Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN PENERAPAN TARIF PAJAK PROGRESIF KENDARAAN

BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka penelitian


Untuk Penyusunan Tugas Akhir pada Program Studi Diploma III Akuntansi

SRI WAHYUNI
1592132020

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
PROPOSAL PENELITIAN

A. JUDUL

TINJAUAN PENERAPAN TARIF PAJAK PROGRESIF KENDARAAN

BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

B. I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencar-

gencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial,

politik, hukum, maupun bidang pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

Untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan tersebut, setiap negara harus

memperhatikan masalah pembiayaan. Salah satu usaha yang harus ditempuh

pemerintah dalam mendapatkan pembiayaan yaitu dengan memaksimalkan

potensi pendapatan yang berasal dari Negara Indonesia sendiri, salah satunya

berasal dari pajak.

Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang 16 Tahun 2009 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak di Indonesia dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang

dikelola oleh pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pajak) dan hasilnya

1
2

dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunan

(APBN), Sedangkan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang mana

dibagi menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota, dimana 5 pajak provinsi

yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak

Rokok, dan 11 pajak kabupaten/ kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan

Logam, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB P2.

Salah satu jenis pajak provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Kendaraan

Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan

bermotor. Objek dari PKB adalah kepemilikan dan/ atau penguasaan kendaraan

bermotor kecuali kereta api, kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan

untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara , kendaraan bermotor yang

dimiliki dan/atau dikuasai keduataan, konsulat, perwakilan negara asing, dengan

asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas

pembebasan pajak dari pemerintah, kendaraan bermotor yang dioperasikan di atas

air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima gross tonnage) sampai GT 7 (tujuh gross

tonnage). Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang

memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.


3

Untuk menjalankan fungsi pemerataan pajak dalam rangka mengatasi

kesenjangan distribusi pendapatan antara orang (masyarakat) yang memiliki

penghasilan tinggi dan yang memiliki penghasilan rendah, pajak di Indonesia

mengenal tarif sebagai instrumen yang digunakan untuk menghitung besar pajak,

dalam PKB ada dua jenis tarif yang berlaku yaitu tarif pajak

proporsional/sebanding tarif persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap

besarnya nilai yang dikenai pajak dan tarif pajak progresif di mana semakin tinggi

penghasilan maka semakin tinggi pula tarif Pajak.

Dalam Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, tarif

progresif berlaku bagi wajib pajak yang memiliki dan atau penguasaan kendaraan

bermotor lebih dari satu kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan sepeda

motor 500cc ke atas. Penerapan pajak progresif ini diharapkan bisa menekan

volume kendaraan dan mengurangi angka kemacetan yang disebabkan padatnya

kendaraan bermotor pribadi. Dengan pajak ini, pemilik kendaraan pribadi

membayar pajak lebih mahal untuk pemilikan kendaraan kedua dan selanjutnya.

Kendaraan milik pribadi pertama hanya akan dikenai PKB 1,5 persen terhadap

nilai jual, untuk kendaraan kedua dan selanjutnya, tarif PKB ditetapkan 2 sampai

5 persen tergantung keputusan pemerintah provinsi.


4

Tabel 1 Data Jumlah Kendaraan Progresif dan Penerimaan Pajak Progresif

Kendaraan Bermotor Tahun 2014-2017

Tahun Jumlah Kendaraan Penerimaan Pajak Progresif

2014 273 Rp 608.126.950,00

2015 652 Rp1.673.035.120,00

2016 667 Rp2.178.872.450,00

2017 2848 Rp8.460.576.475,00

Sumber : Badan Pendapatan Daerah provinsi Sulawesi Selatan, 2018

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa semenjak diberlakukannya tarif

progresif, jumlah kendaraan yang terkena progresif dari tahun 2014 sampai

dengan 2017 mengalami peningkatan dari tahun ketahun khususnya peningkatan

di tahun 2017 mengalami peningkatan 4 kali lipat dari tahun 2016 dan

peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya penerimaan pajak progresif

kendaraan bermotor.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan menganalisis penerapan pajak

progresif di provinsi Sulawesi Selatan, oleh karena itu peneliti mengambil judul

“Tinjauan Penerapan Tarif Pajak Progresif Kendaraan Bermotor di

Provinsi Sulawesi Selatan”.


5

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah yang diangkat dalam Tugas akhir ini adalah Bagaimana Penerapan Tarif

Pajak Progresif kendaraan bermotor di Provinsi Sulawesi Selatan?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan

dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui Penerapan Tarif

Pajak Progresif Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Selatan.

4. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan kepada pemerintah terutama Badan Pendapatan

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam membuat suatu kebijakan dimasa yang

akan datang, agar dapat mencapai tujuan dari kebijakan yang optimal, khususnya

dalam meningkatkan perolehan pajak kendaraan bermotor.

b. Manfaat Teoritis

Dalam kegunaan teoritis, manfaat penelitian ini adalah:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan demi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang perpajakan.

2) Penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan atau acuan dalam

pengembangan.
6

5. Sistematika Penulisan

A. Judul : Tinjauan Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan

Bermotor di Provinsi Sulawesi Selatan.

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri atas: 1) Latar Belakang; 2)

Rumusan Masalah, 3) Tinjauan Penelitian; 4) Manfaat

hasil penelitian; 5) Sistematika penulisan.

II :TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA

PEMIKIRAN, terdiri atas: 1) Landasan Teori; 2)

Kerangka pemikiran.

III : Metode penelitian, terdiri atas : 1) Desain dan variabel

penelitian; 2) Definisi oprasional dan pengukuran

variabel; 3) Populasi dan sampel; 4) Sumber data; 5)

Teknik pengumpulan data; 6) Rancangan analisis data.


II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

1. Tinjauan Pustaka

a. Pajak

1) Definisi Pajak

Pengertian atau definisi pajak bermacam-macam, Para pakar perpajakan

mengemukakannya berbeda satu sama lain dari waktu ke waktu, meskipun

demikian pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk merumuskan

pengertian pajak sehingga mudah dipahami. Berikut definisi pajak yang

dikemukakan beberapa ahli dan Undang Undang.

Menurut Rochmat Soemitro dikutip Mardiasmo (2013:1)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang


(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Andriani dikutip Sukrisno Agoes (2013:6)

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan,

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

16
17

2) Fungsi Pajak

Jika dilihat dari definisi yang ada, terdapat dua fungsi pajak yang
dikemukakan Mardiasmo (2013:4), yaitu:

a) Fungsi anggaran (budgetair)


Pajak sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
b) Fungsi mengatur (cregulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran.

3) Tarif Pajak

Tarif pajak menurut Mardiasmo (2011:9), ada 4 yaitu sebagai berikut :

a) Tarif Sebanding/Proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap
besarnya nilai yang dikenai pajak.
b) Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c) Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
Contoh: Pajak Daerah termasuk Pajak Kendaraan Bermotor, yang dimana tarif
untuk kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif.
d) Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
18

b. Pajak Daerah

1) Pengertian Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi

wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2) Jenis dan Objek Pajak Daerah

Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a) Pajak Provinsi, terdiri dari:

(1) Pajak kendaraan bermotor

(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

(4) Pajak Air Permukaan

(5) Pajak Rokok

b) Pajak Kabupaten/ Kota

(1) Pajak Hotel

(2) Pajak Restoran

(3) Pajak Hiburan

(4) Pajak Reklame

(5) Pajak Penerangan Jalan

(6) Pajak Mineral bukan logam


19

(7) Pajak Parkir

(8) Pajak Air Tanah

(9) Pajak Sarang Burung Walet

(10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

(11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

c. Pajak Kendaraan Bermotor

Definisi Pajak Kendaraan Bermotor menurut Peraturan Daerah No 10

Tahun 2010 adalah Pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan di semua jenis jalan daerat, dan digerakkan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu

sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya

menggunakan roda motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan

bermotor yang dioperasikan di air.

1) Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek PKB adalah kepemilikan dan/ atau penguasaan kendaraan

bermotor kecuali kereta api, kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan

untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara , kendaraan bermotor yang

dimiliki dan/atau dikuasai keduataan, konsulat, perwakilan negara asing, dengan

asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas

pembebasan pajak dari pemerintah, kendaraan bermotor yang dioperasikan di atas


20

air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima gross tonnage) sampai GT 7 (tujuh gross

tonnage).

2) Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang

memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor (Pasal 4 ayat (1) UU PDRD).

Makna yang terkandung dalam pengertian memiliki dan/atau menguasai adalah

sebagai berikut:

a) Subjek pajak memiliki kendaraan bermotor

b) Subjek pajak memiliki dan menguasai kendaraan bermotor;atau

c) Subjek pajak hanya menguasai dan tidak memiliki kendaraan bermotor.

3) Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang

memiliki kendaraan bermotor. Dalam hal wajib pajak Badan, kewajiban

perpajakannya dimiliki oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

4) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif PKB ditetapkan sebagai berikut :

a) Kendaraan bermotor pribadi

(1) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1.5%

(2) Kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara

progresif untuk kendaraan pribadi sebagai berikut :

(a) Kepemilikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2,5%

(b) Kepemilikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 3,5%


21

(c) Kepemilikan kendaraan bermotor keempat sebesar 4,5%

(d) Kepemilikan kendaraan bermotor kelima dan seterusnya sebesar 5,5%

(3) Kendaraan bemotor angkutan umum sebesar 1%

(4) Kendaraan bermotor milik badan sosial/keagamaan,

Pemerintah/TNI/POLRI, ambulance dan pemadam kebakaran sebesar

0,5%

(5) Alat-alat berat dan alat-alat besar 0,2%

5) Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2

(dua) unsur pokok, yaitu:

a) Nilai Jual Kendaraan Bermotor (harga pasaran umum); dan

b) Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau

pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor yang

dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu)

(“Bobot”).

Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan umum,

termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan

Pajak Kendaraan Bermotor adalah hanya Nilai Jual Kendaraan Bermotor

c. Pajak Progresif

1) Pengertian Pajak Progresif

Berdasarkan Peraturan Gubernur Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak

Progresif, Pajak progresif memiliki pengertian yaitu pajak atas kepemilikan dana
22

atau penguasaan kendaraan bermotor lebih dari satu kendaraan bermotor roda

empat atau lebih dan sepeda motor 500cc ke atas.

2) Ketentuan Pemungutan

Ketentuan pemungutan pajak progresif berdasarkan Peraturan Gubernur

Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011 Tentang Tata cara Pemungutan Pajak

Progresif adalah :

a) Setiap orang pribadi yang memiliki kendaraan bermotor pribadi roda 2 (dua),

atau roda 3 (tiga) untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dikenakan tarif secara

progresif.

b) Jenis kendaraan bermotor pribadi roda 4 (empat) atau lebih meliputi kendaraan

penumpang pribadi jenis sedan, jeep, double cabin, minibus dan microbus.

c) Pengenaan tarif pajak progresif dikenakan terhadap kepemilikan kendaraan

bermotor kedua dan seterusnya berdasarkan nama dan alamat yang sama, atau

nomor pokok wajib pajak daerah (NPWPD) yang sama.

3) Tata Cara Perhitungan Pajak Progresif

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun

2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Progresif yaitu :

a) Tata cara perhitungan PKB Pajak Progresif untuk kendaraan bermotor pribadi

diuraikan sebagai berikut :

(1) Kepemilikan kedua sebesar 2,5% x dasar pengenaan PKB;

(2) Kepemilikan ketiga sebesar 3,5% x dasar pengenaan PKB;

(3) Kepemilikan keempat sebesar 4,5% x dasar pengenaan PKB;

(4) Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 5,5% x dasar pengenaan PKB.
23

b) Tarif Pajak Progresif hanya berlaku untuk :

(1) Kendaraan bermotor pribadi atas nama pribadi;

(2) Kendaraan roda 4 (empat) keatas;

(3) Kendaraan roda 2 (dua) dengan kapasitas 500cc ke atas.

2. Kerangka Pikir

Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar Pengenaan
Objek PKB Tarif PKB
Pajak PKB

Pajak Progresif

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah mengatur bahwa pajak progresif dikenakan terhadap

kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang

sama. Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi

kendaraan roda kurang dari 4 (empat) dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih.
24

Sebagai contoh, orang pribadi yang memiliki 1 (satu) kendaraan bermotor roda 2

(dua), 1 (satu) kendaraan bermotor roda 3 (tiga) dan 1 (satu) kendaraan bermotor

roda 4 (empat), masing-masing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama

sehingga tidak dikenakan pajak progresif.

III. METODE PENELITIAN

1. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai

dengan Desember 2018. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah Badan

Pendapatan Daerah (Bapenda), yang beralamat di jl. A. P. Pettarani No.1,

Mannuruki, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221.

2. Variabel dan Desain Penelitian

a) Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah penerapan Tarif Pajak Progresif

Kendaraan Bermotor di provinsi Sulawesi Selatan

b) Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Pelaksanaan penilitian dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Selatan yang merupakan objek penelitian ini guna memperoleh data

yang dibutuhkan berupa data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk

kata-kata atau bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data yang diperoleh dari

penelitian ini yaitu data primer dan data skunder.


25

Teknik Pengumpulan
Data
Pajak Kendaraan 1. Observasi
Bermotor 2. Wawancara
3.Dokumentasi

Dasar
Objek Pengenaan Tarif Progresif
Pajak

Deskriptif Kualitatif

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2 Skema Metode Penelitian

3. Definisi Operasional

Berdasarkan Peraturan Gubernur Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak

Progresif, Pajak progresif memiliki pengertian yaitu pajak atas kepemilikan dan

atau penguasaan kendaraan bermotor lebih dari satu kendaraan bermotor roda

empat atau lebih dan sepeda motor 500cc ke atas.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah pemungutan pajak kendaraan bermotor

di provinsi Sulawesi selatan. Sampel dari penelitian ini adalah pemungutan pajak

kendaraan bermotor dengan tarif progresif di provinsi Sulawesi Selatan.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu :

a) Data kualitatif
26

Dalam penelitian ini, data kualitatifnya berupa dokumentasi dan wawancara

terhadap objek penelitian.

b) Data kuantitatif

Dalam penelitian ini, data kuantitatifnya berupa data jumlah kendaraan dan

penerimaan pajak progresif kendaraan bermotor.

Dalam penelitian, peneliti juga menggunakan dua sumber data, yaitu

sebagai berikut :

a) Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan staf Badan

Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

b) Data sekunder

Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data olahan yang diperoleh dari

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu berupa data jumlah

kendaraan dan penerimaan pajak progresif kendaraan bermotor.

6. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendeskripsikan masalah yang di sajikan dalam penelitian ini,

maka di perlukan data serta berbagai informasi :

a) Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data dengan membaca literatur-literatur yang

berhubungan dengan masalah yang di ambil, baik berupa buku, Undang Undang

perpajakan, peraturan pemerintah, peraturan daerah, tulisan ilmiah World Wide

Web (www) dan sebagainya. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan

di maksudkan untuk mengungkapkan buah pikiran yang akan membuat penelitian


27

lebih kritis dan analitis dalam mengerjakan penelitian (Nazir, 1988). Selain itu

studi kepustakaan di gunakan untuk menentukan arah dan tujuan penelitian, serta

mencari konsep yang sesuai dengan permasalahan tugas akhir ini.

b) Penelitian Lapangan

Untuk memperoleh data, maka peneliti mengadakan penelitian ke kantor

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dengan melakukan hal-hal

sebagai berikut:

(1) Wawancara (Interview)

Teknik wawancara kepada pihak-pihak seperti Kepala KASI Pajak Kantor

Badan Pendapatan Daerah Provinis Sulawesi Selatan.

(2) Dokumentasi

Merupakan suatu pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi

dari kantor Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

7. Rancangan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, tentang Penerapan Tarif Pajak Progresif

Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Selatan.


28

DAFTAR PUSTAKA

Hamdi, Asep Saepul dan Bahruddin. 2014,Metode Penelitian Kuantitatif


Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta : DEEPUBLISH.

Keputusan Kepala Badan Pendapatan Daerah Nomor 25/I/Tahun 2014


Petunjuk Teknis Pemungutan Pajak Progresif

Kurniawan, Andi. 2013. Analisis Dampak Sebelum dan Sesudah Penerapan


Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Dalam Upaya Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Kabupaten Karanganyar). Skripsi.
Surakarta. Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.

Machmuddin, Bey. 2016. Presiden Jokowi:2016 Sebagai tahun percepatan


Pembangunan nasional,(online)(http://presidenri.go.id/kabar-
presiden/kegiatan-kepresidenan/presiden-jokowi-2016-sebagai-tahun-
percepatan-pembangunan-nasional.html, diakses 1 Oktober 2018).

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.


Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Munarfah, Andi dan Hasan, Muhammad. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: CV


Praktika Aksara Semesta.

Nugraha, Harist Agung. 2012. Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib


Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur
Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah. Jurnal Ilmiah. Malang.
Universitas Brawijaya.

Nuryaman. Christina, Veronica. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis.


Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 2010. Peraturan daerah Provinsi


Sulawesi Selatan Nomor 10 tahun 2010 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011 Tentang Petunjuk


Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Khusus Pajak Kendaraan Bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 28 Tahun 2016 tentang


Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor
29

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011 Tentang Tatacara


Pemungutan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Di Provinsi Sulawesi
Selatan.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan, Bandung: PT. Refika Aditama.

Sari, dkk. 2017. Analisis Dampak Penerapan Pajak Progresif Pada Kendaraan
Brmotor Roda Empat Terhadap Tingkat Penjualan Mobil Baru Di
Kecamatan Buleleng. Jurnal. Universitas Pendidikan Ganesha.
Singaraja.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna V. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.


Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta Selatan : Selemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai