Anda di halaman 1dari 3

Nama : Riscky A P Manafe

NIM : 752015001
Resensi Seksualitas dalam Aama dan Masyarakat

Spritualitas dan Sex


(Where sexuality and spirituality meet: An assessment
of Christian teaching on sexuality and marriage inrelation to the reality of 21st century
moral norms)

Manusia memiliki unsur spirtualitas dan seks dalam kehidupannya, dalam kehidupannya
manusia harus membuat keduanya memiliki ikatan yang kuat sehingga menghasilkan moral yang
layak untuk fondasi kehidupan manusia. Artikel ini bertujuan untuk memberikan solusi tentang
seks dan menikah, karena permasalahan masa kini yang berkaitan dengan subjek dari seks dan
menikah yang mengalami pergeseran makna di abad ke 21 atau abad millennium ini. Pada masa
kini gereja dan orang Kristen masih malu ketika berbicara tentang seks, bahkan gereja Kristen
sendiri mengalami kebingungan dalam melakukan pelayanan tentang permasalahan seks
terhadap anggotanya. Gereja menolak untuk melakukan pelayanan yang berkaitan dengan seks
terhadapt pasangan yang bukan suami istri. Dari pemaparan ini maka timbul pertanyaan dari saya
tentang konseling pernikahan yang dilakukan oleh gereja menjelang masa pernikahan, bukankah
salah satu unsur pernikahan adalah kehidupan seks? Yang kedepannya dalam sebuah hubungan
suami istri akan turut mempengaruhi keharmonisan rumah tangga? Berarti seks menjadi
perbincangan penting yang dilakukan pada saat konseling pernikahan?

Dapat dipahami bahwa pemahaman klasik yang diajarkan oleh gereja kepada orang
Kristen bahwa seks adalah sebuah dosa. Orang Kristen menganggap seks adalah dosa merupakan
akibat dari pandangan gereja sejak awal bahwa seks berhubungan dengan dosa. Ini dapat dilihat
dari pandangan umum dalam masyarakat Kristen yang sudah ada sejak dulu misalnya seks
sebelum menikah adalah dosa,homoseksual adalah dosa, masturbasi adalah dosa. Seks hanya
dipandang tidak berdosa dalam pernikahan selain itu tidak dibenarkan. Inilah mengapa
membicarakan seks seperti hal yang tabu bagi orang Kristen. Karena dibangunnya konsep
pemikiran tentang seks oleh orang Kristen melalui ajaran gereja yang sedemikian rupa maka
asosiasi antara seks dengan rasa malu itu menjadi sangat nyata di abad ke 21 ini, Rasa malu
adalah perasaan yang harus ditutupi dan disembunyikan. Selama berabad – abad, gereja dan
masyarakat telah menganggap pembicaraan tentang seks sebagai hal yg harus ditutupi, sehingga
pengetahuan tentang seks menjadi abstrak.
Melalui artikel ini saya pahami bahwa seksualitas ini di konstruksi langsung oleh budaya dan
mendapat legitimasi dari agama sedemikian rupa sehingga menjadikan seks sebagai hal yang
tabu dan dosa untuk dibicarakan secara umum dalam kehidupan manusia. Salah satu legitimasi
agama yang paling nyata adalah melalui tafsiran ayat-ayat kitab suci untuk menanamkan sebuah
ajaran yang dapat dikontrol secara terus menerus. Dalam artikel ini yang saya anggap sebagai
sebuah kekuatan yang memberi nilai baru dalam kehidupan saya untuk memahami seks adalah
tafsiran terbalik yang dilakukan bapak-bapak gereja terhadap kitab kidung agung, dalam kitab ini
sering kali kita jumpai kata-kata yang vulgar dan berbau seks, serta secara terbuka
menggambarkan oragan-organ tubuh laki-laki dan perempuan dalam kehidupan yang sangat
intim. Padahal yang seharusnya kita pahami bahwa seks dalam kitab ini menunjukkan cinta kasih
yang mendalam antara Tuhan dengan umat Israel, atau Yesus dengan gereja atau orang Kristen
mula-mula. Dari pemahaman inilah saya dapati bahwa legitimasi agama bisa mengakar dengan
kuat karena ketidak tahuan penafisr terhadap sejarah sesungguhnya dari kitab ini, sehingga
melakukan tafsiran secara keliru dan kemudian disampaikan kepada khalayak banyak. Kidung
agung dapat mengubah pandangan Kristen sekarang, bahwa seks bukanlah dosa tapi seks adalah
pemberian Tuhan yang indah. Walaupun tidak disebutkan bahwa pasangan dalam kidung agung
adalah pasangan yang menikah atau tidak, kegiatan seksual yang dijabarkan adalah hubungan
yang sangat intim dan penuh dengan cinta kasih, perhatian, komitmen dan kesukacitaan.

Dalam pandangan Kristen, menikah adalah norma (tapi bukan aturan). Muller (2007:379)
mengidentifikasi prinsip fundamental yang harus ada dalam sebuah hubungan: saling
melengkapi, kebebasan dan kemerdekaan, hubungan yang bersifat abadi. Ketika berbicara
tentang seks maka hal tersebut tidak akan lepas dari Pernikahan atau menikah, dewasa ini banyak
sekali kita temui bahwa seks di luar nikah adalah sebuah budaya popular yang sedang
berkembang dalam kehidupan masyarakat masa kini di Indonesia. Dimulai dari seks diluar nikah
antara pelajar, selingkuhan, sejenis, bahkan seks dengan binatang pun menjadi sebuah fenomena
yang sedang berkembang di tengah masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa
menikah akan berkaitan erat dengan etika-etika yang harus dipelihara, dalam pemahaman saya
terpikirakan bahwa menikah lalu berhubungan seks merupakan sesuatu yang legal dan
melakukan hubungan seks diluar nikah adalah illegal atau melanggar etika. Namun apakah
permasalah yang ada pada masa kini hanya berkaitan dengan seks antara perempuan dan laki-
laki? Ada banyak masalah seksual yang tidak terpecahkan secara tekstual dalam Alkitab. Alkitab
memang melarang homoseksual dan seks sebelum menikah, namun masih banyak hal yang
dipertanyakan misalnya mengenai peran gender dan seksualitas dalam masalah seks. Selain itu,
masalah di jaman modern seperti hubungan jangka panjang tanpa adanya pernikahan adalah
masalah etis dalam seksualitas yang harus dihadapi oleh gereja. Di belanda terdapat gereja yang
mengijinkan pasangan laki-laki dan perempuan hidup bersama dan melakukan hubungan seks
dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa menikah, hal ini terjadi karena tingginya angka
perceraian, hal ini berkaitan erat dengan etika karena apa gunanya menikah dan berhubungan
seks tetapi bercerai di masa mendatang? Etika Kristen jelas menolak hal yang disebut perceraian
karena berkaitan dengan moral dan ajaran kitab yang mengajarkan bahwa manusia yang sudah
dipersatukan oleh Tuhan melalui ikatan pernikahan tidak boleh di pisahkan oleh alas an apap pun
kecuali maut.

Kesimpulan dari artikel ini dapat saya pahami bahwa hasil kontruksi budaya dan
legitimasi agama selalu menjadi acuan perkembangan sebuah kebiasaan atau tradisi ditengah
kehidupan masyarakat, khususnya orang Kristen. Pada masa kini kehidupan seks manusia
mengalami perkembangan yang sangat pesat karena hadirnya teknologi dan manusia yang
semakin luas pergaulannya. Terkadang teknologi ikut menyumbang dan mempengaruhi sebuah
budaya, contohnya melalui teknologi elektronik dan berkembangnya internet maka ikut
mempengaruhi anak muda di Indonesia pada masa kini untuk dapat mengakses perkembangan
budaya dari luar Indonesia dengan mudah, salah satunya yaitu Blue Film. Melalui kebiasaan-
kebiasaan ini mendorong anak muda masa kini untuk melakukan hal-hal seperti yang terjadi di
Amerika contohnya. Dalam hal seksualitas bukan hanya budaya seks bebas antara laki-laki dan
perempuan yang ditiru, bahkan budaya LGBT pun ditiru. Pada hakikatnya seks adalah puncak
dari sebuah relasi yang memiliki tingkat keintiman yang tinggi, namu seks harus berada pada
posisi yang sewajarnya dalam kehidupan sosial maupun bergereja.

Anda mungkin juga menyukai