bioremediasi in situ menghasilkan gangguan yang minimal pada lingkungan
di lokasi terkontaminasi.
2. Biaya yang dikeluarkan juga lebih rendah dibanding remediasi tanah
konvensional apalagi yang menggunakan metode removal and replacement
method karena disini tidak ada transportasi material terkontaminasi ke
pengolahan off site.
 Kekurangan
1. Tidak bisa untuk semua jenis tanah 

2. Degradasi sempurna susah dicapai 

3. Kondisi alami (misal temperatur) susah untuk dikontrol untuk mendapatkan
biodegradasi optimal
4. Perlu adanya data geohidrologi yang detail.
5. Pengendalian kondisi reaksi dan juga hasil akhir yang relative sulit. Perlu
adanya monitoring yang maksimal dan hati-hati serta perlu adanya rekayasa
yang lanjut untuk supply nutrient dan juga O2.

b. Remediasi Ex Situ
 Teknik bioremediasi yang diterapkan di Indonesia kebanyakan adalah
teknik ex-situ yaitu proses pengolahan dilakukan ditempat yang
direncanakan dan tanah tercemar / polutan diangkat ke tempat pengolahan.
 Pendekatan yang digunakan termasuk menggunakan bioreaktor,
landfarming, biopiles .
 Untuk penggunaan bioreaktor, tanah terkontaminasi dicampur dengan air
dan nutrien, lalu campuran di agitasi dengan bioreaktor mekanik untuk
menstimulasi aksi mikroorganisme. Metode ini paling cocok untuk tanah
liat/clay dibanding metode lain dan umumnya prosesnya cepat
 Contoh :
slurry reactor, biopile, composting, dan land farming.
 Kelebihan :
1. optimasi kondisi pengolahan, pengolahan, dan pengendalian proses
yang lebih cepat dan baik.
2. Serta Ex Situ menggunakan mikroorganisme khusus yang dapat
diimplementasikan.

 Kelemahan :
Perlunya proses pemindahan bahan pencemar. Ditambah lagi materi
volatile kurang terkontrol pada saat proses pemindahan limbah. Oleh
karena itu biaya proses Ex Situ lebih mahal.
1. Lebih mahal
2. Lebih rumit

Anda mungkin juga menyukai