Anda di halaman 1dari 5

2.

4 Gambaran Umum Pengelolaan Lingkungan

Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius utamanya di perkotaan akibat


kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga
pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan.
Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup
masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah yang sangat
membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil
sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan
Permasalahan-permasalahan tersebut baik yang berasal dari keberadaan sampah itu sendiri,
maupun yang terkait dengan penumpukan serta pengelolaannya, lebih jauh lagi akan membawa
dampak dampak baru. Misalnya saja, dari sudut pandang estetika (kebersihan dan keindahan kota)
maupun dari sudut sanitasi (kesehatan lingkungan). Tumpukan sampah yang tersebar tanpa
mengenal tempat, memberikan kesan jorok, kotor, kumuh maupun rantasa’. Sementara dari sudut
pandang kesehatan (lingkungan), keberadaan sampah dapat menjadi media berkembang biaknya
bibit penyakit maupun menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit.
Suwerda mengemukakan beberapa dampak apabila sampah tidak dikelola dengan baik sebagai
berikut:
1. Sampah dapat menjadi sumber penyakit, lingkungan menjadi kotor. Hal ini akan menjadi
tempat yang subur bagi mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia,

dan juga menjadi tempat sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. 


2. Pembakaran sampah dapat berakibat terjadinya pencemaran udara yang dapat mengganggu

kesehatan masyarakat, dan memicu terjadinya pemanasan global. 


3. Pembusukan sampah apat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi
kesehatan. Cairan yang dikeluarkan dapat meresap ketanah, dan dapat menimbulkan
pencemaran sumur, air tanah, dan yang dibuang ke badan air akan mencemari sungai.
4. Pembuangan sampah kesungai atau badan air dapat menimbulkan pendangkalan sungai,
sehingga dapat memicu terjadinya banjir.
Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan
hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan
bencana seperti :
a. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
b. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam
berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
 Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
 Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah
suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
c. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
d. Rusaknya Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
e. Terjadinya Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air
yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat
akibat akibat hujan besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke
dalam got/saluran air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum disentuh,
berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan menyebabkan polusi
sampah di muara pantai,sungai dan danau. Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh
sebagian golongan sangat berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah
mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku,
namun lebih dalam dari itu adalah masalah kesejahteraan. Sampah sungai berasal dari sampah
rumah tangga dari warga yang bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak
mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan
juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi,
tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang
kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.
f. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak yang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah :
 Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran dimana-mana.
 Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
 Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung
(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk
kerja, rendahnya produktivitas).
 Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,
dan lain-lain.
g. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai,
seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal
ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
Pembuangan sampah di Temat Pembungan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi,
Jawa Barat masih berantakan di beberapa titik, sopir truk sampah masi ada yang membuang
muatannya di pinggir jalan di luar tumpukan sampah utama. Sejak TPST Bantargebang dilakukan
swakelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, banyak aspek yang dilanggar Dinas Lingkungan
Hidup DKI Jakarta. Sehingga, dianggap wajar jika pemerintah kota Bekasi meminta lebih atas
dana hibah atau dana kemitraan untuk mereka. Karena yang terkena dampak kerusakan lingkungan
akibat sampah Jakarta dan Bekasi. Sebelumnya ketika dikelola oleh pihak swasta, semua dipenuhi
sesuai dengan aturan. Saat ini swakelola, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta belum memiliki
payung hukum atas hal itu.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengaku akan segera membangun fasilitas
pengolahan sampah di perkotaan atau intermediate treatment facility (ITF). Fasilitas ini diperlukan
untuk mengurangi pembuangan sampah ke TPST Bantargebang. Polemik TPST Bantargebang,
harapnya, bisa diselesaikan sesuai dengan perjanjian kerjasama (PKS) kedua pemerintahan.
Menurutnya, dalam PKS itu terdapat kesepakatan-kesepakatan yang wajib dipatuhi kedua pihak,
baik Pemprov DKI Jakarta maupun Pemerintah Kota Bekasi. Direktur Eksekutif Koalisi Wahana
Lingkungan Hidup Indinesia (KAWALI), Puput TD Putra, menambahkan, TPST Bantargebang
Bekasi dinilai melanggar undang-undang karena sampah-sampah itu hanya ditumpuk begitu saja
secara terbuka. Dalam UU Persampahan Pasal 29 huruf (e), dijelaskan bahwa dilarang melakukan
penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir, sistem model
pengolahan seperti ini yang selalu dicari-cari kesalahannya oleh berbagai pihak demi mendapatkan
keinginannya seperti dana hibah, dana kemitraan dan lainnya.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
Jakarta melaksanakan groundbreaking pembangunan proyek percontohan pengolahan sampah
proses termal di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat,
Rabu (21/3/2018). Hal ini merupakan tindak lanjut kesepakatan bersama mendukung
pembangunan kota Jakarta dalam penerapan teknologi pengolahan sampah. Kepala BPPT Unggul
Priyanto mengatakan, kota besar seperti Jakarta menghasilkan 7.000 ton sampah setiap harinya.
Teknologi ini sudah terbukti di negara maju seperti Jerman dan Jepang. Proyek percontohan ini,
mulai dari desain sampai kontraktornya dari Indonesia. Teknologi pengolahan sampah ini
dilengkapi sarana pengendalian pencemaran baik air mau pun udara yang diklaim aman terhadap
lingkungan. Pengolahan sampah termal atau pengawetan dengan energi panas ini dibangun di atas
lahan 7.000 meter persegi. Selain itu, pengolahan sampah ini juga dapat menghasilkan listrik dari
sampah dengan kapasitas 50 ton sampah per hari dengan hasil listrik 400 kilowatt. Teknologi
termal yang digunakan adalah tipe stoker-grate. Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur
Kemenko Kemaritiman Ridwan Djamaluddin meminta masyarakat tidak melihat listrik yang
dihasilkan dari proyek percontohan ini. Namun, teknologi pengelolaan sampah yang digunakan
sudah seperti negara maju.

DAFTAR PUSTAKA

https://rcempakawangi.blogspot.com/2015/06/makalah-pengelolaan-sampah-dan-dampak.html

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/21/14271771/bppt-groundbreaking-pengolahan-
sampah-termal-di-tpst-bantargebang

journal.uin-alauddin.ac.id/index.php

Anda mungkin juga menyukai