Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Lingkungan

Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu

lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan

kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan

kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:

penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, pemeliharaan dan pengawasan

kualitas lingkungan, pengendalian dampak risiko lingkungan dan

pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan

merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas

sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan

lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut

sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai

lintas sector ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll) baik

kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen Kesehatan sendiri terfokus

kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.7

Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan

ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah,

angina,sarana dan bangunan dan vektor dan binatang pembawa penyakit.

Media lingkungan yang ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan

dan persyaratan kesehatan berada pada lingkungan permukiman, tempat

kerja, tempat rekreasi dan tempat dan fasilitas umum.1

6
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang kompleks

untuk diatasi dimana dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor terkait. Di

Indonesia permasalahan dalam kesehatan lingkungan antara lain pembuangan

kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan

pembuangan air kotor (limbah).4

Sanitasi merupakan salah satu komponen penting dari kesehatan

lingkungan. Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk

mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama

yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat

berupa pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor manusia yang

melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. Dapat juga dilakukan

penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan

kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul di tempat-tempat

umum.8

Berikut ini merupakan sanitasi luar gedung:

1. Tempat-Tempat Umum dan Industri (TTU dan I):

a. Tempat-tempat Umum (TTU)

b. Tempat Penyimpanan Penjualan Pestisida (TP3)

c. Lingkungan kerja industri dan lingkungan kerja perkantoran.

2. Tempat-Tempat Pengolahan Makanan (T2PM)

3. Sarana Air Bersih dan penyehatan Lingkungan Pemukiman.

a. Inspeksi Sanitasi Rumah

b. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Minum/Air Bersih

7
c. Inspeksi Sanitasi Jamban keluarga (SAMIJAGA) dan Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL)

d. Pemantauan Jentik Bekala

e. Inspeksi Sanitasi Tempat Penampungan Sampah.

B. Kesehatan Lingkungan Masjid

Masjid adalah suatu tempat dimana masyarakat pada waktu-waktu

tertentu melakukan ibadah keagamaan Islam. Dengan demikian Masjid

merupakan tempat berkumpul sejumlah orang untuk melakukan kegiatan

peribadatan.5

Usaha Kesehatan Masjid adalah usaha kesehatan masyarakat yang

dilaksanakan di Masjid dan lingkungan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesehatan lingkungan Masjid serta mencegah terjadinya penularan penyakit.

Dengan demikian yang menjadi sasaran adalah bangunan Masjid dan fasilitas,

jama’ah atau pengunjung Masjid dan pengurus Masjid.5

Usaha Kesehatan Masjid dapat merupakan upaya kesehatan yang

mempunyai kemungkinan lebih efektif dan efisien untuk mencapai kebiasaan

hidup sehat dari jama’ah atau pengunjung maupun masyarakat yang ada di

sekitarnya.

C. Masjid Sehat

1) Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Umum9

a. Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir.

b. Bersih dan tertata rapi dan sistem drainase berfungsi dengan baik.

c. Tidak terdapat genangan air di lingkungan/halaman masjid.

d. Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik.

8
e. Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin, dan permukaannya

rata.

f. Dinding masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaannya

rata.

g. Atap ruangan masjid harus kuat, tidak bocor serta tidak

memungkinkan terjadinya genangan air.

h. Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5

meter, kuat serta berwarna terang.

i. Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang.

j. Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi

alami maupun buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa

nyaman.

2) Fasilitas Sanitasi9

a. Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi

persyaratan air bersih atau air minum dan tersedia setiap saat, dan air

wudhu keluar dari kran-kran khusus.

b. Air kotor/limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan

saluran pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak

ada, dita pungan dalam bak yang tertutup dan kedap air.

c. Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah

dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan

dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang memenuhi syarat.

9
D. Kriteria Penilaian Inspeksi Masjid

Inspeksi sanitasi Masjid dipandu kriteria penilaian inspeksi Masjid yang terdiri

dari beberapa kategori yang dinilai, yaitu :

1. Kuantitas dan kualitas penyediaan air bersih

2. Kuantitas, kualitas dan perawatan jamban

3. Kuantitas dan kualitas peturasan

4. Kualitas saluran pembuangan air limbah (SPAL)

5. Kualitas pembuangan air hujan

6. Kualitas tempat pembuangan sampah

7. Pengawasan insek/vector

8. Kualitas pencahayaan

9. Kualitas penghawaan

10. Kualitas dan perawatan kebersihan lantai

11. Kualitas dan perawatan kebersihan lantai, dinding dan langit-langit

12. Penempatan pengaturan barang

13. Fasilitas PPPK

14. Kualitas kebersihan alat sembahyang

15. Kualitas, kuantitas, penempatan dan perawatan fasilitas widhu

16. Kebersihan perorangan dan pemeriksaan kesehatan pengurus Masjid

Penilaian inspeksi dibagi menjadi tiga kategori baik, cukup dan kurang dengan

nilai yang sudah ditentukan. Kemudian nilai dijumlahkan dan dimasukkan ke

dalam kategori baik bila nilai 700-1000, cukup bila nilai 500-699 dan kurang bila

nilai 0-499. Kemudian masjid dengan kategori baik dimasukkan ke dalam

10
kelompok Masjid memenuhi syarat sedangkan masjid dengan kategori cukup dan

kurang dimasukkan kelompok masjid tidak memenuhi syarat.

E. Perilaku2

1. Definisi

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Praktik atau perilaku kesehatan

mencakup tindakan sehubungan dengan penyakit (pencegahan dan penyembuhan

penyakit), tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dan tindakan

kesehatan lingkungan.

2. Tingkat Perilaku

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

mewujudkan sikap dalam suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor

pendukung. Praktik adalah melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui

dan disikapi oleh seseorang. Praktik kesehatan ini dapat dikatakan dengan prilaku

kesehatan (overt behavior). Praktik kesehatan ini mencakup tindakan sehubungan

dengan penyakit (pencegahan dan penyembuhan penyakit), tindakan pemeliharaan

dan peningkatan kesehaatan, dan tindakan kesehatan lingkungan. Praktik memiliki

beberapa tingkatan, yaitu :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil.

b. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

11
c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

F. Pengetahuan2

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dukungan dalam terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan

sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan

peilaku setiap hari. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa

pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).

Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian,

pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam

kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang

diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

12
2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (Know): Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan

dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehension): Kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application): Kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dalam

hal ini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip-prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis): Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek dalam suatu komponen-komponen, tetap masih dalam struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampua n analisis

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja

mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Synthesis): Kemampuan untuk menghubungkan bagiann-bagian

dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

13
f. Evaluasi (Evaluation): Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap

suatu materi atau objek tersebut bersdasarkan suatu cerita yang sudah

ditentukan sendiri atau mengguanakan kriteria yang sudah ada.

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan berikut:

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60% - 75%

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

G. Sikap2

1. Definisi

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap

itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Terdapat 3 komponen pokok yaitu

 Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

 Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have)

14
2. Tingkat Sikap

a. Menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi orang lain merespon

d. Bertanggungjawab (responsible), sikap yang paling tinggi tindakannya

adalah bertanggungjawab terhadap apa yang diyakininya

3 Penilaian Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan angket tentang pernyataan materi

yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Sikap responden dinilai menggunakan skala Likert, yaitu: 2

 Sangat Setuju (SS)

 Setuju (S)

 Netral (N)

 Tidak Setuju (TS)

 Sangat Tidak Setuju (STS)

15

Anda mungkin juga menyukai