Anda di halaman 1dari 3

 15Jul

0 Comments

 14Sep
0 Comments

Burn Out di Tempat Kerja


Oleh: Elvia Wisudaningrum.
Pernahkah Anda merasa setiap bangun pagi merasa lelah? Sulit tidur? Tidak antusias saat bekerja? Selalu
terpikir pekerjaan meski bukan saatnya bekerja?. Apabila Anda menjawab ya untuk tiga pertanyaan saja, Anda
harus mulai waspada, karena hal itu menandakan Anda mulai terserang burn out di tempat kerja. Burn out
adalah kondisi karyawan yang disebabkan oleh stres kerja yang berkepanjangan sehingga karyawan tersebut
merasa lelah serta kehilangan minat untuk melakukan berbagai aktivitas yang mengakibatkan penurunan
kinerja mereka.
Burn out dapat terjadi pada bidang pekerjaan apapun, dan apabila bidang pekerjaannya terkait dengan
pelayanan profesional maka peluang terjadinya akan lebih besar lagi. Munculnya kondisi ini, juga dipengaruhi
oleh karakter individu dan juga lingkungan kerjanya. Individu dengan ambang stres yang rendah ditambah
lagi lingkungan kerja yang penuh tekanan, memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi burn out. Oleh sebab
itu, saat ini organisasi dipandang ikut bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif
sehingga karyawan terhindar dari resiko kesehatan mental yang buruk di tempat kerja.
Dr. David Ballard, Psy., yang merupakan Ketua dari The American Psychological Association’s Psychologically
Healthy Workplace Program, menyatakan bahwa ada sepuluh tanda yang menunjukkan seorang karyawan
mengalami burn out. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut :

o Kelelahan, yang dirasakan di berbagai aspek, baik emosi, mental dan fisik merupakan tanda yang jelas
munculnya burn out. Hal ini akan menyebabkan Anda selalu merasa kehilangan energi untuk beraktivitas.
o Menurunnya motivasi kerja. Anda merasa tidak antusias saat bekerja dan juga merasa kesulitan
menggerakkan diri untuk melakukan pekerjaan.
o Frustrasi, sinis, dan berbagai emosi negatif lainnya. Anda mungkin akan merasa bahwa apa yang Anda
kerjakan tidaklah penting, merasa tidak berdaya, dan emosi negatif lainnya. Hal ini perlu diwaspadai apabila
Anda menemukan emosi negatif tersebut muncul di luar kebiasaan.
o Mengalami permasalahan kognitif. Pada saat stres, perhatian kita akan fokus pada hal-hal yang dianggap
mengancam, sehingga kita dapat efektif dalam mengahadapi masalah tersebut. Namun, apabila stres terjadi
terus menerus, maka perhatian kita akan terbatas hanya kepada hal yang menyebabkan kita stres sehingga
sulit untuk berkonsentrasi ke hal lainnya
o Menurunnya kinerja. Apabila Anda masih ragu, apakah mengalami burn out atau tidak, coba bandingkan
kinerja Anda sekarang dengan kinerja di tahun-tahun sebelumnya. Penurunan kinerja yang berlangsung
selama beberapa periode dapat dijadikan pertanda adanya burn out.
o Bermasalah dengan orang lain baik di rumah maupun di kantor. Terdapat dua kemungkinan, pertama,
Anda akan banyak berkonflik dengan orang lain. Kedua, Anda menarik diri, pendiam, malas berbincang
dengan orang lain. Bisa jadi, secara fisik Anda ada, namun pikiran Anda melayang entah ke mana.
o Melakukan hal-hal yang merusak diri sendiri. Pelarian ke hal-hal seperti merokok, makan lebih banyak
junk food atau malah tidak makan sama sekali, tidak bisa tidur sehingga harus menelan obat tidur, bahkan
meminum lebih banyak kopi di pagi hari demi untuk memaksa diri Anda untuk bekerja.
o Selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan meski tidak sedang bekerja. Situasi seperti ini akan
menguras energi, karena pikiran Anda selalu ke pekerjaan sehingga membuat hidup Anda terokupasi oleh
pekerjaan.
o Menurunnya kepuasan kerja. Hal ini mengarah pada kondisi tidak merasa happy dan puas dengan karir
dan kehidupan pribadi Anda. Anda cenderung merasa jenuh, bahkan terhadap kegiatan sosial.
o Bermasalah di kesehatan. Apabila berlangsung lama, kondisi burn out dapat menjadi hal serius yang akan
berpengaruh pada kesehatan, seperti masalah pencernaan, penyakit jantung, depresi, dan juga obesitas.

Proses burn out berlangsung perlahan, bahkan menurut Mental Health Works, prosesnya terjadi secara
bertahap selama dua tahun sebelum mencapai puncaknya. Diawali dengan perasaan antusias terhadap
pekerjaan baru, lalu stagnasi karena Anda mulai melihat banyak harapan yang tidak terpenuhi sehingga merasa
frustrasi, merasa tidak berdaya, kecewa, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut menumbuhkan apatisme,
yang membuat motivasi dan kepercayaan diri hilang, hingga pada puncaknya, Anda merasa putus asa dan
meyakini bahwa masa depan Anda menjadi suram dan mengisolasi diri secara sosial, bertindak negatif atau
menunjukkan tanda depresi.
Kondisi burn out yang seperti itu, otomatis akan mempengaruhi kinerja dan pada akhirnya menurunkan
produktivitas perusahaan. Tentunya, bukan ini yang diharapkan oleh semua pihak. Lalu, apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah dan mengatasi burn out di pekerjaan? Sebelum mengambil langkah penanganan,
sebaiknya perlu diketahui bahwa setiap tempat kerja adalah unik, sehingga tidak ada resep sapujagad yang
dapat mengatasi seluruh kasus burn out di tempat kerja. Penanganan akan efektif apabila penyebab burn out
diidentifikasi terlebih dahulu dan dikontekskan dengan organisasi yang bersangkutan.
Penanganan burn out sebenarnya dapat dilakukan oleh individu dan organisasi secara terstruktur, massive dan
sistematis, sehingga karyawan yang mengalami burn out tidak perlu merasa sendiri dalam mengatasinya. The
Workplace Mental Health Promotion mengemukakan, intervensi terhadap burn out di tempat kerja dapat
menggunakan tiga pendekatan:
Person – directed interventions
Pendekatan ini menargetkan karyawan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bertahan
menghadapi stres di tempat kerja. Cara yang diajarkan dapat berupa manajemen stres, relaksasi dan meditasi,
kemampuan berkomunikasi secara asertif, pengelolaan waktu dan juga melakukan terapi secara psikologis.
Apabila Anda merasa mengalami tanda-tanda burn out, Dr. Ballard menyarankan ada baiknya Anda mengambil
waktu untuk menikmati relaksasi, mengembangkan kehidupan sosial di luar pekerjaan, kalau perlu, matikan
alat komunikasi dan mengeceknya secara berkala saja. Anda juga sebaiknya memiliki waktu tidur yang cukup,
merencanakan jadwal dengan menggunakan prioritas untuk memilah kegiatan yang akan dilakukan. Terakhir,
Anda dapat meminta bantuan profesional, seperti psikolog, untuk memperoleh dukungan selain dari keluarga
dan teman.
Organization – directed interventions
Organisasi dapat berkontribusi mengatasi burn out dengan mengupayakan situasi kerja yang kondusif bagi
karyawan. Pendekatan ini biasanya memiliki efek yang lebih lama dibanding person – directed interventions,
yang dilakukan sendiri-sendiri. Upaya mengurangi burn out dalam lingkup organisasi dapat dilakukan dengan,
pertama, mengendalikan jadwal kerja, beban kerja, dan proses kerja yang berlebihan. Kedua, melakukan
komunikasi secara terbuka, meningkatkan kolaborasi dan kepercayan diri karyawan. Ketiga, memberikan
pelatihan yang meningkatkan kompetensi karyawan dan memberikan kesempatan untuk pengembangan diri.
Keempat, meningkatkan dukungan dari tim kerja, mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi, dan menyelaraskan tata nilai karyawan dengan organisasi. Dan yang terakhir, memberikan
penghargaan yang sepadan atas kontribusi yang telah diberikan karyawan.
Comprehensive Approach
Mengkombinasikan kedua pendekatan baik dari individu maupun dari organisasi, dipandang sebagai cara
terbaik untuk mengatasi burn out, karena melihat permasalahan dari seluruh sudut pandang. Penanganan
secara komprehensif jelas lebih efektif bila dibandingkan dengan mengatasi masalah hanya dari satu sisi saja.
Efektivitas dari beragam pendekatan tersebut, sebenarnya ditentukan oleh ketajaman dalam mengidentifikasi
stresor yang ada di organisasi. Perlu disadari juga bahwa budaya kerja organisasi turut berpengaruh. Sedikit
modifikasi pada budaya organisasi, tidak saja dapat mengatasi gejalanya pada karyawan saat ini, namun juga
mampu mengurangi resiko karyawan terkena burn out di masa depan. Kolaborasi yang baik antara karyawan
dan organisasi seharusnya dapat menjadi senjata ampuh. Nah, Anda tidak perlu walk out apabila menghadapi
burn out, bukan?

Anda mungkin juga menyukai