Anda di halaman 1dari 10

Cara Menghitung Kewajiban Zakat Mal

Oleh QM Financial | Yahoo! SHE – Sen, 8 Jul 2013 15:04 WIB


 Email
 Sarankan
301
 Tweet

 Cetak
RELATED CONTENT
 Lihat Foto

counting money

“Ramadan tiba, Ramadan tiba, marhaban ya Ramadan, marhaban ya Ramadan...”- Tompi

Sesaat mendengar lagu dari Tompi ini mengingatkanku bahwa Ramadan telah hampir tiba. Dan
seperti Ramadan sebelumnya, mulailah saya sebagai muslim menghitung zakat mal (harta ) saya.

Zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang Anda keluarkan jika sudah mencapai batasannya
(nishab). Zakat ini berbeda dengan zakat penghasilan yang diwajibkan kepada Anda setiap kali
mendapat penghasilan.

Agar tidak terjadi kebingungan, berikut perbedaannya:


• Zakat penghasilan keluar setiap kali Anda memiliki penghasilan. Misalnya setiap sebulan
sekali, besarnya 2.5% dari total penghasilan. Nishabnya rata-rata adalah jika berpendapatan total
Rp3 juta per bulan.

• Zakat mal keluar jika aset lancar Anda (tabungan, deposito, emas, reksadana, saham, ORI
atau Sukuk termasuk nilai tunai asuransi) dan aset tetap yang tidak digunakan (contoh: rumah
yang tidak ditempati dan tidak digunakan untuk bisnis apapun) totalnya mencapai 85 gram emas
(harga saat itu). Dan syarat kedua adalah aset tersebut sudah 1 tahun Hijriyah. Besar zakatnya
2.5%.

Masih bingung? Nah, saya berikan contoh ya.

Misalkan Anda berpenghasilan total Rp3 juta per bulan. Maka zakat penghasilan Anda setiap
bulan adalah 2.5% x Rp3 juta = Rp75 ribu

Pada Ramadhan 1431 H Anda menghitung aset sebagai berikut:


Tabungan = Rp10 juta
Deposito = Rp10 juta
Total = Rp20 juta
Pada saat itu emas 85 gram setara dengan Rp40 juta.

Karena nishab zakat adalah harta yang umurnya sudah satu tahun, maka zakat pada 1431H dapat
Anda bayarkan pada Ramadhan 1432H. Namun karena nishab Anda belum terpenuhi (aset
dibawah setara 85 gram emas) maka Anda tidak wajib zakat mal.

Lalu bulan Ramadhan tahun berikutnya, Anda menghitung kembali aset Anda dan ternyata
hasilnya sebagai berikut:
Tabungan = Rp30 juta
Deposito = Rp20 juta
Total = Rp50 juta
Emas 85 gram pada saat itu setara dengan Rp45 juta.

Maka, Anda wajib membayar zakat aal.


Kenapa? Karena aset yang Anda miliki sudah lebih dari setara 85 gram emas. Dan yang Anda
bayarkan adalah (2.5% x Rp50 juta = Rp1,25 juta).
Uang zakat tersebut dapat Anda bayarkan pada Ramadhan 1433H.

Semoga penjelasan di atas cukup jelas, ya.

Jangan lupa ya, hitung berapa aset yang Anda miliki ,dan jika sudah mencapai nishabnya mari
tunaikan zakat mal.

Sambut Ramadhan dan selamat berzakat


Kaukabus Syarqiyah
Independent Financial Planner
PT. Quantum Magna
www.qmfinancial.com

Apakah Piutang Bisa Dikonversikan Menjadi


Zakat?
Republika – Sen, 19 Sep 2011 10:08 WIB
 Email



 Cetak
RELATED CONTENT
 Lihat Foto

Zakat-ilustrasi
Pertanyaan :

Assalamu'alaikum wr.wb

Saya memiliki sejumlah uang yang dipinjam oleh beberapa orang. Beberapa di antara mereka
adalah orang miskin. Daripada saya menagih uang tersebut dan mereka sepertinya kurang
mampu untuk mengembalikannya, bagaimana kalau piutang tersebut saya jadikan zakat profesi
sehingga orang tersebut tidak perlu mengembalikannya, boleh ga ya?

Terimakasih

Wassalam - Nana

Jawaban :

Wa'alaikumussalam wr wb

Mba Nana yang dirahmati Allah, Salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat
adalah orang yang berhutang (al-Gharimun). Namun demikian, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh orang yang memiliki hutang untuk mendapatkan bagian zakat, antara lain,
Pertama: dia benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk membayar hutangnya; Kedua:
hutangnya tersebut bukanlah untuk perbuatan maksiat dan Ketiga: hutang tersebut sudah jatuh
tempo.

Ketika semua syarat itu terpenuhi, maka dibolehkan berzakat kepada orang yang berhutang,
dengan tidak lupa memberitahukan status peralihan hutangnya tersebut.

Kewajiban bagi pengutang adalah membayar hutangnya, dan hak pemberi utang adalah
menerima bayaran piutangnya. Keinginan mba Nana untuk menjadikan piutang sebagai zakat
karena melihat orang tersebut tidak sanggup lagi membayarnya, adalah perbuatan yang baik lagi
mulia. Namun akan sangat lebih baik lagi, jika mba Nana membebaskan hutang tersebut sebagai
sebuah bentuk sedekah. Sebagaimana firman Allah SWT:

"dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui" (Q.S. Al-Baqarah: 280)
Wassalaamualaikum wr wb

Deni Lubis

Zakat-zakat Yang Sering Terlewat


Oleh Eka Agustina | QM Financial | Yahoo! SHE – Jum, 3 Agu 2012 16:36 WIB
 Email



 Cetak

Anda yang sudah menerima THR, boleh bergembira karena ada tambahan penghasilan bulanan
yang dapat Anda gunakan untuk keperluan operasional Lebaran. Biasanya, saat menerima THR
kita akan membuat sederet panjang daftar alokasinya. Sebutlah ongkos mudik dan THR pekerja
di rumah, beli baju baru, membelikan hadiah untuk anggota keluarga, hingga menyiapkan
angpau untuk keponakan.

Pernahkah terlintas di benak Anda, bahwa sebenarnya kita bisa membayar zakat maal dengan
memanfaatkan uang THR? Atau... sadarkah Anda bahwa THR itu perlu dizakatkan juga?
Suasana pembayaran zakat fitrah. (Tony Hartawan / TEMPO)

Selama ini kita sering mengenal istilah zakat fitrah, yaitu zakat yang kita bayarkan saat
Ramadan, sebelum khotbah Lebaran berakhir. Besarnya zakat fitrah per orang adalah sebanyak
2.5 kg beras yang biasa kita konsumsi. Jika kita mengonsumsi beras Rp 10 ribu/kg, maka
besarnya zakat fitrah yang harus kita bayarkan adalah sebesar Rp 25 ribu/orang. Zakat fitrah
biasanya rutin kita lakukan karena momennya pas.

Nah, selain zakat fitrah, kita juga diwajibkan untuk membayar zakat maal, yaitu zakat atas harta
yang kita miliki, dengan syarat dan ketentuan tertentu. Sebagai pembersih harta, sebaiknya zakat
maal ini dilunasi agar harta yang kita miliki lebih berkah karena sudah kita tunaikan hak orang
lain di dalamnya.

Apa saja kategori “harta” yang harus ditunaikan zakat maal-nya?

– Milik penuh, bukan atas nama orang lain


– Berkembang (berpotensi untuk berkembang, atau dapat bertambah bila diusahakan), misalnya
hasil pertanian, peternakan, hasil usaha, hasil investasi, barang temuan, bisnis, aset lancar.
– Cukup Nishab (mencapai jumlah tertentu)
– Lebih dari kebutuhan pokok
– Bebas dari utang yang jatuh tempo
– Berlalu satu tahun (hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil
pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.

Untuk memudahkan, hitungan zakat ini bisa dibuat per 12 bulan hijriyah. Misal, kita hitung per
Ramadan. Artinya, jika Ramadan tahun lalu aset lancar kita berjumlah Rp 100 juta, dan
Ramadhn tahun ini berjumlah Rp 150 juta, maka jumlah harta yang wajib dizakatkan adalah
senilai Rp 100 juta, karena hitungannya sudah masuk 1 tahun haul.

Nishab (batas tertentu suatu harta wajib dizakatkan) untuk aset lancar setara dengan nishab
emas dan perak. Jika sudah mencapai nilai setara dengan 85 gram emas murni dalam setahun,
maka harta tersebut tersebut sudah harus dizakatkan. Besarnya zakat adalah 2.5% dari jumlah
harta.

Jika Anda memiliki aset yang tidak digunakan, maka zakatnya dihitung dari nilai wajar aset
tersebut. Misal, Anda memiliki rumah senilai Rp 1 miliar yang tidak ditempati dan dibiarkan
kosong. Setiap tahun, Anda dikenai kewajiban zakat atas rumah tersebut sebesar Rp 25 juta. Lain
lagi jika rumah tersebut Anda sewakan. Misal, uang sewa sebesar Rp 100 juta per tahun, maka
zakat yang harus Anda tunaikan hanya sebesar Rp 2.5 juta saja, yaitu 2.5% dari uang sewanya,
bukan dari nilai wajar rumahnya.

Islam memang mendorong agar semua aset yang kita miliki itu berdaya guna dan tidak
mengendap tanpa manfaat. Untuk itu, aset-aset yang dipakai tidak dikenai zakat.

Bagaimana dengan penghasilan bulanan dan tahunan seperti THR dan bonus?

Nishab zakat penghasilan dianalogikan pada zakat emas, 85 gram emas murni dalam 1 tahun
dengan tarif zakat sebesar 2.5%. Jika Anda berpenghasilan Rp 10 juta per bulan, maka zakat yang
Anda harus tunaikan sebesar Rp 250 ribu.

THR dan bonus pun zakatnya dihitung dengan cara yang sama. Jadi jika gaji Anda Rp 10 juta per
bulan (zakat sebesar Rp 250 ribu) dan bulan ini Anda menerima THR sebesar gaji, maka zakat
THR pun Rp 250 ribu.

Salam,
Eka Agustina/ QM Planner
Mengapa Orang Mengigau dan Berjalan dalam
Tidur?

Oleh Plasadana | Yahoo! SHE – Sel, 26 Feb 2013 15:44 WIB


 Email
 Sarankan
156
 Tweet

 Cetak
RELATED CONTENT
 Lihat Foto

There’s Sleep Walking, Sleep Eating and Then There’s This

Oleh: Marmi Panti Hidayah

Banyak orang tidak menyadari kebiasaannya di kala tidur, seperti mengigau, mengerat gigi, atau
bahkan berjalan saat tidur. Informasi ini biasanya didapat dari teman tidur. Tapi apa yang
menyebabkan perilaku ini?

Mengigau dikatagorikan sebagai parasomnia yang berarti perilaku abnormal saat tidur. Kejadian
ini sangat umum dan biasanya tidak dianggap sebagai masalah medis. Sebuah jajak pendapat
pada 2004 menyebutkan bahwa 1 dari 10 orang mengigau beberapa malam dalam seminggu.

Orang mengigau biasanya dikaitkan dengan obat-obatan tertentu, emosi, stres, demam,
gangguan kesehatan mental, dan penyalahgunaan zat.

Mengapa orang bisa mengigau?


Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa dari Universitas Hassanudin, dr. Erlyn Limoa, SpKJ,
mengigau adalah bagian dari mimpi. Secara teoritis, mimpi merupakan sesuatu yang kita
pendam di bawah sadar. Kadang-kadang, apa yang kita bicarakan sebelum tidur juga masuk ke
dalam bawah sadar. Dalam kondisi bermimpi itulah, seseorang bisa tiba-tiba berbicara sendiri
atau menggumam.
Namun bukan berarti itu pertanda seseorang tengah menanggung beban pikiran. “Sekalipun
bukan menjadi beban pikiran, kalau ia serius membicarakan sesuatu bisa dibawa ke mimpi,”
katanya.

Menurutnya, mengigau tidak berbahaya, karena ia hanya bunga tidur. Sejauh ini, lanjutnya,
belum ada cara untuk menghentikan kebiasaan tersebut. “Selama tidak mengganggu dan tidak
merugikan yang bersangkutan, untuk apa diobati?” ujar Erlyn.

Lain halnya bila seseorang mempunyai kebiasaan berjalan saat tidur. “Kebiasaan tersebut secara
sekunder berbahaya. Bisa dibayangkan, kalau dalam kondisi tidur berjalan sampai menabrak
sesuatu,” katanya.

Belum banyak penelitian terkait kebiasaan tidur tersebut. Dan biasanya orang-orang seperti ini
jarang berobat atau konsul ke psikiater, karena menganggap tidak berbahaya.

Berjalan saat tidur ini terjadi karena pengaruh gelombang tidur. “Jadi kemungkinan gelombang
tidurnya tidak masuk ke tidur dalam. Kalau orang seperti ini pergi ke dokter, bisa jadi akan
diberikan obat untuk membantu gelombang tidurnya supaya dia bisa tidur lebih dalam,”katanya.

Soal kemungkinan penyembuhan, Erlyn mengatakan penanganan kebiasaan berjalan saat tidur
tidak bisa disamakan dengan orang menderita penyakit. Kalau penyakit, orang bisa sembuh
dengan cukup minum obat. Tetapi kalau kebiasaan tidur, yang bisa dilakukan hanyalah
melakukan pencegahan dengan memperbaiki pola tidurnya. Biasanya dokter menganjurkan agar
orang tersebut rileks sebelum tidur.

Karena kebiasaan ini bisa berbahaya secara sekunder, maka Erlyn menyarankan orang yang
punya kebiasaan berjalan saat tidur untuk berkonsultasi dengan psikolog. Bila kondisinya sudah
berat dan sudah mengganggu, misalnya dalam seminggu bisa 2-3, barulah ke psikiater.

Anda mungkin juga menyukai