Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329356902

Menghijaukan Perusahaan

Article · December 2018

CITATIONS READS
0 4

1 author:

Andreas Lako
Soegijapranata Catholic University
66 PUBLICATIONS   42 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

GREEN ACCOUNTING: CONCEPTUAL FRAMEWORK AND APPLICATION View project

All content following this page was uploaded by Andreas Lako on 02 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Menghijaukan Perusahaan

Oleh: Andreas Lako


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
email: andreaslako66@gmail.com

(Diterbitkan majalah motivasi LUARBIASA, No.47 Tahun IV November 2012, hlm 32-34)

Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan terhadap para pelaku bisnis di Tanah Air untuk
menghijaukan bisnis dan perusahaan (greening the corporation) agar lebih ramah kepada
masyarakat dan lingkungan dalam praktik bisnis dan operasi perusahaan kian menguat. Tekanan
itu tidak hanya berasal dari pemerintah dan DPR, tapi juga dari para stakeholder (pemangku
kepentingan) perusahaan sendiri.

Pemerintah dan DPR sudah mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab


sosial dan lingkungan melalui Pasal 66 dan Pasal 74 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Peraturan Pemerintah (PP) No.47/2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas. Sejumlah regulasi lainnya juga mewajibkan hal yang sama
sehingga mau tidak mau perusahaan harus melaksanakannya.

Demikian pula para stakeholder perusahaan


seperti pemegang saham atau investor, kreditor,
pemasok, konsumen, masyarakat luas dan bahkan
karyawan sendiri. Mereka juga menghendaki agar
perusahaan menjalankan bisnis yang ramah
masyarakat dan lingkungan.

Para investor, misalnya. Dalam beberapa tahun terakhir, ada tren peningkatan
keasadaran “hijau” para investor yang hanya ingin berinvestasi pada bisnis dan perusahaan yang
ramah lingkungan karena risikonya rendah dan prospek investasinya bagus secara
berkelanjutan. Sebagai pemilik, para investor juga mendesak dan mengarahkan manajemen
perusahaan untuk menjalankan bisnis yang ramah sosial dan lingkungan. Misalnya, dalam wujud
aktivitas corporate social responsibility (CSR) yang kian marak dalam beberapa tahun terakhir.
Para investor melakukan hal itu sebagai wujud partisipasi aktif dalam upaya menyelamatkan bumi
dari bahaya krisis lingkungan yang kian serius.
Para kreditor juga mulai meningkat kesadaran dan komitmen “hijau” mereka. Dalam
kebijakan pinjaman kepada para debitur korporasi, perbankan dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya hanya memberikan pinjaman dan insentif kepada pebisnis atau korporasi yang ramah
lingkungan. Alasannya, karena risiko kreditnya rendah dan prospek pengembalian debitur bagus
dan berkelanjutan. Saya mencermati, tren kesadaran dan komitmen hijau dari lembaga-lembaga
keuangan dan perbankan untuk menghijaukan keuangan dan perbankan (greening the banking)
dalam mendorong korporasi berperilaku ramah lingkungan dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, negara-negara industri dan ekonomi maju, Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB) dan lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, dan sejumlah organisasi non
pemerintahan (LSM/NGO) juga sedang memberikan tekanan yang kuat kepada korporasi global,
termasuk korporasi Indonesia, untuk segera peduli pada isu-isu sosial dan lingkungan.

Dalam KTT Rio+20 di Rio de Janeiro (Brasil) pada 20-22 Juni 2012 yang dihadiri 105
kepala negara dan kepala pemerintahan serta 487 menteri dari 191 negara (termasuk Presiden
SBY dari Indonesia), disepakati bahwa gerakan Ekonomi Hijau (Green Economy) dalam upaya
mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan penghapusan kemiskinan perlu menjadi agenda
aksi global. Implikasinya, penghijaun terhadap ekonomi, bisnis, perusahaan dan manajemen
menjadi agenda krusial bagi pemerintah dan pelaku bisnis.

Karena itu, para pebisnis di Tanah Air suka atau tidak suka harus segera melakukan
transformasi paradigma dan praktik bisnis dari yang selama ini lebih berfokus pada upaya
memaksimalkan laba sebesar mungkin (profit oriented/profit maximization) menuju ke paradigma
dan praktik bisnis yang baru. Yaitu, paradigma bisnis hijau atau paradigma bisnis berkelanjutan
(sustainable business).

Paradigma baru tersebut menghendaki bahwa pembangunan bisnis mesti


mengintegrasikan dan mensinergiskan kepentingan bisnis untuk meningkatkan laba dan nilai
perusahaan serta nilai ekuitas pemilik/pemegang saham (profit) dengan kepentingan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi dan ekologi masyarakat (people) dan memelihara
kelestarian lingkungan dan ekosistemnya (planet).

Tujuan utama integrasi dan sinergisitas tersebut adalah


untuk menjaga keberlanjutan perusahaan dan bisnisnya, serta demi
memacu pertumbuhan laba dan nilai ekuitas perusahaan.
Sementara tujuan umumnya adalah agar perusahaan turut serta
secara aktif ambil bagian dalam upaya global mengatasi krisis sosial dan lingkungan, serta
menyelamatkan bumi dari bahaya kehancuran atau pemanasan global akibat kerusakan alam
semesta yg kian serius. Dari perpektif sosial-ekonomi-politik, integrasi dan sinergisitas tersebut
sangat penting agar kontribusi ekonomi dan sosial perusahaan kepada negara dan masyarakat
tetap berlanjut dan kian membesar.

Untuk mewujudkan integrasi dan sinergisitas itu, kebanyakan pebisnis memang telah
bersepakat bahwa menghijaukan perusahaan dalam upaya menghijaukan bisnis dan laba
menjadi agenda penting dan mendesak. Namun, bagaimana caranya, mereka masih bingung.
Tulisan ini berupaya memberikan arahan umum tentang strategi menghijaukan perusahaan.

Menghijaukan perusahaan (greening the corporation) merupakan upaya yang dilakukan


pemilik dan manajemen untuk menghijaukan perusahaan agar menjadi perusahaan hijau (green
corporation). Perusahaan hijau adalah perusahaan yang dalam visi, misi, tujuan dan arahan
strategisnya, serta dalam struktur manajemen dan proses bisnisnya senantiasa
mengintegrasikan dan mensinergiskan kepentingan ekonominya dengan kepentingan-
kepentingan dari masyarakat dan lingkungan, serta adil dengan generasi-generasi selanjutnya.

Dalam pengertian itu, perusahaan didesak tidak boleh mengeksploitasi


masyarakat,sumberdaya alam dan lingkungan secara serakah. Apalagi, memiskinkan
masyarakat dan merusak lingkungan demi laba sebesar mungkin. Perusahaan dituntut
menjalankan bisnisnya secara efisien, efektif dan berkeadilan sosial dan ekologi (eco-efficiency,
eco-effectiveness, eco-justice) sehingga tercipta keberlanjutan bisnis dan laba perusahaan dalam
jangka panjang. Pertanyaannya, bagaimana memulainya?

Pertama, para pengusaha dan direksi perusahaan harus menyadari bahwa upaya
menghijaukan perusahaan menjadi kebutuhan hakiki yang mendesak. Seperti telah saya
sebutkan di atas, selain karena desakan dari pelaku pasar dan para stekeholder kian menguat,
penghijauan perusahaan dan bisnisnya justru menjadi solusi strategis untuk meningkatkan laba
dan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Pertumbuhan laba dan nilai aset perusahaan serta
nilai ekuitas pemegang saham justru akan terus bertumbuh apabila perusahaan peduli pada isu-
isu sosial dan lingkungan. Sejumlah hasil riset empiris telah memperkuat keyakinan tersebut.

Kedua, kesadaran dan gaung untuk memulai transformasi paradigma dan praktik bisnis
dari yang konvensional menuju paradigma dan praktik bisnis baru yang lebih ramah lingkungan
harus berawal dari para pemilik dan top manajemen perusahaan. (tone from the top).Tanpa
adanya gaung dan dukungan penuh dari pemilik dan top manajemen perusahaan maka upaya
untuk menghijaukan perusahaan bakal sia-sia. Karena itu, inisiatif, dorongan dan dukungan dari
pemilik dan top manajemen untuk menghijaukan perusahaan menjadi sangat penting.

Apabila para pebisnis sudah menyadari bahwa penghijauan perusahaan menjadi


kebutuhan hakiki bagi perusahaan dan kemudian mengambil inisiatif untuk mendorong
manajemen melakukan tranformasi perusahaan menuju perusahaan hijau (green company),
maka ada empat tahap yang perlu dilakukan pimpinan untuk menghijaukan perusahaan (lihat
Gambar 1: Strategi Menghijaukan Perusahaan).

Pertama, melakukan penghijauan terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan.
Pemilik atau pimpinan perusahaan mesti mengkaji ulang dan merumuskan kembali visi, misi,
tujuan dan sasaran perusahaan yang sudah ada agar lebih ramah dan sensitif terhadap isu-isu
sosial dan lingkungan. Visi, misi, tujuan dan sasaran tersebut akan memberikan arahan strategis,
taktikal dan operasional bagi jajaran manajemen dan karyawan dalam proses pembangunan
bisnis hijau yang berkelanjutan.

Kedua, melakukan penghijauan terhadap struktur dan fungsi-fungsi manajemen


perusahaan. Dalam hal ini, struktur manajemen, mulai dari manajemen puncak hingga
operasional, perlu dihijaukan pemahaman dan kompetensinya tentang arti penting penghijauan
perusahaan sehingga semua level manajemen memiliki persepsi dan gerak tindakan yang sama.

Perusahaan juga perlu mengembangkan struktur manajemen baru yang bertanggung


jawab mengembangkan, menginternalisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai, prinsip-
prinsip dan praktik-praktik bisnis yang ramah lingkungan serta melakukan monitoring dan
pengendaliannya. Struktur baru tersebut sebaiknya berada langsung di bawah direktur utama
(Dirut) sehingga koordinasi dan pengendaliannya untuk memastikan perusahaan menjadi green
company menjadi lebih efektif.

Fungsi-fungsi manajamen perusahaan, seperti fungsi keuangan dan akuntansi,


sumberdaya manusia, produksi, operasi, pemasaran, teknologi informasi dan lainnya juga perlu
dihijaukan. Misalnya, sistem, model dan indikator perencanaan keuangan, penilaian dan
pengukuran kinerja keuangan dan kinerja manajemen harus sensitif terhadap costs dan benefits
sosial dan lingkungan. Selama ini, hal itu cenderung diabaikan. Demikian pula pelaporan
informasi akuntansi tidak lagi hanya menyajikan informasi dan indikator-indikator keuangan saja
tapi juga harus disertai pula dengan informasi dan indiaktor-indikator sosial dan lingkungan.
Adopsi terhadap model Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Report) dari Global Reporting
Inisiatives (GRI) dapat menjadi solusinya.

Gambar 1
Strategi Menghijaukan Perusahaan

Greening the corporate


vision, mission, goal
and objective

Greening the
Greening the corporate
corporate Greening the management
accountability Corporation structure and
and function
transparance

Greening the
corporate
management process

Ketiga, melakukan penghijauan terhadap proses manajemen perusahaan. Pada tahap


ini, top manajemen perlu selalu menekankan bahwa setiap perencanaan, pengkoordinasian,
pengendalian manajamen dan pelaksanaan aktivitas bisnis harus senantiasa
mempertimbangkan dan menginternalisasikan isu-isu dan nilai-nilai sosial dan lingkungan secara
integrasi. Dengan demikian, tidak hanya kepentingan ekonomi yang menjadi fokus dalam
pertimbangkan proses manajemen perusahaan, tapi juga kepentingan sosial dan lingkungan.
Integrasi dan sinergitas pertimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam proses manajamen
pada akhirnya akan mencipatakan keseimbangan, keselarasan dan keberlanjutan perusahaan
dalam jangka panjang.
Keempat, melakukan penghijauan terhadap akuntabilitas perusahaan dan tranparansi
informasi. Penghijauan akuntabilitas perusahaan mensyaratkan perusahaan mesti
memperhitungkan semua konsekuensi ekonomik, sosial dan lingkungan yang bakal timbul dari
aktivitas ekonomi-bisnis perusahaan dalam keputusan manajerial dan pengelolaan bisnis secara
berkelanjutan. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (CSR) secara
tulus, iklas, berkelanjutan dan bertanggung jawab merupakan wujud dari corporate accountability
tersebut. Perusahaan juga mesti transparan dalam penyajian informasi akuntansi dengan
mengintegrasikan pelaporan informasi keuangan, sosial dan lingkungan serta tatakelola
perusahaan dalam satu paket pelaporan. Tujuannya, agar semua pihak bisa mengetahui
informasi tentang perusahaan secara utuh dan lengkap tentang kinerja dan nilai perusahaan,
pengelolaan perusahaan, serta risiko dan prospek perusahaan sehingga tidak tersesatkan dalam
pengambilan keputusan.

Selain empat tahap di atas, ada beberapa tips operasional yang dapat dilakukan top
manajemen untuk menghijauakan perusahaan.
Semoga sejumlah strategi yang dipaparkan di atas dapat bermanfaat menambah pengetahuan
para pebisnis untuk menghijaukan perusahaan agar menjadi perusahaan hijau.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai