Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane,
2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura.(Price C Sylvia, 1995).
Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu :
1. Cairan serus (hidrothorax)
2. Darah (hemothotaks)
3. Chyle (chylothoraks)
4. Nanah (pyothoraks atau empyema)
 
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena
cedera di dada. Penyebab lainnya adalah:
a. Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan
darahnya ke dalam rongga pleura.
b. Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta)
yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.

4
5

c. Gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak


membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan
melalui sebuah jarum atau selang.
Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi
jika pneumonia atau abses parumenyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
1) Infeksi pada cedera di dada
2) Pembedahan dada
3) Pecahnya kerongkongan
4) Abses di perut
5) Pneumonia
 
Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh
suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus)
atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.Rongga pleura yang
terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura
menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pleura terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan viseralis dan lapisan parietalis.
Lapisan viseralis merupakan lapisan yang merekat pada paru, sedangkan
lapisan parietalis adalah lapisan yang membatasi dinding dada, diafragma,
sisi perikardium dan mediatinum. Pada hilus paru kedua lapisan pleura ini
berhubungan. Hubungan ini bergantung longgar di atas hilus dan disebut
ligamentumpulmonale. Adanya ligamentum ini memungkinkan
peregangan vv.pulmonalis dan pergerakan struktur hilus selama respirasi.
(Faiz, 2002)

Dari segi anatomis, permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru


sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang
lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong
6

diantara kedua pleura, karena biasanya hanya sekitar 10-20 cc cairan yang
merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Setiap
saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup
untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut
akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura
parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan
pleura oleh pleura parietalis dan absorpsi oleh cairan viseralis. Oleh karena
itu, rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini
normalnya begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang
jelas. (Muttaqin, 2011)

C. PATHWAY
-TERLAMPIR

D. ETIOLOGI
1. Transudat, dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif,
sindrom nefrotik, asites.
2. Eksudat, dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, infark paru.
3. Effusi hemorragis, dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru.

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit


neoplastik,tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan
oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan tekanan negative intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
7

D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang
ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <
250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat
dideteksi dengan X-ray foto thorakks. Dengan membesarnya efusi akan
terjadi restriksi ekspansi paru dan pasien mungkin mengalami :
1. Dispneu bervariasi
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit
pleura
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
6. Perkusi meredup di atas efusi pleura
7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi
8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
9. Fremitus vokal dan raba berkurang

Gejala-gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis


cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri
dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk
atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan
gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :
a. Batuk
b. Cegukan
c. Pernafasan yang cepat
d. Nyeri perut.

E. KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum).
2. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis).
8

3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam,


menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis).
4. Laserasi pleura viseralis.

F. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan
specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
4. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah
aspirasi.
5. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan
nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks.
Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada
dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau
pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
6. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan
kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
7. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

Water Seal Drainase (WSD)


1.  Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk
mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.
9

2.   Indikasi
a.   Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b.   Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan,
pasca bedah toraks
c.   Torakotomi
d.   Efusi pleura
e.   Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi
 
3.  Tujuan Pemasangan
a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap
sebagian
d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.
 
4.  Tempat pemasangan
a.   Apikal
1) Letak selang pada interkosta III mid klavikula
2) Dimasukkan secara antero lateral
3) Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Basal
1) Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX
mid aksiller
2) Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura
 
5. Jenis WSD
a. Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada
pasien dengan simple pneumotoraks.
b. Sistem dua botol
10

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan


botol kedua adalah botol water seal.
c. System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system
dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur
jumlah penghisapan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya
cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkanadanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.
11

Menganalisa cairan pleura dengan cara : Bronkoskopi ; Bronkoskopi


kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2) Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat
iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan
adanya tanda tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik,
rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
2) Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan keluhannya tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya factor
predisposisi.
12

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
a) Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
b) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum
alcohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya
penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
a) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
b) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
c) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya lemah.
13

3) Pola eliminasi
a) Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan
mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
b) Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi
b) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal.
c) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya
akibat adanya nyeri dada.
d) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan
pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
a) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
tidur dan istirahat.
b) Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
a) Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan
mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu
rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya
14

sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya,


mengurus suaminya.
b) Disamping itu, peran pasien di masyarakat pun juga
mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi
hubungan interpersonal pasien.
7) Pola persepsi dan konsep diri
a) Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.
b) Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak
nafas, nyeri dada. Pasien mungkin akan beranggapan
bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan
mematikan.
c) Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran
positif terhadap dirinya
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks
intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena
pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya
pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan
dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini
adalah suatu cobaan dari Tuhan.
12) Status Kesehatan Umum
15

a) Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana


penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien
terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk
mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
b) Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan
pasien.

2. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM


a. Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah


cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila


cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke
medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi


duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada
kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan
16

ditemukan tandatanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar


batas atas cairan.

Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta


mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang
disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty
Abdol, 1994,79).

b. Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada
pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.

Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus


diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu
juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis.

Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung


terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau


gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.

c. Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau
datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak,
17

selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau


massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai


normalnya 5-35 kali permenit.

Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen,


adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba.
Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta,
tumor).

d. Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga
diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau
somnolen atau comma. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks
fisiologisnya.

Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti


pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

e. Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial. Palpasi
pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer
serta dengan pemerikasaan capillary refil time.

Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot


kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

f. Sistem Integumen
18

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya


lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak
cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,


hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta
turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

I. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Volume cairan di pleura Gangguan pertukaran
- Klien mengatakan sesak meningkat
gas
napas ↓
Tekanan pleura meningkat
DO :

- Respirasi meningkat Pergerakan paru menurun
- Takikardi ↓
- Sianosis Pertukaran O2 dan CO2 tidak
maksimal(asidosis respirator)

2 DS : Inflamasi Nyerikronis
- Klien mengatakan nyeri di ↓
bagian dada Pengeluaran histamin,breadikinin

DO : Nyeri dada bagian kiri
- Klien tampak meringis
kesakitan di bagian dada
3 DS : Inflamasi Hipertermi
- Klien mengatakan ↓
badannya panas Merangsang pengeluaran pirogen
DO : ↓
- Suhu tubuh >39˚c Alpha interleukin
- RR : 21x/mnt ↓
- Nadi : 112x/mnt Peningkatan set point di
- TD : 100/60 mmHg hipotalamus

19

Hipertermi

4 DS : Gerakan Peristaltik ↓ ketidakseimbangan


- Klien mengatakan tidak ↓ nutrisi kurang dari
nafsu makan Merangsang medulla vomiting kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan ada center
mual dan muntah ↓
DO : Mual muntah
- Porsi makan sedikit ↓
- Klien terlihat lemas Intake nutrisi menurun

5 DS : Reaksi Inflamasi Intoleransi aktivitas


- Klien ↓
mengatakan lelah Permeabilitas Membran ↑
- Klien ↓
mengatakan sulit
Shift Cairan
beraktivitas
DO : ↓
- Lelah Protein masuk pleura (Eksudat)
- Aktivitas ↓
terganggu Volume Cairan di Pleura ↑

Tekanan Pleura ↑

Suplai O2 ↓

Metabolisme ↓

Letih

Aktivitas Terganggu/Terbatas

J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya tekanan pleura
2. Nyeri kronis dada berhubungan dengan Inflamasi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi
20

5. Intoleransi aktivitasberhubunganpenurunan suplai oksigen


21

K. ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA


Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Tupan : 1. Auskultasi 1. Bunyi nafas dapat
pertukaran gas Dalam waktu 2-3 bunyi nafas. menurun atau tak ada
berhubungan hari tekanan di lobus, segmen paru atau
dengan adanya pleura dapat seluruh area
tekanan pleura berkurang dengan paru(unilateral). Area
kriteria: atelektasis tak ada bunyi
b. RR :16- nafas dan sebagian area
DS : 20X/menit kolaps menurun
c. HR :60- bunyinya. Evaluasi juga
a. Klien 100X /menit dilakukan untuk area
mengatakan yang baik pertukaran
Tupen : gasnya dan memberikan
sesak napas
Dalam jangka data evaluasi perbaikan
waktu 1 x 24 jam pneumotoraks.
DO : tekanan di pleura 2. Catat 2. Pengembangan dada
dapat berkurang. pengembangan sama dengan ekspansi
- Respirasi dada dan posisi paru. Deviasi trakea dari
meningkat trakea. area sisi yang sakit pada
tegangan pneumotoraks.
- Takikardi 3. Kaji fremitus. 3. Suara dan taktil fremitus
(vibrasi) menurun pada
jaringan yang terisi cairan
- Sianosis
/ konsolidasi.
4. Kaji pasien 4. Sokongan terhadap dada
adanya area dan otot abdominal
nyeri tekan bila membuat batuk lebih
batuk, nafas efektif / mengurangi
dalam. trauma

2.
Nyeri kronis 1. Catat laporan 1. Mengkaji skala 1. Dengan mengkaji skala
dada dipsneu, nyeri klien nyeri dada klien dapat
berhubungan peningkatan ditentukan atau
dengan kelemahan atau diketahui skala nyeri
inflamasi kelelahan atau klien (0-10)
perubahan
TTV selama 2. Dengan melakukan
dan setelah observasi TTV dapat
DS : aktivitas diketahui normal dan
2. Mengobservasi ttv ketidak normalan pada
Klien 2. Berikan TTV klieN
mengatakan lingkungan
nyeri dada tenang dan 3. Dengan mengajarkan
22

DO : aktivitas klien relaksasi dapat


pengunjung mengurangi atau
- Kli mengalihkan nyeri yang
en tampak 3. Jelaskan klien rasakan
meringis pentingnya
istirahat dan
- Ny rencana 3. Mengajarkan klien
eri dada pengobatan relaksasi 4. Dengan kolaborasi
dan perlunya dokter dapat
- Na keseimbangan menentukan pemberian
di aktivitas dan terapi obat yang tepat
meningkat istirahat. swhingga nyeri dada
klitn berkurang
- R 4. Bantu aktivitas
R meningkat keperwatan diri
yang diberikan,
dan berikan
kemajuan 4. Berkolaborasi
peningkatan dengan dokter
aktivitas dengan pemberian
selama obat
penyembuhan.

3. Hipertermi 1. Observasi TTV 1. TTV merupakan acuan


berhubungan Tupen : setiap 3 jam. untuk mengetahui
dengan proses keadaan umum klien
inflamasi Dalam waktu 1x24 2. Anjurkan klien 2. Peningkatan suhu tubuh
jam TTV kembali untuk banyak mengakibatkan
DS : normal minum dan jelaskan penguapan cairan tubuh
manfaatnya. meningkat sehingga
- Kli Tupan : perlu diimbangi dengan
en asupan cairan yang
Dalam waktu 2 banyak.
mengatakan 3. Berikan kompres
hari TTV kembali 3. Kompres akan
badannya normal dengan hangat dan anjurkan membantu proses
panas criteria : klien untuk vasodilatasi, pakaian
memakai pakaian tipis akan membantu
DO : - Suhu tubuh : tipis. meningkatkan
36-37°C penguapan panas tubuh.
- Suhu tubuh 4. Kolaborasi dalam 4. Antipiretika yang
- RR : 16- pemberian mempunyai reseptor di
>39˚c
20x/mnt antipiretik hypothalamus dapat
meregulasi suhu tubuh
23

sehingga suhu tubuh


- RR : - Nadi : 60- diupayakan mendekati
21x/mnt 100x/menit suku normal.

- Nadi : - TD : 120/80
mmHg
112x/mnt

- TD : 100/60
mmHg

4. Ketidakseimban 1. Anjurkan klien 1. Menghindari mual dan


gan Tupan : untuk makan dalam muntah dan distensi
nutrisikurang porsi kecil dan perut yang berlebihan.
dari kebutuhan Dalam waktu 3 sering, jika tidak
tubuh hari diharapkan muntah teruskan.
berhubungan kebutuhan nutrisi 2. Lakukan perawatan 2. Bau yang tidak enak
dengan klien terpenuhi. mulut yang baik pada mulut
kurangnya Dengan kriteria : setelah muntah. meningkatkan
asupan nutrisi kemungkinan muntah.
- Porsi makan 3. Ukur BB setiap 3. BB merupakan
DS : klien habis hari. indikator terpenuhi
tidaknya kebutuhan
- Klien - Klien tampak nutrisi.
mengatakan segar 4. Catat jumlah porsi 4. Mengetahui jumlah
yang dihabiskan asupan/pemenuhan
tidak nafsu
- Mual dan klien. nutrisi klien.
makan
muntah hilang
- Klien Tupen :
mengatakan
ada mual Dalam waktu 1x24
dan muntah jam diharapkan
kebutuhan nutrisi
DO : klien terpenuhi.

- Porsi makan
sedikit

- Klien
terlihat
lemas
24

5
Intoleransi Tupan : 1. Catat laporan 1. Menetapkan
aktivitas dipsneu, kemampuan atau
berhubungan Dalam waktu 2- peningkatan kebutuhan pasien
dengan 4hari klien kelemahan atau
inflamasi beraktivitas kelelahan atau
dengan normal. perubahan TTV
DS : selama dan setelah
Dengan criteria : aktivitas
- Kli
en - Tidak lelah 2. Berikan lingkungan
mengatakan tenang dan aktivitas
lelah - Aktivitas pengunjung
normal
- Kli
en Tupen : 2. Menurunkan stress dan
mengatakan 3. Jelaskan pentingnya mennurunkan
sulit Dalam waktu istirahat dan rangsangan, dan
beraktivitas 1x24jam klien rencana pengobatan meningkatkan istirahat
DO : dapat beraktivitas dan perlunya
- Le sedikit demi keseimbangan 3. Tirah baring
lah sedikit aktivitas dan dipertahankan selama
- Ak istirahat fase akut untuk
tivitas menurunkan kebutuhan
terganggu metabolic, menghemat
energi untuk proses
penyembuhan, dan
pembatasan untuk
aktivitas ditentukan
dengan respon
individual pasien
terhadap aktivitas dan
perbaikan kegagalan
pernafasan.

4. Bantu aktivitas 4. Meminimalkan


keperwatan diri kelelahan dan
yang diberikan, dan membantu
berikan kemajuan keseimbangan, suplay
peningkatan dan kebutuhan oksigen
aktivitas selama
penyembuhan.
25

Anda mungkin juga menyukai