Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN RETINOBLASTOMA

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1.1 Anatomi Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran dari pada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca
dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang
letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik
kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang
merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola
mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,
yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri retina
sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.
Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di
segmen posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi
memberikan informasi visual ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks
visual. Retina berkembang dari cawan optikus eksterna yang mengalami
invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin.
Bola mata orang dewasa memiliki diameter sekitar 22 mm - 24,2 mm
(diameter dari depan ke belakang). Bola mata anak ketika lahir berdiameter
16,5 mm kemudian mencapai pertumbuhannya secara maksimal sampai umur
7-8 tahun. Dari ukuran tersebut, retina menempati dua pertiga sampai tiga
perempat bagian posterior dalam bola mata. Total area retina 1.100 mm2.
Retina melapisi bagian posterior mata, dengan pengecualian bagian nervus
optikus, dan memanjang secara sirkumferensial anterior 360 derajat pada ora
serrate. Tebal retina rata-rata 250 μm, paling tebal pada area makula dengan
ketebalan 400 μm, menipis pada fovea dengan ukuran 150 μm, dan lebih tipis
lagi pada ora serrata dengan ketebalan 80 μm (Vaughan & Asburry’s general
ophthalmology, 2015).
Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama
dari arteri karotis interna kanan dan kiri) dan arteri siliaris (berjalan bersama
nervus optikus). Arteri siliaris memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan
tengah, termasuk lapisan pleksiform luar, lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar,
dan lapisan epitel pigmen.

Gambar 1 . Anatomi Retina

Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini


tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut
(cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron :
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia
yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran
pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di
lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan
terdiri atas lapisan :
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
4. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler
koroid.
5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat
sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia
dan iskemia dan merah pada hyperemia. Untuk melihat fungsi retina maka
dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam penglihatan,
penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah
Elektroretino-gram (ERG), Elektro-okulogram (EOG), Visual Evoked Respons
(VER).
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang
dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung
lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.
 Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region
fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling
tajam) dan penglihatan warna.
 Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau
cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut
rhodopsin.
Gambar 2. Anatomi Retina

1.2 Fisiologi Retina


Retina adalah bagian mata yang paling kompleks dan paling sensitif
terhadap cahaya. Retina memiliki lapisan fotoreseptor berisi sel batang dan
kerucut yang memiliki peran dalam menangkap stimulus cahaya lalu
mentransmisikan impuls melalui nervus optikus ke korteks visual bagian
oksipital (Vaughan & Asburry’s general ophthalmology, 2007). Fotoreseptor
tersusun rapi pada bagian terluar avaskuler retina dan banyak terjadi perubahan
biokimia untuk proses melihat. Komposisi sel kerucut lebih banyak pada
bagian makula (fovea) dan sedikit pada bagian perifer, sedangkan sel batang
densitasnya tinggi pada bagian perifer dan sedikit pada bagian makula (fovea).
Sel kerucut berfungsi untuk melihat warna dan saat siang hari sehingga fovea
bertanggung jawab pada penglihatan warna dan cahaya banyak. Sel batang,
mengandung pigmen fotosensitif rhodopsin, berfungsi untuk melihat warna
hitam putih dan saat malam hari sehingga bagian perifer bertanggung jawab
untuk penglihatan gelap pada malam hari (Dahl, A., 2013).
Retina juga memiliki lapisan neural yang terdiri dari sel bipolar, sel
ganglion, sel horizontal, dan sel amakrin. Sel bipolar tersebar di retina dan
bertugas menghubungkan sel fotoreseptor (postsinaps sel batang dan kerucut)
dan sel ganglion. Sel ganglion memberikan akson yang akan bergabung dengan
serabut nervus optikus ke otak. Sel horizontal terletak pada lapisan pleksiform
luar dan berfungsi sebagai interkoneksi sel bipolar dengan sel bipolar lainnya.
Sel amakrin terletak pada lapisan pleksiform dalam dan berfungsi sebagai
penghubung sel bipolar dengan sel ganglion (Dahl, A., 2013).
Selain itu, retina juga memiliki sel glia atau sel pendukung yang terdiri
dari sel Muller, astrosit, dan sel mikroglia. Sel Muller terletak pada lapisan inti
dalam dan memberikan ketebalan ireguler yang memanjang sampai ke lapisan
pleksiform luar. Sel astrosit tertutup rapat pada lapisan serabut saraf retina. Sel
mikroglia berasal dari lapisan mesodermal dan bukan merupakan sel neuroglia
(Sherwood, L., 2010).

II. KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1 Definisi
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang
tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Retinoblastoma (RB) adalah suatu penyakit keganasan pada lapisan retina
mata, yaitu bagian mata yang paling peka terhadap cahaya. Penyakit RB dapat
menyerang segala usia, tetapi umumnya menyerang anak dengan usia di bawah 3
tahun (Radhakrishnan, V., dkk., AAO 2012).
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang paling
sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang secara
biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma (Skuta et al. 2011)
(Yanoff M, 2009)
2.2 Etiologi
1. Secara pasti belum diketahui
2. Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom
3. Mutasi sel germinal yang bersifat dominan autosom, dapat juga terjadi
mutasi sporadik. Bisa juga terjadi mutasi sel somatis atau autosomal resesif
dan kejadian ini biasanya unilateral. Penanda genetik yang bisa dipakai
antara lain enzim esterase-D, LDH (laktat dehidrogenase). LDH ini
ditemukan dalam humor aqueus karena nekrosis dari sel-sel tumor.
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker apapun, misalnya : ca cervix/
mammae, ca paru. Sifat sel tumor pleotropik, jadi punya kecenderungan
untuk mutasi kebentuk apapun
2.3 Manisfestasi Klinis
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya
warna iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam
bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga
badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan
pembuluh darah di atasnya.
9. Stabismus
10. Hyphedema
11. Muntah, anorexia dan berat badan menurun

2.4 Patofisiologi
Retinoblastoma terjadi karena adanya mutasi pada gen RB1 yyang terletak
pada kromosom 13q14 (kromosom nomor 13 sequence ke 14) baik terjadi karena
faktor hereditas maupun karena faktor lingkungan seperti virus, zat kimia, dan
radiasi. Gen RB1 ini merupakan gen suppressor tumor, bersifat alel dominan
protektif, dan merupakan pengkode protein RB1 (P-RB) yang merupakan protein
yang berperan dalam regulasi suatu pertumbuhan sel (Anwar, 2010:1). Apabila
terjadi mutasi seperti kesalahan transkripsi, tranlokasi, maupun delesi informasi
genetic, maka gen RB1 (P-RB) menjadi inactive sehingga protein RB1 (P-RB)
juga inactive atau tidak diproduksi sehingga memicu pertumbuahan sel kanker
(Tomlinson, 2006:62). Retinoblastoma biasa terjadi di bagian posterior retina.
Dalam perkembangannya massa tumor dapat tumbuh baik secara internal dengan
memenuhi vitrous body (endofitik). Maupun bisa tumbuh kearah luar menembus
koroid, saraf optikus, dan sclera (eksofitik).
Pathway

Faktor lingkungan (virus,


Faktor keturunan
zat kimia, radiasi)

Mutasi gen RB1 di kromosom 13q14

Gen RB1 inaktif

Protein RB1 (P-RB) tidak di produksi

Pertumbuhan sel daerah retina tidak terkontrol

RETINOBLASTOMA

Gangguan penerimaan sensori Tumor membesar


pada lapisan fotoreseptor

Eksoftalmus
Ketajaman Penglihatan menurun (penonjolan) pada mata

Gangguan Strabismus, TIO


persepsi sensori meningkat, pupil Perubahan TIO
(penglihatan) berwarna putih penampilan meningkat

Malu Nyeri
Keterbatasan
lapang pandang
Gangguan Citra
tubuh
Resiko cedera Gangguan aktivitas

Pembatasan aktivitas

Fungsi motorik terganggu

Kurang percaya diri

Resiko keterlambatan perkembangan


Faktor lingkungan (virus,
Faktor keturunan
zat kimia, radiasi)

Mutasi gen RB1 di kromosom 13q14

Gen RB1 inaktif

Protein RB1 (P-RB) tidak di produksi

Pertumbuhan sel daerah retina tidak terkontrol

RETINOBLASTOMA

Metastase lewat aliran Kurang terpaparnya


darah ke otak informasi tentang penyakit
yang diderita

Mengeluh sakit
kepala Kurang pengetahuan

Ansietas/cemas
Nyeri
2.5 Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
1. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain,
melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma dan
berbagai jenis tumor otak
2. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan dapat
terlihat.
3. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi hipoplasia
pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan dosis radiasi.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis
retinoblastoma adalah :
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai
pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
klasifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
rasio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intraokuler (Normal rasio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2.7 Collaborative Care Management
1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada intraokuler
ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan memotong saraf optik
sepanjang mungkin dan diganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Eksentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan
orbita ialah dgn mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa–sisa sel
tumor
4. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga
terapi ini sangat efektip. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat
penyinaran.
5. Photocoagulation : terapi dengan sinar laser ini sangat efektip pada ukuran
kanker yang kecil
6. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik
7. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.
Yang perlu diperhatikan, cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker & lokasi kanker
2. Apakah sudah menjalar atau belum
3. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
4. Adanya komplikasi
5. Riwayat keluarga
6. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
RETINOBLASTOMA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Keperawatan
1. Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan
sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang
dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan
dini.
2. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan
3. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
4. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar
5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan
oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa
diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
6. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala
penyakit yang dikeluhkan penderita.
7. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk,
dapat pula memperburuk keadaan klien
8. Usia Penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia
tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia di bawah 5 tahun
9. Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien : cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering
bertanya.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik : Data Fokus
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang
dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
1. Pemeriksaan fisik umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum
yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
2. Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada
retinoblastoma didapatkan :
- Leukokoria yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
- Hipopion yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
- Hifema yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
- Uveitis
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita
retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan
3.2.1 Definisi
Gangguan persepsi sensori adalah perubahan pada jumlah atau pola
stimulus yang diterima, yang disertai respons terhadap stimulus tersebut
yang dihilangkan, dilebihkan, disimpangkan atau dirusakkan
3.2.2 Batasan Karakteristik
- Perubahan pola prilaku
- Perubahan kemampuan penyelesaian masalah
- Perubahan ketajaman sensori
- Perubahan respons yang biasanya terhadap stimulus
- Disorientasi
- Hambatan aktivitas
- Iritabilitas
- Konsentrasi buruk
- Gelisah
3.2.3 Faktor Yang Berhubungan
- Perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori
- Ketidakseimbangan biokimia
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Stimulus lingkungan yang berlebihan
- Ketidakcukupan stimulus lingkungan
- Stres psikologis

Diagnosa 2 Resiko cedera


3.2.4 Definisi
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang
dapat mengganggu kesehatan.
3.2.5 Batasan Karakteristik
Faktor Resiko :
Eksternal
- Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan fungsi psikomotor
- Hambatan fisik (mis; desain, struktur)
Internal
- Disfungsi imun
- Disfungsi integrasi sensori
- Gangguan orientasi afektif
- Gangguan sensori
Diagnosa 3 Nyeri kronis b/d Peningkatan tekanan Intraokuler
3.2.6 DefinisI
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Association For The Study Of Pain) ; awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat,
terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan
3.2.7 Batasan Karakteristik
- Anoreksia
- Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (mis ; neonatal infant
pain scale)
- Ekspresi wajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
- Fokus pada diri sendiri
- Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis;
skala Wong Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian
numerik)
- Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis; McGill Pain Questionnaire, Brief Pain
Inventory)
- Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis; anggota
keluarga, pemberi asuhan)
- Perubahan pola tidur
3.2.8 Faktor Yang Berhubungan
- Gangguan iskemik
- Gangguan metabolik
- Gangguan pola tidur
- Infiltrasi tumor
- Kerusakan sistem saraf
- Kompresi otot
- Pasca trauma karena gangguan (mis; infeksi, inflamasi)
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 Ganguan persepsi sensori (penglihatan)
3.3.1 Tujuan Dan Kriteria Hasil (Outcome Criteria) : berdasarkan NOC
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
3.3.2 Intervensi Keperawatan Dan Rasional : berdasarkan NIC
- Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua
mata terlibat. Observasi tanda-tanda disorientasi.
Rasional : Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata,
dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Rasional : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
Rasional : Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima
dengan jelas.

Diagnosa 2 Resiko cedera


3.3.3 Tujuan Dan Kriteria Hasil (Outcome Criteria) : berdasarkan NOC
Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
3.3.4 Intervensi Keperawatan Dan Rasional : berdasarkan NIC
NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
- Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
- Memasang side rail tempat tidur
- Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
- Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
- Membatasi pengunjung
- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
- Mengontrol lingkungan dari kebisingan
- Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
Diagnosa 3 Nyeri kronis
3.3.5 Tujuan Dan Kriteria Hasil (Outcome Criteria ) : berdasarkan NOC
Indikator :
- Level kenyamanan
- Kontrol nyeri
- Level nyeri
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama .....pasien tidak
mengalami nyeri dengan kriteria hasil
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Tanda vital dalam rentang normal
- Tidak mengalami gangguan tidur
3.3.6 Intervensi Keperawatan Dan Rasional : berdasarkan NIC
- Pain Manajemen
Rasional : pengurangan rasa nyeri serta peningkatan kenyamanan
yang bisa diterima oleh pasien
- Kaji ketidaknyamanan klien dan metode untuk mengatasinya
Rasional : data dasar untuk merencanakan keperawatan
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Rasional : data dasar merencanakan keperawatan
- Berikan balutan pada mata
Rasional : mengurangi pergerakan mata dan membantu mengurangi
nyeri yang diakibatkannya
- Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
Rasional : Agar dapat mengurangi nyeri dan sebagai upaya distraksi
terhadap nyeri yang dilakukan
- Kelola anti analgetik
Rasional : menggunakan agen pharmakologik untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
- Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
Rasional : suoaya klien dapat mengatasi nyerinya dan mengurangi
intensitas nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S., 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Mansjoer, A., et. al. 2008, Kapita Selekta Kedokteran.Media Aekulapius. FK-
UI, Jakarta.

NANDA. 2013. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017.


ECG
Radhakrishnan, V., dkk., 2012. Outcome, Pathologic Findings, and
Compliance in Orbital Retinoblastoma (International Retinoblastoma
Staging System Stage III) Treated with Neoadjuvant Chemotherapy.
American Academy of Ophtalmology, 119(7): 1470-1477

Skuta, G., Cantor, L., Weiss, J. 2011. American Academy of Opthalmology.


2011 – 2012. Pediatric Opthalmology and Strabissmus in Basic and
Clinical Science course. Section 6 : 331- 354

Suharjo & Hartono, 2009, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Penyakit Mata,
Fakultas Kedokteran UGM

Yanoff M, Fine BS. Chapter 18 Retinoblastoma and Pseudoglioma:


Retinoblastoma. Ocular Pathology ; 686-98

Anda mungkin juga menyukai