PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) menyebutkan 7 dari 1000 populasi penduduk dewasa
yang sebagian besar berada dalam rentang usia 15 sampai 35 tahun merupakan penderita
skizofrenia. Hal ini menunjukan bahwa 24 juta penduduk dunia adalah penderita sizofrenia.
Sedangkan di indonesia sendiri telah mencapai 2,5 persen dari total penduduk dengan 80
persennya tidak diobati.1
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau pecah dan
phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku.
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta
disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi
kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul
inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,
ambivalensi dan perilaku bizar (Maramis, 2012).
Gejala-gejala pada skizofrenia :Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III, untuk mendiagnosa
skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): Thought echo = isi pikiran dirinya
sendiri yang bergema dan berulang dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda. Thought insertion or withdrawal = isi pikiran
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal). Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. Delution of control = waham tentang dirinya
dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar. Delution of influence = waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar. Delution of passivity = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap kekuatan dari luar. Delution of perception =
pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat (Abidi, S, 2013).
Perilaku katatonik, seperti gaduh- gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Gejala harus
berlangsung minimal 1 bulan. Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi(Maslim, 2013).
1.1.Rumusan Masalah
Bagaimana diagnosis dan tatalaksana pada kasus Skizofrenia Hebrefenik?
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana pada kasus Skizofrenia Hebrefenik.
1.3.Manfaat
Memberikan informasi mengenai Skizofrenia Hebrefenik serta mengetahui cara
mendiagnosis dan tatalaksana pada pasien Skizofrenia Hebrefenik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang funda mental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun deficit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 1997 dalam sirait
2006). Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan banyak
tanda tanya (teka-teki). Kadangkala skizofrenia dapat berfikir dan berkomunikasi dengan jelas,
memiliki pandangan yang tepat dan berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pada saat yang lain, pemikiran dan kata-kata terbalik, mereka kehilangan sentuhan dan mereka
tidak mampu memelihara diri mereka sendiri (Hoeksema, 2004).
2.2. Sejarah
Besarnya masalah klinis skizofrenia, secara terus-menerus telah menarik perhatian tokoh-
tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan ini. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu:
(Hhusni, 2014)
2.3. Etiologi
2.3.1 Biokimia
Etiologi biokimia skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu
adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine
sentral (hipotesis dopamine). Hipotesis ini dibuat berdasarkan tiga penemuan utama :
(Elvira, 2013)
2.3.2 Genetika
a. Thought echo
yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda
atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
diluar dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar
sehingga orang lain mengetahuinya.
2) Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
3) Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun
tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
c. Halusinasi Auditorik
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar dan
mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling sedikit dua gejala
dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas atau
ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama bermingu-minggu atau
berbulan-bulansecara terus menerus.
f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat
inkoherenskiatau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan stupor.
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social
dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau neuroleptika.Adanya gejala-gejala kas tersebut diatas telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi,
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social. Selain itu ahli membagi
skizofrenia menjadi dua bagian yaitu gejala positif dan gejala negative.
2) Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang besar dan
bertindak seperti pahlawan atau orang besar.
4) Agitasi atau mengamuk : hal ini sering membuat penderita dikurung atau
dipasung.
2) Menarik diri dari pergaulan social : penderita merasa senang jika tidak
menjalani kehidupan social.
3) Tidak menunjukan reaksi emosional (Hawari, 2001). Teori ini digunakan untuk
memudahkan keluarga mengenal gejalagejala yang diialami oleh klien
skizofrenia, sehingga dapat melakukan penanganan.
6
Gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan. Selain
kriteria diatas, untuk mendiagnosis skizofrenia hebefrenik harus ditemui baik (1) atau (2) yaitu:
(2) Keganjilan atau ketidaktepatan afek yang pasti dan berkelanjutan. Kemudian diikuti
baik (1) atau (2) yaitu:
(1) Perilaku yang tanpa tujuan dan terputus-putus
(2) Gangguan pikiran yang pasti, bermanifestasi sebagai perkataan yang terputus-
putus, bertele-tele atau inkoheren. Selain itu pada skizofrenia hebefrenik,
halusinasi atau delusi tidak harus mendominasi gambaran klinis, meskipun
terkadang muncul dalm derajat yang ringan.6
2.5. Patofisiologi
Gambar. Jalur mesolimbik dopamin pada otak yang menyebabkan gejala positif.
Sumber : Psychosis and Schizophrenia. Antipsychotics and Mood Stabilizers : Stahl’s
Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. Page 27.
c. Jalur Nigrostriatal: sistem nigrostriatal mengandung sekitar 80% dopamin otak. Jalur
ini berproyeksi dari substansia nigra ke basal ganglia atau striatum (kauda dan
putamen). Jalur ini berfungsi menginervasi system motorik dan ekstrapiramidal.
Dopamin pada jalur nigrostriatal berhubungan dengan efek neurologis
(Ekstrapiramidal / EPS) yang disebabkan oleh obat-obatan antipsikotik tipikal / APG-I
(Dopamin D2 antagonis).
Gambar. Jalur nigrostriatal dopamin pada otak.
Sumber :Psychosis and Schizophrenia. Antipsychotics and Mood Stabilizers : Stahl’s
Essential Psychopharmacology. 3rd Edition. Page 32.
d. Jalur Tuberoinfundibular:
e. Jalur Thalamus :
Jalur kelima berasal dari berbagai tempat, termasuk periaqueductal gray, ventral
mesencephalon, hypothalamus nukleus, nukleus parabrachial lateral, yang berproyeksi ke
thalamus. Namun, fungsinya masih belum diketahui.12
Sumber : Psychosis and Schizophrenia. Antipsychotics and Mood Stabilizers : Stahl’s Essential
Psychopharmacology. 3rd Edition. Page 34
Krteria untuk menegakkan diagnosis skizofrenia yaitu pasien harus memenuhi kriteria
DSM-IV-TR atau ICD-X. Berdasarkan DSM-IV sebagai berikut (Elvira & Hadikusanto
2013):
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan dan mencakup 1 bulan gejala fase aktif.
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna, yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tersebut
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor,
autisme, atau gangguan organik.
Semua pasien skizofrenia mesti digolongkan ke dalam salah satu dari subtipe yang telah
disebutkan diatas (Elvira & Hadikusanto 2013). Subtipe ditegakkan berdasarkan atas
manifestasi perilaku yang paling menonjol (Elvira & Hadikusanto 2013). Berdasarkan
PPDGJI-III, maka pedoman diagnostik skizofrenia paranoid (F20.0), yaitu (Maslim, 2013):
a. Skizofrenia paranoid
b. Skizofrenia Hebefrenik
Kriteria umum skizofrenia yang harus dipenuhi. Biasanya diagnosis hebefrenik
untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda. Kepribadian
premorbid secara kas, tetapi tidak selalu, pemaludan menyendiri. Untuk diagnosis
hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinnu selama 2 atau 3
bulan lamanya, untuk memastikan bahwa perilaku yang kas seperti perilaku tidak
tanggung jawab, mannerism, senyum sendiri memang benar bertahan.
c. Skizofrenia katatonik
Kriteria suatu diagnosis skizofrenia dan katatonik yang harus dipenuuhi. Gejala
katatonik yang bersifat sementara dapat terjadi pada setiap subtype skizofrenia, tetapi
untuk diagnosis skizofrenia katatonik satau atau lebih dari perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya : stupor (amat berkurang aktivitas terhadap lingkungan
dan gerakan, kegelisahan, sikap tubuh yang tidak wajar, perlawanan terhadap intruksi,
sikap tubuh yang kaku, meterhadap perintah dan mempertahankan posisi tubuh yang
dilakukan dari luar dan gejala otomatisme terhadap perintah dan preserverasi kata atau
kalimat.
f. Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi :
1. Gejala negative skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor,
aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif, miskin dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non verbal buruk seperti kkontak mata, ekspresi muka,
sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja social buruk.
2. Sedikitnya ada riwayat pisode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi criteria diagnostic untuk skizofrenia.
3) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekkuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
dan telah timbul sindrom negative skizofrenia.
4) Tidak dapat demensia atau penyakit otak organic lain, depresi kronis, atau
insttitusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negative tersebut.
g. Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan,
karena tergantung pada pemestian perkembangan yang berjalan perlahan, profresif dari
gejala negative yang kas dari skizofrenia residual tanpa riwayat halusi nasi, waham atau
manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai
perubahan perilaku yang bermakna yang bermanifestasi sebagai kkehilangan minat yang
mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara social.
2.8. Penatalaksanaan
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Pemberian obat-obat anti-psikosis
Pemberian obat anti-psikosis pada pasien skizofrenia (sindrom psikosis fungsional)
merupakan penatalaksanaan yang utama. Pengobatan anti-psikosis diperkenalkan awal
tahun 1950-an (Muttaqin & Nisa, 2014). Pemilihan jenis obat anti-psikosis
mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan (fase akut atau kronis) dan efek
samping obat (Maslim, 2013). Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang
baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera diatasi.
Obat anti-psikosis tidak bersifat menyembuhkan, namun bersifat pengobatan
simtomatik (Gunawan, et al., 2007).Obat anti-psikosis efektif mengobati “gejala positif”
pada episode akut (misalnya halusinasi, waham, fenomena passivity) dan mencegah
kekambuhan (Willy, 2009). Obat-obat ini hanya mengatasi gejala gangguan dan tidak
menyembuhkan skizofrenia (Muttaqin & Nisa, 2014.). Pengobatan dapat diberikan
secara oral, intramuskular, atau dengan injeksi depot jangka panjang (Astikawati, 2012).
Pasien yang baru pertama kali mengalami episode skizofrenia, pemberian obat harus
diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek samping, karena pengalaman yang
buruk dengan pengobatan akan mengurangi ketaatanberobat (compliance) atau
kesetiaan berobat (adherence) (Willy, 2009). Dianjurkan untuk menggunakan
antipsikosis atipikal atau antipsikosis tipikal, tetapi dengan dosis yang rendah (Willy,
2009).
Gambar 9. Sifat obat antipsikotik konvensional
Keterangan:kemampuan antipsikotik untuk memblokir reseptor dopamin D2
khususnya di jalur dopamin mesolimbik. Sehingga akan mengurangi hiperaktivitas pada
jalur dopamin mesolimbik dan mengurangi gejala positif.Sumber : Antipsychotic
Agents. Stahl’s Essential Psychopharmacology. 4th Edition.
Trilafon Tab 2 - 4 - 8 mg
Haldol Tab. 2 - 5 mg
Govotil Tab. 2 - 5 mg
Lodomer Tab 2 - 5 mg
Risperidal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Neripros Tab. 1 - 2 - 3 mg
Persidal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Rizodal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Zofredal Tab. 1 - 2 - 3 mg
Apabila pada pasien skizofrenia, gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, isi pikir
miskin) lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau), maka obat
anti-psikosis atipikal perlu dipertimbangkan (Maslim, 2013).
2.4 Prognosis
Pada abad sebelumnya, ketika seseorang didiagnosis skizofrenia maka orang tersebut
akan mengalami deteriorasi mental selamanya (Willy, 2009).9Namun, saat ini jika
seseorang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama maka diperkirakan 1/3
akan menagalami full remission atau recovery, 1/3 yang lain mengalami social recovery
walaupun masih didapati sedikit kecacatan sedikit yang harus sering diperiksa dan diobati
selanjutnya (Willy, 2009).
Skizofrenia merupakan penyakit kronis dan membutuhkan waktu lama untuk
menghilangkan gejala (Elvira & Hadikusanto 2013).Sekitar 90% dengan episode psikotik
pertam akan sehat dalam waktu satu tahun, 80% mengalami episode selanjutnya dalam
lima tahun, dan 10% meninggal karena bunuh diri (Astilawati, 2012). Kira-kira 50% dari
semua pasien skizofrenia akan mencoba bunuh diri kira-kira satu kali selama hidupnya, dan
10% sampai 15% pasien skizofreninia meninggal karena bunuh diri selama periode follow-
up 20 tahun (Wiguna, 2010).
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
pramorbid yang baik pramorbid yang buruk
Riwayat penyerangan
BAB III
STATUS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Dokter Pemeriksa : DM
No. RM : 124348
3.2.Anamnesis
A. Keluhan utama :
Pasien marah-marah
B. Autoanamnesis
Pasien perempuan dewasa datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit jiwa dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan keaadan berbicaraterus meneru. Pasien dibawa
oleh orang tuanya, pasien menggunakan baju kerudung warna biru saat datang ke IGD
RSJ dr. Radjidman wediodiningrat .
Roman wajah pasien sesuai usia. Tidak berbau, dan ketika diajak komunikasi
pasien berbicara terus-menerus, pasien juga saat dianamnesa jalan jalan ke tempat pasien
lainnya dan dan sesekali menggoda sekuriti yang kebetulan da disana, pasien juga sekali-
keli cekikan pada saat pada saat diajak bicara.
Berikut ini adalah dialog antara pemeriksa (DM) dan pasien (P) :
Pasien : mau kenalan beneran apa bohong-bohongan. Kalau mau kenalan beneran nanti
aku kasih tahu namaku tapi kalau Cuma bohongan nanti tidak aku tidak kasih tahu
namaku
Pasien : ST. MH itu gelarku, ST itu sarjana teknik dan MH itu magister. Saya
mendapatkan gelar ST MH dari univ gadja mada
Pasien : umur saya sekarang 26 tahun, saya lahir diblitar tanggal 6 mei 1992. jadi umur
saya benarkan sekarang 26 tahun
Pasien : agama saya islam, makanya saya pakai kerudung seperti ini
Pasien : suami saya ada dijakarta, dia kerja disana dan membawa anak saya padahal saya
sangat ingin bertemu dengan suami dan anak saya
Pasien : saya bisa jadi presiden, dokter, jenderal, pokoknya apa saja yang saya mau,
sekarang hormat kesaya !
Pasien : kan sekarang saya jadi presiden jadi hormat kepada saya, begini caranya hormat
( sambil berdiri dan hormat )
Pasien : sekarang presidennya bapak jokowi tapi sebentar lagimau saya gantikan
Pasien : rumah saya ada didesa deyeng kecamatan ringen rejo, kediri indonesia, ASEAN,
ASIA, dunia
Pasien : saya diantar kesini oleh ibu sya dan tetangga saya
Pasien : saya depresi karena saya mau bertemu suami saya dan anak saya yang dijakarta,
seperti sebelum kami cerai
Pasien : karena saya dianggap tidak mampu mengurus anak jika anak saya ikut dengan
saya, padahal saya bisa mengurus anak saya sendiri tanpa bantuan siapa pun
Pasien : kan saya sudah bilanhgsaya bisa jadi presiden jadi apapun yang saya mau pasti
bisa saya dapatkan
Pasien : tau lah, ini di rsj dialawang, tempat orang-orang yang sakit jiwa
Pasien : Saya tadi siang anik mobil dibawa sama ibu saya dan tetangga saya, yang
bernama ibu afifah yang sangat cantik (sambil menunjuk ibu afifah)
DM : ibu pernah mendengar suara bisikan atau melihat seusatu yang aneh ?
Pasien : saya tidak pernah mendengar atau melihat sesuatu yang aneh. Emangnya kamu
anggap saya orang gila? (sambil tertawa cekikan), saya sehat, kalau dengar orang bisikan
ditelinga saya sih pernah saya juga sering mendengar di kepala saya suara-suara
tetapimitu suara saya sendiri
Pasien : saya kalau dirumah mandi minimal 3 kali sehari, pagi dan sore
DM : baik bu, untuk sementara saya rasa cukup terimakasih atas waktunya
c. Heteroanamnesis
KU : Cukup
3.5.Status Psikiatri
Kesan Umum : Pasien laki-laki berpakaian cukup rapi, tidak berbau, roman wajah sesuai
usia, kooperatif.
Afek/mood : labil
Psikomotor : Meningkat
3.6. Resume
Pasien perempuan dewasa datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit jiwa dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan keaadan berbicaraterus meneru. Pasien dibawa oleh
orang tuanya, pasien menggunakan baju kerudung warna biru saat datang ke IGD RSJ dr.
Radjidman wediodiningrat . Roman wajah pasien sesuai usia. Tidak berbau, dan ketika diajak
komunikasi pasien berbicara terus-menerus, pasien juga saat dianamnesa jalan jalan ke tempat
pasien lainnya dan dan sesekali menggoda sekuriti yang kebetulan da disana, pasien juga sekali-
keli cekikan pada saat pada saat diajak bicara.
Pasien mengatakan dibawa kesini karena depresi. Pasien juga mengatakan bisa menjadi
apa saja, contohnya pasien menjadi presiden tanpa harus dipilih oleh masyrakat, pasien
mrengatakan depresi karena karena pasien ingin bertemu mantan suami dan anaknya yang ada
dijakarta.
Pasien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara bisikan atau bayangan yang tidak
bisa dilihat oleh orang lain, tetapi pasien mengaku mendengar suara, sendiri didalam kepalanya.
Dari Heteroanamnesis yang didapatkan dari keluarga pasien bahwa pasien dirumah sering
marah-marah tanpa sebab sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, selain itu pasien juga sering
keluyuran, berjoget sendiri, merusak barang-barang, bahkan mengambil barang milik orang lain.
Pasien belum pernah sakit seperti ini, akan tetapi paman dan keponakannya ada yang
sakit seperti ini. ,menurut keluarga pasien juga, pasien merupakan pribadi yang tertutup.
Kesan umum pasien cukup rapi, tidak berbau, roman wajah sesuai usia. Kontak pasien
verbal dan non verbalnya baik. Daya ingat masih baik, halusinasi tidak ada, dari proses
berfikirnya bentuk nonrealistik, arus loghore, isi nya waham kebesaran. Kemauan ADL normal,
sosial normal, pekerjaan normal, psikomotor meningkat
3.9. Prognosis
Pada penilaian kriteria dari masing masing kriteria, menunjukkan lebih dominan
memenuhi kriteria buruk sehingga dapat disimpulkan prognosa pada pasien ini “Dubia ad
malam”.
BAB IV
PEMBAHASAN
Terapi farmakologi masih merupakan pilihan utama pada skizofrenia. Pilihan terapi pada
skizofrenia dipilih berdasarkan target gejala pada pasien skizofrenia.Tujuan pengobatan adalah
untuk mencegah bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala
psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif simptom, serta gejala afek.
KESIMPULAN
Pada skizofrenia hebefrenik mungkin dibutuhkan terapi kombinasi agar terapi dapat lebih
maksimal. Pasien dengan skizofrenia hebefrenik selain membutuhkan terapi farmakologi juga
perlu psikoterapi dan psikoedukasi agar pasien mendapat dukungan oleh keluarga serta
mengurangi frekuensi gejala psikotiknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fiona K. Pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup penderita skizofrenia. Jurnal Psikologi
Kepribadian dan SosialUniversitas Airlangga. 2013; 2(3):106-13.
2. Sie M. Schizophrenia clinical features and diagnosis. Clin Pharm. 2011; 3(1):41-4.