Cebakan mineral (bahan tambang) merupakan salah satu kekayaan alam yang mempengaruhi perekonomian nasional. Oleh karena itu, upaya untuk mengetahui kuantitas dan kualitas cebakan mineral hendaknya selalu diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas dan kualitas sumberdaya dan cadangan mineral. Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum terwujudnya standar pelaporan sumberdaya dan cadangan mineral. Sehingga dalam pernyataan mengenai kuantitas dan kualitas sumberdaya mineral atau cadangan sering timbul kerancuan, terlebih apabila pernyataan tersebut tidak disertai penjelasan yang rinci mengenai kriteria klasifikasi dan estimasinya. The Australasian Code for Reporting of Exploration Results, Mineral Resources and Ore Reserves (JORC Code, 2004 edition) yang menjadi acuan utama dalam perumusan standar ini mengandung prinsip-prinsip utama yang mengatur operasi dan aplikasi dari JORC Code yaitu transparency (transparansi), materiality (materialiti), dan competence (kompetensi). Transparansi mensyaratkan bahwa pembaca laporan disuguhi dengan informasi yang cukup, penyajian yang jelas dan tidak ambigu, untuk memahami laporan dan tidak menyesatkan. Materialiti mensyaratkan laporan berisi semua informasi relevan, yang diperlukan oleh pemerintah, investor dan penasihat profesionalnya secara wajar, dan sepantasnya diharapkan dijumpai dalam laporan tersebut, untuk keperluan pengambilan keputusan yang tepat dan berimbang mengenai hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan mineral yang dilaporkan. Kompetensi mensyaratkan bahwa laporan didasarkan atas pekerjaan orang-orang yang bertanggungjawab, berkualitas, dan berpengalaman sesuai dengan aturan dan kode etik profesional. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Memodelkan endapan nikel laterit 2. Merancang tambang dan menghitung cadangan nikel laterit 3. Menjadwalkan penambangan sampai batas final pit 4. Merancang timbunan dan menghitung kapasitasnya 5. Merancang teknis penambangan 1.3. Metodologi Metode ini dilakukan dengan cara mengolah data yang diperoleh dari data yang didapat sebagai sumber informasi sehingga kita dapat menarik kesimpulan. Pengolahan data perhitungan cadangan dibantu dengan memakai program Software surpac 6.5.1 dan Autocad 2009. 1.4. Deskripsi Umum Tentang Endapan Laterit Endapan bijih nikel yang terdapat di Pulau Gebe adalah termasuk dalam jenis nikel laterit yang terbentuk sebagai hasil, Residual Concentration yang merupakan konsentrasi residu melalui proses pelapukan mekanis dan kimiawi yang bekerja pada batuan ultra basa seperti peridotit yaitu batuan yang terdiri dari mineral utama seperti olivin dan piroksin yang mengandung unsur nikel dalam prosentase yang kecil (PT. Aneka Tambang UBPN, 1992). I-1 Proses pelapukan yang lebih dominan yaitu pelapukan kimiawi. Menurut Bolt, (Bolt,dalam PT. Aneka Tambang, 1992), kandungan nikel yang terdapat pada batuan periodotit adalah seperti pada tabel 1. Adapun awal terbentuknya endapan dimulai dari batuan induk (Peridotie). Tabel 1.1 Kandungan Unsur Ni Dalam Batuan Ultra Basa Sampai Asam
Sumber : PT. Aneka Tambang UBPN Operasi Gebe
Proses serpentinasi dimana akibat pengaruh larutan hidrotermal yang pada akhir pembekuan magma, telah mengubah batuan serpentin atau peridotit yang terserpentinasi. Proses yang dialami batuan tersebut sebagai awal terbentuknya suatu endapan residu bijih nikel dan batuan yang berasal dari laterit dengan derajat serpentinasi akan mempengaruhi zona. Saprolit yang relatif homogen dengan sedikit kuarsa dengan gernerit air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh material organis dipermukaan meresap kebawah sampai zona perlindihan dimana fluktuasi air berlangsung. Magnesium, silika dan juga nikel atau larut terbawah sesuai dengan pola aliran tanah, kemudian sebagian magnesium akan terendapkan misalnya magnesit yang dikenal dengan alur pelapukan (Zona Of Weathering). pada zona saprolit dijumpai rekahan-rekahan antara lain garnerit, kuarsa, chrysopros sebagai hasil pengendapan hidrosilikat dari Mg, Si, dan Ni. Unsur-unsur mineral lainnya yang tertinggal adalah besi, aluminium, mangan, kobal, crom, serta nikel zona limonit terikat sebagai mineral oksida atau hidroksida seperti hemamit, magnesium, dan mineral lainnya. Selain dari itu terdapat juga mineral relik, spinel chrom serta yang akibat termigrasinya unsur-unsur magnesium (Mg dan Si) serta karena sifatnya resisiten pelapukan relative terkayakan. Jika spinel chrom serta yang tidak berubah proses pelapukan ini dijadikan standar untuk semua unsur selama proses pelapukan ini dijadikan standar untuk melihat semua unsur-unsur selama proses pelapukan pada suatu profil laterit nikel, maka dapat dibuat suatu model keseimbangan unsur. Hasil analisa kimia menunjukkan bahwa zona tengah yang paling banyak mengandung nikel, sedangkan unsur Ca, Mg, karbonat, akan terus mengalir kebawah pada tempat yang tidak dapat mengalir lagi dan terendapkan sebagai unsur-unsur dolomit dan magnesit yang mengisi rekahan-rekahan pada batuan asal sebagai gambaran umum dari pada penampang endapan bijih nikel laterit. Metoda penambangan yang akan diusahakan untuk dilakukan dengan metode open pit mining dengan system berjenjang dengan banyak muka kerja (multi bench system). Setiap jenjang dihubungkan jalan masuk tambang dengan jalan utama tambang. Penambangan mulai dari pengupasan overburden, limonit, saprolit dan berhenti pada batuan dasar (bed rock).