Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/257931624

Profil dan Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi dan Babi) Hasil analisis
FTIR dan GCMS

Article · November 2008


DOI: 10.15408/jkv.v1i3.219

CITATIONS READS

6 12,966

3 authors, including:

Sandra Hermanto Anna Muawanah


Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
17 PUBLICATIONS   35 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Antihypertensive bioactive peptide from food resources View project

All content following this page was uploaded by Sandra Hermanto on 22 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Profil dan Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi dan Babi)
Hasil Analisa FTIR dan GCMS

Sandra Hermanto*, Anna Muawanah, Rizkina Harahap


Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Shmt75@yahoo.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang analisa profil dan karakteristik beberapa lemak hewani sebagai
studi pendahuluan dalam rangka pengembangan metode analisa kehalalan pangan. Sampling
dilakukan terhadap tiga jenis sampel jaringan lemak hewani yang meliputi lemak ayam, lemak sapi
dan lemak babi. Sampel jaringan lemak ayam dan sapi diperoleh dari pasar tradisional sedangkan
sampel jaringan lemak babi diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan di daerah Jakarta Timur.
Masing-masing sampel jaringan lemak diekstrak dengan pemanasan langsung dan selanjutnya
dianalisa sifat fisikokimianya meliputi bobot jenis, indeks bias, titik leleh, bilangan asam, bilangan
iod dan bilangan penyabunan. Analisa lebih lanjut dilakukan dengan metode FTIR (Fourier
Transform Infra red) dan GCMS (Gas Chromatography Mass Spectromtery) untuk
mengidentifikasi spesifitas masing-masing lemak berdasarkan pola serapan gugus fungsi dan
komposisi asam lemaknya. Hasil analisa sifat fisikokimia yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang cukup signifikan untuk masing-masing sampel lemak kecuali untuk titik
leleh, bilangan iod dan bilangan penyabunannya. Hasil analisa FTIR menunjukkan adanya
perbedaan pola serapan yang khas pada daerah 3010, 1110-1095 dan 975-965 cm-1 yang
merepresentasikan tingkat perbedaan komposisi asam lemak pada masing-masing sampel. Hal ini
diperkuat dengan hasil analisa GCMS yang membuktikan adanya perbedaan kandungan SFA
(saturated fatty acid), MUFA (monounsaturated fatty acid) dan PUFA (polyunsaturated fatty
acid) pada ketiga sampel.
Kata Kunci : Lemak hewani, sifat fisikokimia, FTIR, GCMS, SFA, MUFA dan PUFA

Abstract

A research had been done to carried out the profile and characteristic of animal fat as a preface of
developing food halalness analysis. Three different types of animal body fat had been chosen on
the sampling consists of chicken, beef and lard. Both of chicken and beef were obtained from a
local market whereas lard got from slaughter house. Each of sample were cut into small pieces and
directly melted at 75oC, and the physical chemistry test were analyzed such as density, refractive
index, melting point, iodine value and saponification value. Further analysis had been carried out
by FTIR (Fourier Transform Infra red) and GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometry) to
identify spectral bands and composition of fatty acid on each samples. It was found that each
sample had no significantly different in their density and refractive index except on melting point,
iodine value and saponification value. However, FTIR spectral data gives a specific difference in
frequency region of 3010, 1110-1095 cm-1 and the bands associated fingerprint region 975 - 965
cm-1 which represented of fatty acid contain. The GCMS data gives more clearly information about
the difference of proportions of SFA (saturated fatty acid), MUFA (monounsaturated fatty acid)
and PUFA (polyunsaturated fatty acid) on each samples.

Key words : animal fat, phisical chemistry characteristic, FTIR, GCMS, SFA, MUFA, PUFA

1. PENDUHULUAN terhadap para produsen yang bergerak dalam


Masalah kehalalan pangan merupakan bidang pengolahan dan pengadaan bahan
isu yang sering menjadi polemik di pangan. Sejauh ini, Pemerintah Indonesia
masyarakat. Salah Satu faktor penyebab melalui SK bersama (LPPOM MUI, Depag
timbulnya isu ini antara lain adalah kurangnya dan BPOM Depkes) telah mencanangkan
perhatian dan pengawasan dari pemerintah Sistem Jaminan Halal yang diwujudkan dalam

102
bentuk Sertifikasi Halal bagi setiap produsen Sebagai studi pendahuluan, telah
produk pangan. Namun demikian dilakukan analisa profil asam lemak dari
implementasi sistem jaminan halal ini dalam jaringan lemak hewani yang meliputi lemak
kenyataannya masih menemukan berbagai ayam, sapi dan babi dengan melihat pola
kendala, salah satunya adalah ketiadaan spektumnya melalui analisa FTIR yang
metode yang benar-benar efektif untuk kemudian dilanjutkan dengan analisa GCMS
menganalisa substansi produk pangan yang terutama untuk menentukan perbedaan
benar-benar bisa menjamin kehalalan dari komposisi asam lemak pada masing-masing
produk pangan tersebut (Apriyantono, 2001). sampel. Untuk menunjang hasil analisa juga
Salah satu metode yang dapat dilakukan penentuan sifat fisikokimia pada
dikembangkan dalam menganalisa kehalalan masing-masing sampel.
produk pangan yang mengandung lemak
hewani khususnya lemak babi adalah dengan
melihat komposisi asam lemak yang 2. METODE PENELITIAN
terkandung di dalamnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengubah asam lemak Bahan dan Alat
tersebut menjadi derivat esternya yang Bahan yang digunakan meliputi sampel
selanjutnya dapat dianalisa dengan alat GCMS jaringan lemak hewani yang terdiri dari lemak
(Gas Chromatography Mass ayam dan lemak sapi yang diperoleh dari pasar
Spectrofotometry) (Janusz C., 2003). Analisa lokal, dan lemak babi yang diambil dari RPH
lain yang dapat dilakukan adalah dengan Cakung Jakarta Timur. Larutan BF3 (Boron
melihat pola spektrumnya dengan trifluorida) dalam metanol digunakan untuk
menggunakan alat Fourier Transform Infra- esterifikasi asam lemak. larutan, n-heksan (p.a)
Red (FTIR) Spectrofotometry. sebagai pelarut untuk ekstraksi lemak/minyak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah (Merck). Na2SO4 anhidrus untuk memurnikan
dilakukan oleh Irwandi Jaswir (2003), metode lemak.
FTIR sangat berpotensi untuk digunakan Peralatan yang digunakan terdiri dari
sebagai alat pendeteksi lemak babi secara Gas Chromatoghrapy Mass Spectrofotometry
cepat dengan hasil yang konsisten. Hal ini (GCMS) QP-2010 Shimadzu Japan dengan
dikarenakan Metode FTIR dapat memberikan Kolom RTx1-MS, Restech 30 m x 0.25 mm ID,
hasil analisa asam lemak dari babi yang 0.25 µm, Polymethyl xiloxane.
bercampur dengan lemak-lemak binatang Sepektrofotometer Fourier Transform Infra
lainnya secara konsisten, bahkan dengan Red (FTIR) Spectrum One Perkin Elmer, USA,
kandungan yang sangat rendah (Irwandi J., Refractometer Abbe untuk penentuan indeks
2003). bias.
Eksplorasi metode analisa lemak hewani
khususnya lemak babi dengan alat FTIR Ekstraksi Lemak Padat (Metode Oven)
memungkinkan untuk dikembangkan terutama
karena efisiensi dan kesedehanaan proses yang 2 gram sampel jaringan lemak dicuci,
dilakukan. Metode analisa ini juga tidak diiris kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam
memerlukan preparasi sampel yang rumit becker glass. Selanjutnya sampel dimasukkan
dimana baik sampel padatan maupun cairan ke dalam dry oven yang sudah diatur suhunya
bisa langsung dianalisa untuk menghasilkan (75oC), dibiarkan selama 6 jam hingga
spectrum. (Irwandi J., 2003). jaringan lemaknya mencair. Lemak padat yang
Namun demikian metode FTIR juga sudah mencair dipisahkan dan dimasukkan ke
memiliki keterbatasan terutama karena metode dalam corong pisah untuk selanjutnya
ini tidak dapat mengidentifikasi jenis dan dimurnikan dengan penambahan pereaksi n-
kandungan masing-masing komponen asam heksan. Lemak yang sudah dimurnikan
lemak dari suatu sampel secara pasti. Untuk disaring dalam kertas saring yang sudah
itu, hasil analisa FTIR juga perlu ditunjang ditambahkan natrium sulfat (Na2SO4) untuk
oleh hasil analisa GCMS terutama untuk mengikat air yang masih ada pada lapisan
menentukan komposisi asam lemak manakah lemak. Hasil ekstraksi ditimbang dan
yang paling dominan dari suatu sampel. ditentukan persen randemennya.

103
Pengujian Sifat Fisikokimia 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian sifat fisikokimia dilakukan terhadap Hasil ekstraksi lemak
masing-masing sampel lemak hewani yang
Dari ketiga sampel jaringan lemak yang
meliputi :bobot jenis, indeks bias, titik leleh,
diekstraksi (ayam, sapi dan babi) dengan bobot
bilangan iodin dan bilangan penyabunan
cuplikan yang relatif sama diperoleh kadar
(AOAC, 2000). Hasil analisa dibandingkan
lemak yang berbeda seperti terlihat pada tabel
satu sama lain dan diuji lebih lanjut tingkat
1.
perbedaaannya dengan uji keragaman (T test).
Tabel 1. Kadar lemak masing-masing sampel
Analisa pola spektrum lemak hewani Bobot Kadar lemak
dengan FTIR Sampel
sampel (% w/w)
Sampel lemak yang telah disaring dan Daging ayam 498,20 g 10.9
dimurnikan diteteskan pada salah satu Daging sapi 501.12 g 4.5
permukaan sel KBr. Diantara kedua sel KBr Daging babi 502.75 g 8.2
diberi pembatas berupa politetrafluoroetilen
Kandungan lemak pada ketiga sampel yang
(PTFE) untuk menghasilkan ketebalan lapisan
diekstraksi menunjukkan sampel daging ayam
lemak 0.1 mm. Sel bagian lainnya
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lemak
ditangkupkan hingga terbentuk lapisan tipis
sapi dan lemak babi. Perbedaan kadar lemak
lemak. Scaning dilakukan dengan kisaran
ini kemungkinan disebabkan karena secara
panjang gelombang 4000 cm-1 sampai 650 cm–
1 alamiah kandungan lemak pada setiap spesies
dengan resolusi 4 cm-1. Hasil scaning
relatif berbeda. Disamping itu, perbedaan jenis
direkam dan dianalisa lebih lanjut.
cuplikan (bagian/jaringan otot daging) yang
Esterifikasi asam lemak digunakan juga tidak sama.
2 gram sampel lemak yang telah
diekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi Perbedaan sifat fisikokimia
dan direaksikan dengan BF3 dalam metanol. Hasil pengujian sifat fisikokimia pada
Dikocok dan dipanaskan selama + 15 menit. masing-masing sampel tidak menunjukan
Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. perbedaan yang cukup signifikan kecuali untuk
Lapisan atas dipisahkan dengan sentrifugasi parameter titik leleh, bilangan iodin dan
dan dipurifikasi lebih lanjut dengan bilangan penyabunannya, sebagaimana terlihat
menambahkan Na2SO4 untuk menghilangkan pada tabel 2.
kadar airnya. Hasil esterifikasi selanjutnya
Tabel 2. Sifat fisikokimia hasil pengamatan
dimasukkan ke dalam vial untuk dianalisa
dengan alat GCMS. Lemak Lemak Lemak
Parameter
sapi babi ayam
Analisa komposisi asam lemak dengan Bobot jenis 0.8999 0.8940 0.8769
GCMS (g/mL)
Indeks bias 1.460 1.462 1.461
1 PL sampel lemak yang telah
Titik leleh 43.5 36.0 34.5
diesterifikasi diinjeksikan ke dalam kolom GC Bilangan Iod 45.75 72.69 62.81
dengan menggunakan metode autosampler. Bilangan 237.57 257.70 259.77
Pemisahan dilakukan dalam kolom RTx 1-MS penyabunan
Restech, 30 m x 0.25 mm ID, 0.25 µm, dengan
fase diam Poly dimethyl xiloxan, suhu injektor Berdasarkan tabel 2 di atas, perbedaan
280oC, suhu kolom 70oC dinaikan sampai titik leleh disebabkan oleh komposisi asam
300oC dengan kenaikan 10oC/menit, laju alir lemak pada masing-masing sampel. Banyaknya
1,15 mL/menit (David F, Sandra P., 2005). asam lemak jenuh dan asam lemak berantai
Detektor MS yang digunakan adalah Electron panjang akan memberikan kontribusi yang
Multifier Detector (EMD) 70 MeV. Hasil nyata bagi peningkatan titik leleh lemak secara
analisa berupa spektrum massa dibandingkan keseluruhan (J.M. de Man, 1999). Hal yang
dengan library WILLEY147 & NIST47 yang sama juga berlaku pada perbedaan nilai
terdapat pada software GCMS postrun bilangan iod dan bilangan penyabunan, dimana
analysis.

104
komposisi asam lemak tidak jenuh pada setiap FTIR Spectrum One Perkin Elmer pada daerah
sampel akan berkontribusi pada peningkatan IR dengan frekuensi 4000 – 600 cm-1 dan
harga bilangan iodnya, sedangkan perbedaan resolusi 4 cm-1 (Gambar 1 dan 2).
komposisi asam lemak (rantai pendek, sedang
dan panjang) akan sangat berpengaruh Berdasarkan data tersebut, terlihat
terhadap harga bilangan penyabunannya bahwa spektra FTIR dari sampel lemak secara
(Paquot C., 1999). Dengan demikian umum menunjukan perbedaan yang menonjol
berdasarkan hasil pengujian sifat fisikokimia pada serapan C-H streching di daerah bilangan
untuk setiap sampel, terlihat bahwa terdapat gelombang 3050-2800, serapan gugus karbonil
perbedaan komposisi asam lemak dan (O=C-H) dari aldehid pada daerah 1746-1744,
perbandingan asam lemak jenuh/tidak jenuh dan pola serapan daerah sidik jari, 1000-900
pada setiap sampel. cm-1 (Gambar 1). Perbedaan yang cukup
signifikan terlihat pada penyerapan spektra di
Profil lemak hewani hasil analisa FTIR daerah 3010-3000, 1120-1095 dan 968-966
cm-1. Untuk sampel lemak babi, pola serapan
Analisa spektroskopi FTIR didasarkan
yang muncul pada daerah 3010 cm-1
pada karakteristik gugus fungsi yang terdapat
menunjukkan puncak yang relatif tinggi jika
pada ketiga sampel lemak. Data spektra FTIR
dibandingkan dengan kedua sampel lemak
masing-masing sampel diperoleh dari hasil
lainnya (ayam dan sapi).
scaning sampel lemak murni dengan alat
1.11

1.0

cis bonds
0.8 aldehydes
(C-H)
(C=O)

0.6
A

0.4

0.2 Lemak Babi Lemak ayamayam


Standar minyak babi Standar minyak
0.10
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
Gambar 1. Perbandingan spektrum FTIR untuk lemak babi dan lemak ayam

Tingginya puncak serapan untuk lemak gelombang 1118 dan 1098 cm-1. Berbeda
babi pada daerah ini merepresentasikan dengan pola spektrum yang dihasilkan untuk
streching vibration dari ikatan rangkap C=C sampel lemak sapi dan lemak ayam, dimana
cis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian untuk kedua sampel tidak menunjukan adanya
Irwandi, 2003 dimana untuk sampel lemak overlaping kecuali untuk lemak ayam dengan
babi, kandungan asam lemak tidak jenuh pola yang hampir mirip dengan lemak babi.
ganda (polyunsaturated fatty acids) atau Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya
PUFA seperti asam linoleat dan asam perbedaan profil asam lemak pada ketiga
linolenat jauh lebih besar daripada asam lemak sampel tersebut. Hal ini diperkuat oleh
jenuh tunggal (mono unsaturated fatty acids) penelitian Irwandi, 2003 yang menyatakan
atau MUFA. Selanjutnya pada daerah bahwa operlaping pada dua daerah bilangan
frekuensi 1120-1095 cm-1, sampel lemak babi gelombang tersebut menunjukkan adanya
menunjukkan adanya overlaping dari dua peak perbedaan kandungan asam lemak jenuh dan
dengan absorbasni maksimum pada bilangan

105
asam lemak tidak jenuh dari masing-masing Namun demikian berbeda untuk lemak sapi,
sampel. dimana kandungan asam lemak trans jauh
Titik perbedaan ketiga dari pola lebih besar dibandingkan dengan kedua sample
spektrum masing-masing sampel muncul pada lainnya (ayam dan babi). Hal ini sesuai dengan
daerah bilangan gelombang 966-967 cm-1 yang standar yang telah ditetapkan oleh AOCS
menunjukan keberadaan asam lemak tidak (American Oils Chemistry Standard) dimana
jenuh trans (gambar 2). Pada sampel lemak rentang frekuensi IR pada daerah 975-965 cm-1
babi, terlihat tidak ada puncak yang muncul merupakan dasar dari metode kuantisasi asam
pada daerah tersebut atau dengan kata lain lemak trans dalam sampel lemak/minyak
serapan pada daerah tersebut sangat lemah. (Richard Crowley, 2006).
Begitu pula untuk pola spektrum lemak ayam.

1.10 !"#$%"&$%' ()*& +)*,-&


1.0

0.8 overlap
cis bonds (C-H)
(C-H)
0.6
A Trans bending
(C=C-H)
0.4

0.2
Standar minyak babi Standar minyak sapi
0.10
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0
cm-1
Gambar
Gambar2.2.Perbandingan spektrum
Perbandingan FTIR
spektrum untukuntuk
FTIR lemaklemak
babi dan
babilemak ayam sapi
dan lemak

Komposisi asam lemak hasil analisa GCMS diesterifikasi sebelumnya dan dikaraktersiasi
lebih lanjut dengan menggunakan instrumen
Analisa GCMS dilakukan untuk
GCMS QP2010 dengan kolom RTx 1MS
mengetahui komposisi masing-masing asam
Restech 30 m x 0.25 mm ID, 0.25 µm, dengan
lemak dari ketiga sampel (ayam, sapi dan babi)
fase diam Poly dimethyl xiloxane dan suhu
dilihat dari presentasi asam lemak jenuh dan
injektor 210, suhu detektor 230 serta laju alir 1
tidak jenuhnya. Analisa dilakukan terhadap
mL/menit (David F., 2005).
ketiga sampel lemak hewani yang telah

Gambar 4. . Total ion chromatogram lemak ayam hasil pemisahan GCMS QP 2010, Kolom RTx1-MS

106
Gambar 3. . Total Ion Chromatogram lemak ayam hasil pemisahan GCMS QP 2010, Kolom RTx1-MS

Gambar 4. . Total ion chromatogram lemak sapi hasil pemisahan GCMS QP 2010, Kolom RTx1-MS

Gambar 5. . Total ion chromatogram lemak babi hasil pemisahan GCMS QP 2010, Kolom RTx1-MS

Berdasarkan kromatogram ketiga Dari ketiga sampel yang dianalisa


sampel lemak hewani (gambar 3, 4 dan 5), terlihat bahwa kandungan asam lemak rantai
diperoleh kandungan asam lemak jenuh dan pendek C8 – C12 untuk semua sampel hampir
tidak jenuh dengan komposisi yang relatif tidak terdeteksi kecuali pada sampel lemak
berbeda untuk ketiga sampel sebagaimana babi dengan presentasi yang relatif rendah.
tercantum dalam tabel 3. Berbeda dengan asam lemak jenuh rantai
Tabel 3. Komposisi asam lemak pada masing-
panjang (C16:0, C18:0 dan C20:0), pada
masing sampel lemak sapi kandungannya jauh lebih besar
dibandingkan dengan lemak babi dan lemak
Persentase asam lemak (%)
Asam Lemak Lemak Lemak Lemak
ayam, sedangkan untuk asam lemak tidak
Ayam Sapi Babi jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak tidak
Asam Kaprilat C8:0 td td 0.01 jenuh ganda (PUFA) pada masing-masing
Asam Kaprat C10:0 td td 0.04
Asam Laurat C12:0 td 0.34 0.1
sampel cukup bervariasi. Yang paling
Asam Miristat C14:0 0.74 4.36 1.07 menonjol adalah kandungan asam linoleat
Asam Palmitoleat C16:1 7.01 1.40 1.78 (C18:2) untuk sampel lemak sapi jauh lebih
Asam Palmitat C16:0 27.24 29.40 7.01 rendah dibandingkan lemak ayam dan lemak
Asam Margarat C17:0 td 1.74 0.5
Asam Linoleat C18:2 16.36 1.17 24.94 babi, bahkan untuk asam arakidonat (C20:4)
Asam Oleat C18:1 38.35 20.53 40.74 pada sampel lemak sapi tidak terdeteksi. Untuk
Asam Stearat C18:0 5.56 31.26 13.95 asam lemak jenuh C17:0 dan C20:0 pada
Asam Arakidonat C20:4 0.87 td 0.43
Asam Eikosenat C20:1 0.41 td td lemak ayam tidak terdeteksi sedangkan pada
Asam Arakat C20:0 td 0.33 0.3 sampel lemak sapi dan babi keduanya

107
mengandung asam lemak tersebut walaupun 1. Profil asam lemak hasil analisa FTIR
dengan presentasi yang relatif rendah. menunjukkan adanya perbedaan puncak
serapan pada daerah bilangan gelombang
3010 cm-1 serta overlaping puncak serapan
80 pada daerah frekuensi 1120-1095 cm-1 dan
70 adanya serapan pada daerah 975-965 cm-1
60 yang merepresentasikan perbedaan
% asam lem ak

50 SFA komposisi dan jenis asam lemak pada


40 MUFA masing-masing seampel.
30 PUFA 2. Terdapat perbedaan komposisi asam lemak
20 yang cukup signifikan diantara ketiga
10 sampel lemak hewani berdasarkan hasil
0 analisa GCMS dimana kandungan asam
ayam sapi babi lemak jenuh (SFA) pada lemak sapi jauh
sampel lebih besar (68%) dibandingkan dengan
lemak ayam (33%) dan lemak babi (21%),
Gambar 6. Perbedaan komposisi asam lemak untuk sedangkan kandungan asam lemak jenuh
ketiga sampel ganda (PUFA) pada lemak babi relatif
lebih besar (25%) daripada lemak ayam
Perbedaan komposisi asam lemak jenuh (18%) dan lemak sapi (1.2%).
(SFA), asam lemak jenuh tunggal (MUFA)
dan asam lemak jenuh ganda (PUFA) dari UCAPAN TERIMA KASIH
ketiga sampel menunjukkan bahwa kandungan Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
asam lemak jenuh untuk lemak sapi jauh lebih Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
besar (68%) dibandingkan lemak ayam (33%) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
dan lemak babi (21%), sedangkan komposisi Jakarta atas bantuan dana penelitian PNBP
asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) 2008 dan Kepala Pusat Laboratorium Terpadu
untuk lemak ayam dan lemak babi relatif lebih yang telah memfasilitasi pelaksanaan kegiatan
besar dibandingkan dengan lemak sapi. penelitian ini.
Perbedaan yang cukup signifikan teletak pada
kandungan asam lemak jenuh ganda (PUFA) DAFTAR PUSTAKA
dimana untuk lemak babi (25%) jauh lebih
besar daripada lemak ayam (18%) dan lemak 1. A.O.A.C 17th edn, 2000, Official Method
sapi (1.2%). of Oils and Fats.
Walaupun demikian, untuk 2. Apriyantono A., 2001, Sistem Sertifikasi
mengidentifikasi perbedaan dan spesifitas Halal di Indonesia, Seminar Pangan,
lemak hewani secara lebih kuantitatif perlu Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
dilakukan pengujian sampel melalui beberapa teknologi Pertanian, IPB.
perlakuan khusus, misalnya dengan variasi
3. David F., Sandra P., 2005, Column
waktu dan suhu pemanasan serta proses
Selection for Analysis of Fatty Acid
pencampuran lemak babi dengan lemak
Methyl Esters, Research Institute For
hewani lainnya. Hal ini perlu dilakukan
Chromatography, Agilent Technology,
terutama dalam upaya pengembangan metode
USA.
analisa kehalalan pangan, dimana sebagian
besar produk pangan yang diragukan 4. Irwandi J., Saeed M.E., Torla, H., and
kehalalannya umumnya merupakan produk Zaki, M., Determination of Lard in
pangan olahan yang telah mengalami proses Mixture of body fats of Mutton and Cow
pemanasan (heating procces) atau by Fourier Transform Infrared
pencampuran (adulteration). Spectroscopy, J. Oleo Sci., Vol 52, No. 12,
633-638, 2003.
4. KESIMPULAN 5. J.M. de Man, 1999, Fungtionality
Berdasarkan hasil penelitian dapat Requirements of Fats and Oils for Food
disimpulkan : Applications, MOSTA Tech-In, Recent

108
Advance in The Science of Oils and Fats, edition, Section II : Oils and Fats, Groupe
Canada. The Laboratoires du CNRS Thiaise,
France.
6. Janusz Czarniecki, 2003, GC/MS Analysis
for Unsaturated Fat Content in Animal 8. Richard Crowley, 2006, The Chemistry
Feed, Nafag Company, Gossau, and Analysis of Trans Fatty Acids, Food
Switzerland. Product Design, Food Science Newsletter,
New York, USA.
7. Paquot C., 1999, Standard Method for The
Analysis of Oils, Fats and Derivated, 6th

109

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai