Anda di halaman 1dari 37

ANGKATAN KERJA NASIONAL

Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekonomi Makro Syariah

DOSEN :

Dr. SUHENDA WIRANATA, M.E.

TIM PENYUSUN :

ASRI NUR HIDAYAH 11150850000013


BAHRI ALVIAN 11150850000025
MUHAMMAD FATURAHMAN 11150850000035

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah yang Maha kuasa karna atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna
memenuhi tugas dari matakuliah Ekonomi Makro Syariah dan dalam makalah ini kami
membahas tentang Angkatan Kerja.

Dalam pembuatan makalah ini kami merujuk pada buku – buku referensi, dan berbagai
sumber. Dalam Penulisan makalah ini kami telah membahas dan memahami dengan baik. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih :

1. Kepada Dosen kami Bpk. Dr. Suhenda Wiranata, M.E yang telah memberikan dan
membimbing dalam penulisan tugas ini kepada kami.
2. Kepada anggota kelompok 4 dan teman – teman Perbankan Syariah A 2015 yang telah
memberikan pikiran, ide, dan saran dalam penulisan laporan ini. dan.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Dengan adanya bahasan, Penyajian makalah ini mengenai Angkatan Kerja dengan materi
yang menarik dan mudah dibaca. Kita sebagai kaum pelajar/mahasiswa tentunya tertarik dan ikut
berpartisipasi pembahasan materi ini.

Tak ada gading yang takretak, begitu pula dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk perbaikannya dari
para pembaca Kami harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2016

Tim Penyusun

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iii

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang……………………………………………………………… 5
B. Identifikasi Masalah………………………………………………………… 6
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 6
D. Batasan Masalah ……………………………………………………………. 7
E. Tujuan Penulisan …………………………………………………………… 7
F. Manfaat Penulisan …………………………………………………………. 7
G. Metode Penulisan …………………………………………………………… 8

BAB II : Landasan Teori

A. Pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, TPAK, dan Kesempatan Kerja…. 9

B. Dasar Hukum Angkatan Kerja,dan Ketenagakerjaan ……………………….. 12

C. Hubungan Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, dan Pengangguran …………. 13

D. Jenis – Jenis Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja ……..….…………………… 16

E. Manfaat Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja ……………………………….. 18

BAB III : Konsep dan Pembahasan Angkatan Kerja di Indonesia

A. Konsep Angkatan Kerja menurut Islam ……………………………………… 20

B. Masalah Angkatan Kerja di Indonesia ………................................................. 23

C. Dampak Angkatan Kerja di Indonesia ………………………………………. 26

D. Upaya mengatasi masalah Angkatan Kerja ………………………………….. 28

IV
BAB V : Penutup

A. Kesimpulan …………………………………………………………………. 32

B. Saran ………………………………………………………………………… 35

Daftar Pustaka
Lampiran

V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara
dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Masalah angkatan kerja dan ketenagakerjaan di
Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan
jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan
kurang merata.

Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan warga negaranya. Terlebih pada negara - negara yang memiliki jumlah penduduk yang
tinggi seperti Indonesia. Masalah angkatan kerja, ketenagakerjaan, pengangguran, dan
kemiskinan Indonesia sudah menjadi salah satu masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan
penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk
menjadi mengara yang lebih maju dan terus berkembang.

Karena pada umumnya di negara – negara berkembang memiliki tingkat angkatan kerja yang
rendah sedangkan pengangguran yang jauh lebih tinggi, dari angka resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu
lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai
katup pengaman bagi pengangguran.

Oleh karena itu, harus adanya pembahasan yang mendasar dan dapat memberikan solusi yang
nyata terhadap permsalahan ketenagakerjaan dan angkatan kerja di Indonesia saat ini. Karena
masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan ditandai dengan jumlah pengangguran dan setengah penganggur yang besar,
pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah
pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang
ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong

5
peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka
panjang.

B. Identifikasi Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang penulisan tugas ini, maka diperlukan subpokok bahasan
yang saling berhubungan, sehingga kami membuat rumusan masalah yang menyebabkan
timbulnya pertanyaan, yakni :
a) Bagaimana pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Ketenagakerjaan?
b) Bagaimana hubungan antara Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran?
c) Bagaimana jenis – jenis Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Ketenagakerjaan?
d) Bagaimana manfaat Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Ketenagakerjaan ?
e) Bagaimana konsep Angkatan Kerja dalam Islam ?
f) Bagaimana masalah Angkatan Kerja di Indonesia?
g) Bagaimana dampak Angkatan Kerja di Indonesia ?
h) Bagaimana upaya mengatasi masalah Angkatan Kerja?

C. Rumusan Masalah
Dalam mengkaji dan mengulas penulisan tugas ini, maka terdapat subpokok bahasan yang
membahas masalah – masalah yang akan dibahas di dalam tugas ini.
a) Bagaimana pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Ketenagakerjaan?
b) Bagaimana hubungan antara Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran?
c) Bagaimana jenis – jenis Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Ketenagakerjaan?
d) Bagaimana manfaat Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Ketenagakerjaan ?
e) Bagaimana konsep Angkatan Kerja dalam Islam ?
f) Bagaimana masalah Angkatan Kerja di Indonesia?
g) Bagaimana dampak Angkatan Kerja di Indonesia ?
h) Bagaimana upaya mengatasi masalah Angkatan Kerja?

6
D. Batasan Masalah
Setelah mengkaji dan mengulas subpokok bahasan yang terdapat di dalam rumusan masalah,
sehingga kami membuat batasan masalah yakni :
a) Bagaimana pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Ketenagakerjaan?
b) Bagaimana manfaat Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Ketenagakerjaan ?
c) Bagaimana konsep Ketenagakerjaan dalam Islam ?

E. Tujuan Penulisan

1.   Tujuan Empirik ( Praktis )


 Untuk memenuhi salah satu tugas syarat dalam mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diampu oleh Bpk. Dr. Suhenda Wiranata, M.E.
 Melatih kinerja Tim Penulis (Kelompok 4) dalam menyusun karya tulis ilmiah (Penulisan)
yang menggunakan kode etik penulisan karya tulis ilmiah.

2.   Tujuan Teoritik
 Untuk mengembangkan wawasan keilmuan tentang “Konsep Pasar Angkatan Kerja ” yang
didukung oleh sumber-sumber yang diambil dari rujukan yang ada.
 Untuk bahan ajar / materi pembelajaran bagi pembaca yang ingin membaca dan
menggunakannya

F. Manfaat Penulisan

1. Memberikan pengetahuan kepada tim penulis dan para pembaca tentang “Konsep Pasar
Angkatan Kerja. ”
2. Membuka wawasan penulis dan para pembaca mengenai betapa menariknya mempelajari
Teori dan Praktek “Konsep Pasar Angkatan Kerja.”
3. Sebagai bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan
kepustakaan dalam bidang mata kuliah Bahasa Indonesia.

7
G. Metode Penulisan

Metode Penulisan dalam tugas ini adalah melalui berbagai sumber refrensi , seperti buku acuan,
artikel, internet, dan jurnal yang relevan dengan judul tugas ini.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, TPAK, dan Kesempatan Kerja

A.1. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang
sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti patani yang sedang menunggu
panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedag mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau
bekerja secara tidak optimal disebut pengangguran.

Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja adalah


mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Namun, tidak semua penduduk
yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak aktif dalam
kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah tangga,
pelajar, dan mahasiswa, serta penerima pendapatan (pensiunan).

A.2. Tenaga Kerja


Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah,
dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2)

Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur
meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada
kesempatan kerja.

Untuk mengetahui banyaknya jumlah angkatan kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja,
biasanya dipakai suatu ukuran yang dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
Besarnya TPAK dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

9
TPAK = jumlah angkatan kerja : jumlah tenaga kerja × 100%

TPAK dinyatakan dalam ukuran persen. Untuk kepentingan analisis lebih lanjut, TPAK dapat
dipilah berdasarkan kepentingannya. Misalnya, berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, dan
lapangan pekerjaan.

Jadi kesimpulan angkatan kerja dan tenaga kerja dapat dilihat perbedaannya, yakni Angkatan
kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja (berusia 15 - 65 tahun), baik yang sudah
bekerja, belum bekerja, atau sedang mencari pekerjaan. Tenaga kerja adalah penduduk yang
telah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja maupun aktif mencari kerja, yang masih mau
dan mampu untuk melakukan pekerjaan. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Berikut ini pembahasan tentang
angkatan kerja, tenaga kerja, masalah tenaga kerja, dan peran pemerintah dalam permaslahan
tenaga kerja.

A.3 TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)

TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah satu ukuran ketenegakerjaan
yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK dilakukan dengan cara menghitung jumlah absolut
seluruh angkatan kerja dibagi dengan seluruh tenaga kerja atau penduduk usia kerja kemudian
dikalikan 100. Jika TPAK 75 persen, artinya terdapat 75 orang angkatan kerja, yaitu mereka
yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan, setiap 100 orang tenaga kerja. Berdasarkan TPAK
kita dapat melakukan perkiraan, berapa besar penduduk usia kerja yang berpartisipasi dalam
aktivitas ekonomi.
Lebih tingginya TPAK pedesaan dibandingkan dengan perkotaan, paling tidak dapat
ditafsirkan dari dua sisi. Pertama, dilihat dari etos kerja, mungkin masyarakat desa lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk perkotaan, sehingga mereka kebanyakan bergiat dalam aktivitas
ekonomi. Kedua, bisa pula mereka masuk ke dunia kerja karena terpaksa, akibat adanya himpitan
kehidupan yang begitu kuat, sehingga mau tidak mau mereka harus bekerja agar dapat bertahan
hidup.

10
A.4. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan tenaga kerja, yaitu suatu keadaan yang
menggambarkan adanya kesempatan kerja yang siap diisi oleh penawar kerja (pencari kerja).
Oleh karena itu, terjadi hubungan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di
pasar tenaga kerja. Di Indonesia, jumlah penduduk yang besar mengakibatkan kelebihan tenaga
kerja (pencari pekerjaan) yang tidak sesuai dengan permintaannya. Kesempatan kerja yang tidak
seimbang dengan angkatan kerja menyabab kan terjadinya pengangguran. Kegiatan ini
memenfaatkan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi di
masyarakat membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat juga di sebut
sebagai kesempatan kerja ( demand for labor ).

Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam UUD 1945 pada pasal 27 ayat 2 yang berbunyi
“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari
bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat 2 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia untuk menciptakan
lapangan kerja bagi anggota masyarakat karena hal ini berhubungan dengan usaha masyarakat
untuk mendapat penghasilan.

Semakin meningkat pembangunan, semakin besar pula kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini
berartti semakin besar pula pemintaan akan tenaga kerja. Sebaliknya, semakin besar jumlah
penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan lowongan pekerjaan ( kesempatan kerja ).
Begitu pula dengan perusahaan. Sebelum memutuskan merekrut pegawai atau karyawan baru,
perusahaan sering kali mempertimbangkan dan memerlukan sejumlah kriteria berkaitan dengan
kondisi si pelamar tersebut. 

Kriteria bagi angkatan kerja untuk dapat memasuki dunia kerja antara lain;
1) Jenis dan tingkat pendidikan
2) Keahlian khusus yang di miliki calon
3) Kejujuran, sikap, penampilan, serta kepribadian
4) Pengalaman kerja
5) Kesehatan.

11
B. Dasar Hukum Angkatan Kerja dan Ketenagakerjaan

Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya cukup luas.  Hukum
ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam
pelaksanaan hubungan kerja tetapi juga termasuk seorang yang akan mencari kerja melalui
proses yang benar ataupun lembaga-lembaga pelaksana yang terkait.

Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan tertulis atau tidak tertulis
yang mengatur seseorang mulai dari sebelum, selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan
dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan dan apabila di langgar dapat terkena sanksi
perdata atau pidana termasuk lembaga-lembaga penyelenggara swasta yang terkait di bidang
tenaga kerja.

Pengertian ketenagakerjan berdasarkan ketentuan UU NO 13 tahun 2003 tentang adalah sebagai


berikut:

 Pasal 1(1)    Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
 Pasal 1(2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna  menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.

Pengertian tenaga kerja menurut UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja :
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat

Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan  ketenagakerjaan dalam arti selama
bekerja adalah UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.  Defenisi Jaminan
sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-undang ini : Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah
suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua dan
meninggal dunia.

12
Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalan arti sesudah bekerja diatur
dalam UU NO 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.  Pengertian
menurut ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan pendapat antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat
pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan.  Sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang
terebut diatas diatur dalam Peraturan pemerintah (PP), Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(Permenaker) dan Keputusan menteri tenaga kerja.

C. Hubungan Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran

Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah Negara. Dari sisi
tenaga kerja, penduduk suatu Negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok
penduduk usia kerja dan kelompok bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah mereka yang
berumur 10 hingga 65 tahun. Namun dewasa ini usia kerja tersebut telah diubah menjadi yang
berumur 15 hingga 65 tahun.

Penduduk usia kerja dapat pula kita bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja
dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah semua orang yang siap bekerja
disuatu Negara. Kelompok tersebut biasanya disebut sebagai kelompok usia produktif. Dari
seluruhan angkata kerja dalam suatu Negara tidak semuanya mendapat kesempatan bekerja.
Diantaranya ada pula yang tidak bekerja. Mereka inilah yang disebut pengangguran.
Pengangguran adalah angkatan kerja atau kelompok usia produktif yang tidak bekerja.(YB
Kadarusman, 2004:65)

Angkatan kerja banyak yang membutuhkan lapangan pekerjaan, namun umumnya baik di
Negara berkembang maupun Negara maju, laju pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada
laju pertumbuhan lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja
tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan
mpengangguran berhubungan erat dengan ketersedianya lapangan kerja bagi masyarakat.
Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu Negara, semakin besar pula kesempatan

13
kerja bagi penduduk usia produktifnya, sehingga semakin kecil tingkat penganggurannya.
Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu Negara, semakin kecil pula kesempatan
kerja bagi penduduk usia produktifnya. Dengan demikian, semaki tinggi tingkat
penganggurannya.

a. Tingkat Pengangguran yang Tinggi

Pengangguran merupakan salah satu masalah tenaga kerja yang berpengaruh besar bagi
perekonomian Indonesia. Di Indonesia jumlah angka pengangguran selalu mengalami
peningkatan. Hal ini karena disebabkan oleh beberapa faktor. Pengangguran dapat terjadi pada
saat pertambahan jumlah penduduk lebih besar daripada pertambahan lapangan kerja. Akibatnya
tidak semua penduduk produktif dapat ditampung oleh lapangan kerja yang ada. Orang-orang
yang tidak bisa bekerja ini akan menjadi pengangguran. Terjadinya pengangguran juga
disebabkan karena rendahnya kualitas tenaga kerja. Mereka tidak mampu bersaing dengan tenaga
kerja yang memiliki kualitas yang lebih baik. Akibatnya orang-orang yang mempunyai kualitas
rendah akan menganggur. Selain itu masalah pengangguran juga dapat disebabkan karena
lowongan kerja yang ada tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Orang-orang yang
mempunyai latar belakang berbeda dengan yang diharapkan perusahaan, tidak dapat bekerja.
Akibatnya pengangguran bertambah. Kondisi perekonomian yang tidak baik juga dapat menjadi
pemicu terjadinya pengangguran. Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak perusahaan-
perusahaan atau industri yang gulung tikar (bangkrut). Banyak tenaga kerja yang diberhentikan
dari pekerjaannya. Orang-orang inilah yang kemudian menambah jumlah angka pengangguran.
Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik
bagi masyarakat maupun bagi negara. Berikut ini beberapa dampak dari pengangguran.

 Tingkat kesejahteraan menurun.


 Angka kriminalitas (kejahatan) meningkat, misalnya pencurian, penjambretan, dan
penodongan.
 Kualitas hidup menurun, dengan ditandai lingkungan yang kotor (tidak sehat).
 Produktivitas masyarakat menurun.
 Menurunnya tingkat kesehatan dan kekurangan pangan.

14
 Peningkatan jumlah anak jalanan, kaum gelandangan, pengamen di tempat-tempat umum,
dan lain sebagainya
 Menurunnya pendapatan negara dari penerimaan pajak penghasilan.
 Bertambahnya biaya sosial negara.

b. Meningkatnya Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk. Semakin besar jumlah penduduk maka angkatan kerja jadi semakin besar. Hal itu
dapat menjadi beban tersendiri bagi perekonomian. Karena jika meningkatnya angkatan kerja
yang tidak diimbangi dengan bertambahnya lapangan kerja akan menyebabkan masalah
pengangguran. Orang-orang yang menganggur ini secara otomatis tidak akan memperoleh
penghasilan. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan pun mereka tidak bisa. Kondisi tersebut
dapat menyebabkan kesejahteraannya menurun. Hal tersebut sangat berlawanan dengan harapan
pemerintah, yaitu semakin banyaknya jumlah angkatan kerja diharapkan dapat menjadi
pendorong pembangunan ekonomi.

c. Mutu Tenaga Kerja yang Rendah

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan dan
keahlian yang kurang memadai, sehingga belum memiliki keterampilan dan pengalaman untuk
memasuki dunia kerja. Dengan demikian mutu tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Mutu
tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas.
Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan.

d. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata

Persebaran tenaga kerja di Indonesia tidak merata. Di daerah Pulau Jawa tenaga kerja menumpuk
sementara di luar Pulau Jawa kekurangan tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan
dampak bahwa di Pulau Jawa banyak pengangguran, sedangkan di luar Pulau Jawa
pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya
alam yang ada.

15
D. Jenis – Jenis Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja

D.1. Angkatan Kerja

Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia produktif, yaitu 15-64
tahun yang sedang bekerja maupun mencari pekerjaan. Usia produktif tersebut dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :

D.1.1 Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang tidak bersedia bekerja
atau belum bekerja. Misal, pelajar dan mahasiswa yang masih bersekolah.

D.1.2 Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang sudah mempunyai pekerjaan
atau sedang mencari pekerjaan. Artinya sekelompok penduduk ini dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga

Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi pula oleh struktur penduduk berdasarkan: 

 Jenis kelamin
 Usia penduduk, dan
 Tingkat pendidikan.

Makin banyak komposisi jumlah penduduk laki-laki dalam suatu negara, semakin tinggi pula
angkatan kerja di negara tersebut. Karena ibu rumah tangga tidak digolongkan sebagai tenaga
kerja. Sementara, usia penduduk berpengaruh terhadap jumlah angkatan kerja dalam suatu
negara. Semakin besar jumlah penduduk yang berusia produktif, maka semakin tinggi pula
angkatan kerjanya. Semakin rendah tingkat pendidikan penduduk suatu negara, maka akan
makin rendah pula angkatan kerjanya, karena saat ini tingkat pendidikan merupakan salah satu
syarat untuk memasuki dunia kerja.

16
Selain tingkat pendidikan terdapat kriteria lain yang ditetapkan oleh perusahaan atau instansi
dalam menerima calon tenaga kerja, seperti:

a) jenis pendidikan
b) keahlian khusus
c) pengalaman kerja
d) kesehatan, dan
e) sikap dan kejujuran.

Agar dapat menyatukan keinginan perusahaan atau instansi yang membuka kesempatan kerja
dengan pencari kerja, maka dibutuhkan media yang dapat mempertemukan mereka. Media ini
umumnya disebut bursa tenaga kerja. Di bursa tenaga kerja akan diperoleh informasi mengenai
lowongan kerja dari beberapa perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja, seperti jabatan yang
tersedia, spesialisasi, kualifikasi, dan keahlian yang dibutuhkan. Di Indonesia, badan atau
lembaga yang bertindak sebagai bursa tenaga kerja ialah Departemen Tenaga Kerja
dan perusahaan penggerak tenaga kerja.

D.2 Tenaga Kerja

D.2.1 Tenaga kerja berdasarkan penduduknya

a. Tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah,
dan mereka yang mengurus rumah tangga.

b. Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003,
mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia
di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-
anak.

17
D.2.2 Tenaga kerja berdasarkan kualitasnya

a. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya:
pengacara,dokter, guru, dan lain-lain.

b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara
berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya:apoteker, ahli
bedah, mekanik, dan lain-lain.

c. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.
Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

E. Manfaat Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja


Dalam kehidupan sehari – hari angkatan kerja dan tenaga kerja memiliki peran dan manfaat yang
cukup penting dalam kehidupan sehari – hari. Karena manfaat angkatan kerja dan tenaga kerja
dapat dibagi menjadi 3 karakteristik, yakni :
a) Manfaat bagi Diri Sendiri
 Dapat memberikan penghasilan bagi diri sendiri. Karena apabila seseorang dapat bekerja
tentunya dia akan mendapatkan penghasilan dan tentunya dia juga akan bisa memnuhi
kebutuhan nya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk keluarganya.
 Dapat mengoptimalkan kemampuan dan skill yang dimiliki oleh seseorang yang ingin
bekerja. Artinya seseorang dapat memanfaatkan keahliannya yang dimiliki untuk dapat
bekerja didalam suatu perushaan.
 Memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk terus berkembang. Artrinya seseorang
yang sudah dapat bekerja dalam suatu perusahan, pastinya dirinya akan terus berkembang
agar suatus saat bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dimana dapat kembali
bekerja untuk perusahaan, atau membuka perusahan dan mberikan pekerjaan kepada
orang lain.
 Menurunkan tingkat pengangguran yang ada. Karena apabila seseorang dapat bekerja
baik untuk dirinya sendiri atau orang lain, maka secara otomatis dapat menurunkan
18
tingkat pengangguran, dan secara otomatis dapat meningkatan tingkat produksi baik
untuk diri sendiri ataupun perusahaan, selain itu juga dapat meningkatan perekonomian
secara nasional.

b) Manfaat bagi Perusahaan


 Memberikan kemudahaan bagi perusahaan dalam kegiatan memproduksinya. Artinya
dengan dibantu oleh para pekerja, kegiatan produksi perusahaan dapat lebih mudah
dikerjakan dan dapat lebih cepat diselesaikan.
 Dapat memberikan tingkat produksi yang lebih banyak. Dimana dengan adanya tenaga
kerja, tingkat produksi perusahaan menjadi lebi meningkat.
 Memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk terus memberikan pelayanan yang baik
dengan dibantu oleh tenaga kerja.
 Membantu perusahaan untuk terus berkembang dengan lebih baik. artinya ketika
perusahaan menvoba untuk mengembangkan bisnisnya, maka secara otomatis tenaga
kerja akan membantu perusahaan untuk berkembang kearah yang lebih baik pula.

c) Manfaat bagi Negara


 Membantu negara dalam menurunkan tingkat pengangguran dan menaikan
perekonominan negara. Karena apabila tenaga kerja semakin banyak maka secara
otomatis pendapatan negara melalui pajak akan bertambah dan dengan pajak tersebutn
dapat membangun infrastruktur, pendidikan, perkeonomian secara nasional.
 Menaikkan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Artinya apabila para pekerja
dapat meningkatkan produktifitasnya, maka secara ortomatis konsumsinya akan
meningkat pula dan dnegan penilaian itu maka pendapatan per kapitanya pun meningkat.
 Membantu negara dalam menciptakan lapangan kerja bagi angkatan kerja yang belum
bekerja. Karena angkatan kerja yang dapat menciptakan pekerjaan, sangat dibutuhkan
oleh negara dalam menrunkan tingkat pengangguran.
 Menurunnya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kriminalistas bagi negara. Dengan
penduduk yang cukup banyak bekerja, maka pengangguran yang dapat menciptakan
kemiskinan yang berdampak negative bagi kehidupan sosial seperti pencurian,
kriminalitas, dll dapat diturunkan dan dimimalisir jumlahnya.

19
BAB III

KONSEP & PEMBAHASAN ANGKATAN KERJA

DI INDONESIA

A. Konsep Angkatan Kerja Menurut Islam

A.1. Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja menurut Islam

Angkatan Kerja menurut islam adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang dengan anggota badan atau pikirannya bekereja untuk mendapat imbalan yang
pantas. Sedangkan Tenaga kerja menurut islam adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan
oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapat imbalan yang pantas. Tenaga kerja sebagai
faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila
tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang
tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan.

Banyak Negara di Asia Timur, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Selatan yang kaya akan
sumber alam tapi karena mereka belum mampu menggalinya maka mereka tetap miskin dan
terbelakang, oleh karena itu disamping adanya sumber alam juga harus ada rakyat yang bekerja
sungguh-sungguh, tekun dan bijaksana agar mampu mengambil sumber alam untuk
kepentingannya.

Al Qur’an telah memberi penekanan yang lebih terhadap tenaga manusia. Ini dapat dilihat dari
petikan surat An Najm:

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya.(An Najm:
39)

Semakin bersungguh-sungguh dia bekerja semakin banyak harta yang diperolehnya

“Untuk lelaki ada bagian dari usaha yang dikerjakannya dan untuk wanita ada bagian pula dari
usaha yang dikerjakannya. (An Nisa’:32)

20
Siapa yang bekerja keras akan mendapat ganjaranmasing-masing yang sewajarnya. Prinsip
tersebut belaku bagi individu dan juga Negara. Al Qur’an menunjukkan prinsip asas
tersebutdalam surat Al Anfaal:

“Demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang
telah dianugerahkan terhadap suatu kaum hingga kaumitu merubah apa yng ada pada mereka
sendiri dan sesungguhnyaAllah Maha Mendengar LagiM aha Mengetahui”. Al Anfaal:53)

Tidak ada kehidupan yang penuh dengan “kebahagiaan dan karunia” tanpa kerja keras. Manusia
hendaknya  bersungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang gembira dan bahagia:

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al Insyirah:6)

Ayat tersebut menyatakan sutu hukum alam yang meyakini suatu kesukaran itu disusul dengan
kebahagiaan dan kemudahan.

A.2 Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja dalam Perspektif Ekonomi Islam

Menurut Imam Syaibani: “Kerja merupakan usaha mendapatkan uang atau harga dengan cara
halal. Dalam Islam kerja sebagai unsur produksi didasari oleh konsep istikhlaf, dimana manusia
bertanggung jawab untuk memakmurkan dunia dan juga bertanggung jawab untuk
menginvestasikan dan mengembangkan harta yang diamanatkan Allah untuk menutupi
kebutuhan manusia.

Sedangkan tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh anggota badan atau
fikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas. Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan
fisik atau pikiran. Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi mempunyai arti yang besar.
Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah
buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung tetapi tanpa usaha manusia semua
akan tersimpan.

Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi, bahkan menjadikannya sebagai
sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang mampu, lebih dari itu Allahakan memberi balasan

21
yang setimpal yang sesuai dengan amal/kerja sesuai dengan firman Allah dalam QS  an-Nahl(16)
ayat 97:

َ‫صالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَى َوه َُو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”

Sedangkan Hadis  Nabi yang berkaitan dengan bekerja dapat dikemukakan antara lain:

1. Dari Ibnu Umar r.a ketika Nabi ditanya: Usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab
yaitu pekerjaan yang dilkukan oleh dirinya sendiri dan semua jual beli yang baik.

2. HR. Imam Bukhari “Sebaik-baiknya makanan yang dikonsumsi seseorang adalah makanan
yang dihasilkan oleh kerja kerasnya dan sesungguhnya Nabi Daud as mengonsumsi makanan
dari hasil keringatnya (kerja keras)”.

Al- Qur’an memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan menerangkan dengan jelas bahwa
manusia diciptakan di bumi ini untuk bekerja keras untuk mencari penghidupan masing-masing.
Allah berfirman dala m QS. Al-Balad ayat 4:

   ‫َكبَ ٍد فِي إْل ِ ْن َسانَ ا خَ لَ ْقنَا لَقَ ْد‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berad dalam susah payah”

Bentuk-bentuk kerja yang disyariatkan dalam Islam adalah pekerjaan yang dilakukan dengan
kemampuannya sendiri dan bermanfaat, antara lain (an-Nabhani: 2002:74):

 Menghidupkan tanah mati (tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak dimanfaatkan oleh
satu orang pun). HR. Imam Bukhari dari Umar Bin Khattab” siapa saja yang menghidupkan
tanah mati, maka tanah( mati yang telah dihidupkan) tersebut adalah miliknya”.
 Menggali kandungan bumi
 Berburu
 Makelar (samsarah)

22
 Peseroan antara harta dengan tenaga (mudarabah)
 Mengairi lahan pertanian (musyaqah)
 Kontrak tenaga kerja (ijarah)
Ijarah adalah pemilikan jasa dari seorang ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir
(orang yang mengontrak tenaga), serta pemilikan harta dari pihak musta’jir oleh seorang ajir.
Atau dengan kata lain, ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu dengan disertai
kompensasi.
Syarat sah dan tidaknya transaksi ijarah tersebut adalah adanya jasa yang dikontrakkan haruslah
jasa yang mubah. Tidak diperbolehkan mengontrak seorang ajir untuk memberikan jasa yang
diharamkan. Hal-hal yang terkait dengan kesepakatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ketentuan kerja

Ijarah adalah manfaat jasa seseorang yang dikontrakkan untuk dimanfaatkan tenaganya. Oleh
karena itu, dalam kontrak kerjanya harus ditentukan bentuk kerjanya, waktu, upah, serta
tenaganya. Jenis pekerjaannya harus dijelskan, sehingga tidak kabur, karena transaksi ijarah yang
masih kabur hukumnya adalah fasid(rusak) dan waktunya harus ditentukan, misalnya disebutkan
harian, bulanan, atau tahunan. Selain itu, upah kerjanya juga harus ditetapkan. Dari Ibnu Mas’ud
berkata: Nabi SAW bersabda: “apabila salah seorang diantara kalian mengontrak (tenaga)
seorang ajir, maka hendaklah diberi tahu tentang upahnya”.

2. Bentuk kerja

Tiap pekerjaan yang halal maka hukum mengotraknya juga halal. Di dalam ijarah tersebut harus
tertulis jenis atau bentuk pekerjaan yang harus dilakukan seorang ajir.

3.Waktu kerja

Dalam transaksi ijarah harus disebutkan jangka waktu pekerjaan itu yang dibatasi oleh jangka
waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Selain itu, harus ada  juga
perjanjian waktu bekerja bagi ajir.

23
4. Gaji kerja

Dalam gaji kerja disyaratkan juga honor transaksi  ijarah tersebut jelas, dengan bukti dan ciri
yang bisa menghilangkan ketidakjelasan. Kompensasi transaksi ijarah boleh tunai dan boleh juga
tidak dengan syarat harus jelas.

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis dari Abi Said “Bahwa Nabi SAW melarang
mengontrak seorang ajir hingga upahnya menjadi jelas bagi ajir tersebut”.

Upah dapat digolongkan menjadi 2:

 Upah yang telah disebutkan (ajrul musamma) yaitu upah yang telah disebutkan pada awal
transaksi, syaratnya adalah ketika disebutkan harus disertai adanya kerelaan (diterima)
oleh kedua pihak.
 Upah yang sepadan (ajrul mistli) adalah upah yang sepadan dengan kerjanya sepadan
dengan kondisi pekerjaannya. Maksudnya adalah harta yang menuntut sebagai
kompensasi dalam suatu transaksi yang sejenis pada umumnya.

Pengupahan tenaga kerja didasarkan nilai produk marginal (value of marginal product) juga


didasarkan pada nilai keberkahan dan intensitas efisiensi. Berkah akan didapat jika berdasarkan
prinsip-prinsip Islam. Kompensasi dengan memerhatikan kontribusi tenaga kerja terhadap
efisiensi prosuksi jelas lebih adil sebab tenaga kerja mendapatkan imbalan yang lebih
proporsional dari apa yang telah mereka berikan. Jika produsen memperoleh kenaikan efisiensi
(dimana tenaga kerja memiliki kontribusi) sehingga keuntungannya juga naik, maka sangat logis
kalu tenaga kerja juga berhak terhadap kenaikan upah atau bagi hasil kenaikan keuntungan ini.
Tenaga kerja yang dalam hal ini berada dalam perspektif Islam, selalu dituntut untuk terus
belajar untuk memperoleh perbaikan termasuk dalam hal bekerja. Perbaikan yang diperoleh
dalam bekerja perlu memperoleh apresiasi dari majikan dalam bentuk pemberian upah yang lebih
tinggi. Pada akhirnya, pekerja akan meningkatkan produktivitasnya lagi sehingga akan semakin
memberikan keuntungan kepada produsen, demikian seterusnya. 

24
B. Masalah Angkatan Kerja di Indonesia

Berikut ini beberapa masalah angkatan kerja di Indonesia :

a. Rendahnya kualitas tenaga kerja

Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat pendidikan
negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah.
Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja,
sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.

b. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja

Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan
membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam
lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin
banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.

c. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih
kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan
demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak
sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.

d. Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia mengalami


gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya
perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di
sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran akan semakin
banyak.

25
e. Problem Gaji / UMR

Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah rendahnya atau tidak
sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini , yakni kebutuhan hidup semakin meningkat,
sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak protes kaum
buruh. Adapun dalam sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi penarik
bagi para investor asing. Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan pendapatan
pemerintah (bukan rakyat), justru memelihara kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan
pihak pemerintah lebih sering memihak ‘sang investor’ , dibanding dengan buruh (yang
merupakan rakyatnya sendiri) ketika terjadi krisis perburuhan. Rendahnya gaji juga berhubungan
dengan rendahnya kualitas SDM. Persoalannya bagaimana, SDM bisa meningkat kalau biaya
pendidikan mahal? Solusi terhadap problem UMR dan UMD ini tentu saja harus terus
diupayakan dan diharapkan mampu membangun kondisi seideal mungkin.

C. Dampak Angkatan Kerja di Indonesia

Dalam kehidupan sehari – hari angkatan kerja dapat memiliki pengaruh dalam kehidupan
sehari – hari. Salah satunya yaitu dapat memberikan dampak yang kurag baik dalam kehiduapn
sehari – hari, seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Dan apabila pengaruh tersebut
tidak dicarikan solusinya, tentunya permasalahan ini akan membawa dampak yang buruk bagi
kestabilan perekonomian Negara. Dan dampak-dampak negatif lainnya diantaranya:

a) Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa


memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500 perharinya
(berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan standar kemiskinan PBB yaitu
pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).
b) Makin beragamnya tindak pidana criminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun
seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal

26
seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap
nasi. 
c) Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya.
Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau
pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-
segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang. 
d) Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan.
e) Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
f) Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan
pendapatan nasional rill (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dapipada
pendapatan potensial (yang seharusnya)> oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
g) Pengangguran akan menyebabkan pendapatan perkapita, dan pendapatan nasional dari sector
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan
kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun.
Dengan demikian pajak yang harus diterima dari masyarakat pun akan menurun.Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintaha pun akan berkutang
sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.· Pengangguran tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli
masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang produksi akan
berkuran. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk
melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi
menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.Bottom of Form

Rendahnya kulitas tenaga kerja di Indonesia dapat mengakibatkan banyaknya


pengangguran. Pengangguran adalah penduduk usia kerja yang sedang mencari pekerjaan. Orang
semacam ini merugikan negara dan secara khusus memberatkan keluarga karena kebutuhan

27
menjadi beban atau tanggungan keluarga yang sudah bekerja. Indikator tingkat beban disebut
dependency ratio (DR)

D. Cara Mengatasi Permasalahan Angkatan Kerja

Fakta di lapangan sering menunjukkan kepada kita bahwa kualitas tenaga kerja Indonesia harus
ditingkatkan. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas yang
memungkinkan masuknya tenaga-tenaga kerja asing ke tanah air, maka pemerintah dan
masyarakat Indonesia mutlak harus meningkatkan kualitas tenaga kerjanya agar mampu
bersaing dengan tenaga kerja luar negeri. Sebagai gambaran, saat ini kualitas tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri masih dianggap lebih rendah dibanding kualitas tenaga
kerja dari negara tetangga seperti Filipina. Dengan bukti bahwa tenaga kerja Filipina dihargai
(dibayar) beberapa kali lipat lebih mahal dibanding tenaga kerja Indonesia. Oleh karena itu,
sudah selayaknya bila pemerintah dan masyarakat berupaya untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja. Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui:

1. Jalur formal, seperti sekolah umum, sekolah kejuruan dan kursus-kursus.

Diharapka dengan adanya peningkatan kualitas dan skill yang dimiliki oleh teaga kerja, dapat
dikembangkan di dalam jalur formal seperti sekolah, universitas, kursus, dll. Selain itu dengan
adanya jalur ini pula diharapkan dapat memberikan pemahaman yang leih baik kepada para
masyarakat yang ingin bekerja, agar dapat mempersiapkan dirinya untuk dapat bersaing dengan
pekerja yang lain. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas
yang memungkinkan masuknya tenaga-tenaga kerja asing ke tanah air, maka pemerintah dan
masyarakat Indonesia mutlak harus meningkatkan kualitas tenaga kerjanya agar mampu
bersaing dengan tenaga kerja luar negeri. Oleh karena itu, melalui jalur ini dharapkan masyarakat
dan pemrintah dapat mempersiapkan diri dan meningkatkan kemampuan untuk bekerja diera
yang akam datang.

2. Jalur nonformal, yang terdiri atas:

 Latihan kerja, yaitu kegiatan untuk melatih tenaga kerja agar memiliki keahlian dan
keterampilan di bidang tertentu sesuai tuntutan pekerjaan. Dalam hal ini Departemen Tenaga
Kerja sudah mendirikan BLK (Balai Latihan Kerja) di setiap Daerah Tingkat II.

28
 Magang, yaitu latihan kerja yang dilakukan langsung di tempat kerja. Magang umumnya
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan
yang dianggap tepat sebagai tempat latihan kerja. Tujuannya, setelah magang siswa
menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Kegiatan magang merupakan bagian dari proses Link
and Match (Keterkaitan dan Kecocokan).
 Meningkatkan kualitas mental dan spiritual tenaga kerja. Untuk meningkatkan kualitas
tenaga kerja, tidak hanya mengutamakan segi pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
Akan tetapi, kualitas mental dan spiritual seperti: keimanan, kejujuran, semangat kerja,
kedisiplinan, terampil, inovatif, cerdas, bisa saling menghargai dan bertanggung jawab juga
perlu ditingkatkan juga perlu ditingkatkan.
 Meningkatkan pemberian gizi dan kualitas kesehatan Tenaga kerja tidak mampu bekerja
dengan baik bila kurang gizi dan kurang sehat. Kurang gizi bahkan bisa menurunkan
kualitas otak (kecerdasan) yang justru sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Dengan demikian, peningkatan pemberian gizi dan kesehatan sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
 Meningkatkan pengadaan seminar, workshop yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu.
Pada umumnya tenaga kerja pada level menengah ke atas seperti kepala seksi, kepala bagian
dan sejenisnya dapat meningkatkan kualitas dirinya dengan mengikuti berbagai seminar
workshop dan sejenisnya. Peningkatan wawasan sangat berguna bagi tenaga kerja pada level
menengah ke atas, karena bisa digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan
atau dalam pembuatan rencana dan strategi.

D.1 Cara Mengatasi Pengangguran

Pengangguran ada beberapa macam, yaitu pengangguran struktural,pengangguran konjungtural


(siklikal), pengangguran friksional, dan pengangguran musiman.

Berikut ini akan diuraikan cara-cara mengatasi berbagai macam pengangguran :

D.1.1. Cara Mengatasi Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural terjadi karena perubahan struktur ekonomi, misalnya dari agraris ke
industri. Untuk mengatasi pengangguran structural bisa dilakukan cara-cara berikut:

29
 Memindahkan para pengangguran ke tempat yang lebih membutuhkan.
 Membuka pendidikan dan pelatihan bagi para pengangguran agar dapat mengisi lowongan
pekerjaan yang sedang membutuhkan.
 Mendirikan industri dan proyek-proyek padat karya untuk menampung para penganggur.
 Meningkatkan mobilitas (perputaran) modal dan tenaga kerja agar mampu menyerap para
penganggur.
 Menyadarkan masyarakat akan pentingnya menguasai teknologi modern dalam rangka
menyesuaikan diri dengan perubahan struktur perekonomian.

D.1.2. Cara Mengatasi Pengangguran Konjungtural (Siklikal)


Pengangguran konjungtural terjadi karena naik turunnya kegiatan perekonomian yang suatu saat
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat yang diikuti oleh turunnya permintaan terhadap
barang dan jasa. Untuk mengatasi pengangguran konjungtural, bisa dilakukan cara-cara
berikut :
 Meningkatkan daya beli masyarakat dengan membuka berbagai proyek-proyek pemerintah.
 Mengarahkan masyarakat agar menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa
sehingga permintaan terhadap barang dan jasa meningkat.
 Menciptakan teknik-teknik pemasaran dan promosi yang menarik agar masyarakat tertarik
membeli barang dan jasa.

D.1.3. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional


Pengangguran friksional terjadi karena adanya pekerja yang ingin pindah mencari pekerjaan
yang lebih baik dan cocok di perusahaan lain. Untuk mengatasi pengangguran ini bisa dilakukan
dengan cara menyediakan sarana informasi lowongan kerja yang cepat, mudah dan murah
kepada pencari kerja. Misalnya, dengan menempelkan iklan-iklan lowongan kerja di tempat-
tempat umum secara rutin.

D.1.4. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman


Pengangguran musiman terjadi karena perubahan musim atau karena perubahan permintaan
tenaga kerja secara berkala. Cara yang dilakukan, untuk mengatasi pengangguran musiman,
antara lain:

30
 Memberikan latihan keterampilan yang lain seperti menjahit, mengelas,
menyablon dan membordir. Dengan demikian, mereka dapat bekerja
sambil menunggu datangnya musim tertentu.
 Segera memberikan informasi bila ada lowongan kerja di sektor lain. “PHK dan Jumlah
Pengangguran” Seiring dengan kontraksi perekonomian yang sangat dalam pada
tahun 1997 -1998 jumlah pengangguran meningkat sebagai akibat terus berlangsungnya
gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor. Tekanan yang berasal dari
kenaikan biaya produksi di satu sisi, dan melemahnya daya serap pasar domestik di sisi lain,
telah memaksa berbagai sektor mengurangi skala usaha. Dalam pada itu, secara riil, upah
minimum regional (UMR) mengalami penurunan sebagai akibat tingginya inflasi.
Jumlah pengangguran terbuka (open unmployment) yang pada tahun 1997 tercatat sebesar
4,3 juta orang pada tahun 1998 meningkat menjadi 5,1 juta orang, atau 5,5 % dari jumlah
angkatan kerja. Apabilajumlah pengangguran terselubung (underemployment) sebesar 8,6
juta orang diperhitungkan, jumlah pengangguran meningkat menjadi 13,7 juta orang.
Walaupun kontraksi perekonomian cukup dalam. Tingkat pengangguran relatif rendah
karena pekerja yang terkena PHK di sektor formal pada umumnya segera beralih pekerjaan
ke sektor informal demi mempertahankan kelangsungan hidup. Dengan asumsi
bahwa setiap pekerja menanggung beban dua orang –seorang istri dan seorang anak–
meningkatnya pengangguran tersebut berdampak pada hilangnya daya beli sebanyak 41,1
juta orang. Dalam tahun 1998, sebanyak 831 perusahaan secara resmi
melakukan PHK terhadap 108.363 orang, sementara 91 perusahaan masih dalam proses
PHK dengan jumlah pekerja sebesar 13.323 orang. Pada kenyataannya, angka tersebut dapat
jauh lebih tinggi karena banyak perusahaan yang tidak melaporkan proses PHK ke
Departemen Tenaga Kerja.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang
sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti patani yang sedang menunggu
panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedag mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau
bekerja secara tidak optimal disebut pengangguran. Sedangkan, Tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka
yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah
tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2)

Dalam mengukur tingkat angkatan kerja dapat melalui TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja yakni salah satu ukuran ketenegakerjaan yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK
dilakukan dengan cara menghitung jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi dengan seluruh
tenaga kerja atau penduduk usia kerja kemudian dikalikan 100. Jika TPAK 75 persen, artinya
terdapat 75 orang angkatan kerja, yaitu mereka yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan,
setiap 100 orang tenaga kerja. Berdasarkan TPAK kita dapat melakukan perkiraan, berapa besar
penduduk usia kerja yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.

Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan tertulis atau tidak tertulis
yang mengatur seseorang mulai dari sebelum, selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan
dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan dan apabila di langgar dapat terkena sanksi
perdata atau pidana termasuk lembaga-lembaga penyelenggara swasta yang terkait di bidang
tenaga kerja.

Angkatan kerja dan tenaga kerja memiliki klasifikasi dalam melihat tingkat angkatan kerja dan
tenaga kerja, yakni :

32
 Bukan angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang tidak bersedia
bekerja atau belum bekerja. Misal, pelajar dan mahasiswa yang masih bersekolah.

 Angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif yang sudah mempunyai
pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Artinya sekelompok penduduk ini dalam usia
kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang
sedang mencari pekerjaan, mereka yang mengurus rumah tangga

Sedangkan untuk tenaga kerja memiliki tingkatan dalam melihat tenaga kerja tersebut untuk
dapat bekerja, yakni :

Tenaga kerja berdasarkan penduduknya

 Tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan,
yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
 Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada permintaan bekerja.

Tenaga kerja berdasarkan kualitasnya

 Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran
dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: pengacara,dokter, guru, dan lain-lain.
 Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan
secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya:apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
 Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga
saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

Angkatan Kerja menurut islam adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang dengan anggota badan atau pikirannya bekereja untuk mendapat imbalan yang
pantas. Sedangkan Tenaga kerja menurut islam adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan
oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapat imbalan yang pantas. Tenaga kerja sebagai
33
faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila
tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang
tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan.

Berikut ini beberapa masalah angkatan kerja di Indonesia :

a. Rendahnya kualitas tenaga kerja

b. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja.

c. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

d. Pengangguran

e. Problem Gaji / UMR

Dalam kehidupan sehari – hari angkatan kerja dapat memiliki pengaruh dalam kehidupan sehari
– hari. Salah satunya yaitu dapat memberikan dampak yang kurag baik dalam kehiduapn sehari –
hari, seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Dan apabila pengaruh tersebut tidak
dicarikan solusinya, tentunya permasalahan ini akan membawa dampak yang buruk bagi
kestabilan perekonomian Negara. Dan dampak-dampak negatif lainnya diantaranya:

h) Timbulnya kemiskinan.
i) Makin beragamnya tindak pidana criminal
j) Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya.
k) Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan.
l) Terganggunya kondisi psikis seseorang.
m) Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya.
n) Pengangguran akan menyebabkan pendapatan perkapita, dan pendapatan nasional dari sector
pajak berkurang.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai upaya, yakni :

34
1. Jalur formal, seperti sekolah umum, sekolah kejuruan dan kursus-kursus.

2. Jalur nonformal

Dalam kehidupan sehari – hari angkatan kerja memiliki peran dan manfaat yang cukup penting
dalam kehidupan sehari – hari. Karena manfaat angkatan kerja dapat dibagi menjadi 3
karakteristik, yakni :
 Manfaat bagi Diri Sendiri
 Manfaat bagi Perusahaan
 Manfaat bagi Negara

B. Saran

Angkatan kerja merupakan sekelompok penduduk usia produktif yang sudah mempunyai
pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Artinya sekelompok penduduk ini dalam usia kerja
yang siap melakukan pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang mengurus rumah tangga. Namun ada angkatan kerja yang masih belum
mendapatkan pekerjaan. Penyebab angkatan kerja tersebut belum dapat bekerja dapat disebabkan
karena berbagai hal, tetapi tetap angkatan kerja disebut sebagai pengangguran. Oleh karena itu,
masyarakat dan pemerintah apabila ingin menurunkan dan menghilangkan angkatan kerja yang
masih belum dapat bekerja, harus dapat memberikan solusi dan cara yang tepat agar
permasalahan tersebut tidak dapat terjadi kembali. Karena dengan berbagai pengertian, upaya
dan cara dapat memberikan pemahaman kepada angkatan kerja yang nantinya akan siap terjun ke
dunia kerja untuk dapat mempersiapkan dirinya dan terus mengembangkan dirinya agar lebih
baik dalam bekerja baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain.

35
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik.

Lazuardi, Khoirul, 2014, Pengertian angkatan kerja, tenaga kerja, kesempatan kerja, dan

pengangguran, https://khoirullazuardi.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 14 Maret 2016)

Mankiw, Gregory, dkk, 2012, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta : Salemba Empat.

Mastugino, 2013, Angkatan dan Tenaga Kerja. http://mastugino.blogspot.co.id. (Diakses pada

tanggal 12 Maret 2016)

Muawanah, 2013, Pengertian tenaga kerja dan angkatan kerja.

http://muawanahcius.blogspot.co.id. (Diakses pada tanggal 14 Maret 2016)

Nugraha, Yunita, 2013, Ketenagakerjaan dalam Islam.

http://ketenagakerjaandalamislam.blogspot.co.id. (Diakses pada tanggal 12 Maret 2016)

Sukirno, Sadono, 2015, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Sule, Epol, 2015, Makalah dampak angkatan kerja, http://sule-epol.blogspot.co.id. (Diakses

pada tanggal 14 Maret 2016)

Tugas dalam hidup, 2011, Tenaga Kerja dalam Pandangan Islam

http://tugasdalamhidup.blogspot.co.id. (Diakses pada tanggal 12 Maret 2016)

Wicaksono, Purwo, 2014, Makalah tentang tenaga kerja Indonesia.

https://purwokowicaksono26.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 12 Maret 2016)

36

Anda mungkin juga menyukai