PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori-teori
mengenai tumor phyllodes mulai dari etiologi sampai diagnosis, pengobatan, serta
prognosisnya. Penyusunan makalah ini dilaksanakan dalam upaya memenuhi
persyaratan kegiatan Program Profesi Dokter (P3D) di Departemen Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis maupun
pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami tentang kolelitiasis di
masyarakat, dan mampu melaksanakan diagnosis dan pengobatan terhadap
penyakit tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sebuah tipe tumor yang ditemukan di jaringan payudara atau prostat.
Biasanya besar dan berkembang dengan cepat. Tumor ini dapat jinak dan juga
ganas dan bias menyebar ke bagian lain tubuh. Sebuah tipe neoplasma jaringan
ikat yang timbul dari stroma intralobular payudara, ditandai dengan pembesaran
cepat, massa bergerak keras asimetris. Secara histologis tampak seperti celah
stroma seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel epitel.1
2.2 Epidemiologi
Tumor phyllodes merupakan jenis tumor payudara yang jarang,
insidensnya 0,3-0,5% dari total tumor payudara. Penelitian pada 8.567 pasien
tumor payudara pada tahun 1969 sampai 1993 hanya menemukan 31 kasus tumor
Phyllodes (0,37%). Secara keseluruhan 2,1 kasus per satu juta wanita, sangat
jarang pada laki-laki. Sebagian besar kasus tumor Phyllodes terjadi pada decade
ke-4, jarang pada remaja, dapat terjadi pada semua umur. Tumor biasanya jinak
namun dapat terjadi rekurensi lokal dan terkadang dapat menyebar secara
sistemik; jarang bilateral (baik sinkronous atau metakronous). Faktor risikonya
belum jelas, mutasi p53 meningkatkan risiko tumor phyllodes.2
Frekuensikejadian tumor ini berdasarkan perubahan gambaran histopatologinya
(gradasi) adalah 75% benign, 16% borderline dan 9% malignant.Walaupun
pernah dilaporkan, jarang ditemukan adanya sinkronous atau metakronouspada
tumor ini.1,2
2.3 Etiologi
Etiologi dari tumor filodes sampai sekarang masih belum jelas apakah
berasal dari fibroadenoma yang sudah ada sebelumnya atau de novo. Beberapa
penelitian sebelumnya menduga tumor ini berasal dari stroma intralobular dan
3
periduktal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kujiper (2002) menganalisis
adanya progresi pada tumor fibropitelial payudara yaitu fibroadenoma dan tumor
filodes berdasarkan PCR based clonality assay, dan didapatkan model progresi
pada tumor fibroepitelial. Pada penelitian ini, sel epitelial pada fibroadenoma
dapat berubah menjadi hiperplasia dan carcinoma in situ dengan ditemukannya
monklonaliti pada sel epitelial, perubahan klonaliti pada sel stroma mengarah ke
bentuk tumor filodes yang bersifat jinak dan progresi perubahan menjadi
monoklonal pada sel epitelial maupun stromal pada borderline dan malignant.2
2.4 Klasifikasi
4
2.5 karakteristik tumor
Gambaran Makroskopik
Sebagian besar tumor phyllodes berupa massa berbentuk bulat sampai
oval, multinodular, tanpa kapsul yang jelas. Ukuran bervariasi dari 1-40 cm.
Sebagian besar tumor berwarna abu-abu-putih dan menonjol dari jaringan
payudara sekitar. Pada tumor berukuran besar dapat terjadi nekrosis dengan
perdarahan. Sebagian besar tumor tipe benign dapat menyerupai fi broadenoma.4
Banyak peneliti menemukan tumor berukuran kurang dari 5 cm, oleh karena itu
diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan ukuran. Celahcelah yang
memanjang (leaf-like appearance) pada penampang merupakan tanda khas tumor
phyllodes, kadang-kadang tampak daerah nekrotik, perdarahan, dan degenerasi
kistik.3
Gambaran Mikroskopik
Tumor phyllodes memiliki gambaran histopatologi yang luas, dari
gambaran menyerupai fi broadenoma hingga bentuk sarcoma. Seperti fi
broadenoma, gambaran phyllodes berupa campuran stroma dan epitel. Norris dan
Taylor mengemukakan bahwa kriteria histopatologi yang berguna untuk
memprediksi risiko menjadi ganas meliputi pertumbuhan stroma berlebihan,
nuclear pleiomorphism, kecepatan mitosis tinggi, dan mengalami infi ltrasi.
Penelitian lain juga menunjukkan tingkat nekrosis yang tinggi dan peningkatan
vaskularisasi pada tumor. Tumor dipastikan maligna jika komponen stroma
didominasi sarkoma. Sekitar 10-40% tumor jenis ini memiliki risiko rekurensi
local dan menyebar secara sistemik. Beberapa penelitian menemukan adanya
mutasi tumor suppresor gene p53 pada tumor phyllodes. Stromal
immunoreactivity p53 terbukti meningkat pada tumor phyllodes ganas sehingga
dapat digunakan untuk membedakannya dari fibroadenoma. Sawyer EJ dkk
mendapatkan bahwa overekspresi c-myc dapat memicu proliferasi stroma pada
5
tumor phyllodes, sedangkan overekspresi c-kit menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tumor.4
6
Metastasis dapat ditemukan bersamaan atau hingga 12 tahun kemudian.
Metastasis dapat menyebar secara hematogen, ke paruparu (66%), tulang (28%),
otak (9%) dan lebih jarang ke hati dan jantung.8 Dapat disertai pembesaran
limfonodi regional, walaupun tanpa sel tumor.1 Tidak banyak literatur yang
melaporkan metastasis limfonodi. Treves hanya melaporkan 1 kasus metastasis ke
limfonodi aksila dari 33 kasus; dari 94 pasien yang diteliti Norris dan Taylor, 16
pasien mengalami pembesaran limfonodi, namun hanya 1 kasus yang terbukti
secara histologi mengalami metastasis. Reinfus menemukan 11 kasus pembesaran
limfonodi dari 55 kasus, namun hanya 1 kasus yang menunjukkan metastasis.
Minkowitz juga melaporkan satu kasus dengan metastasis kelenjar aksila.
Mamografi abnormal dijumpai pada 75% kasus, sering menyerupai gambaran
fibroadenoma. Ultrasonografi menunjukkan massa homogen solid disertai internal
echo dan berdinding tipis.4
2.7 Penatalaksanaan
7
imaging, dapat dilakukan biopsy jarum dengan panduan USG. Jika hasilnya
negatif, dapat dipertimbangkan biopsi sentinel limfonodi.5
Peran radioterapi dan kemoterapi adjuvant masih kontroversial, namun
penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada sarcoma mengindikasikan bahwa
keduanya dapat digunakan pada tumor phyllodes. Radioterapi adjuvan dapat
bermanfaat pada tipe maligna. Kemoterapi golongan antrasiklin, ifosfamid,
sisplatin, dan etoposid jarang digunakan. Belum banyak penelitian mengenai
penggunaan terapi hormonal, seperti tamoksifen. Sensitivitas hormonal pada
tumor phyllodes juga belum teridentifi kasi dengan baik. Secara garis besar, terapi
sistemik tumor phyllodes tidak berbeda dengan terapi pada sarcoma.5
8
BAB 3
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10