Anda di halaman 1dari 12

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN YOGYAKARTA


Nomor :

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN PASIEN
IMUNOSUPRESSED
DIREKTUR RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN YOGYAKARTA

Menimbang :
Bahwa pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien imunosupressed merupakan salah
satu pelayanan pada pasien beresiko tinggi, maka perlu ditetapkan kebijakan pelayanan pasien
dengan penyakit menular dan pasien imunosupressed dengan Surat Keputusan Direktur RSIA
SAKINA IDAMANYogyakarta.

Mengingat :
1. Surat Izin Penyelenggaraan RSIA SAKINA IDAMAN Yogyakarta dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman Yogyakarta Nomor
2. Undang-undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4. Surat Keputusan Ketua Yayasan RSIA SAKINA IDAMAN No., Tanggal, Tentang
Pengangkatan Direktur RSIA SAKINA IDAMAN Yogyakarta.

M E M U T U S K A N:

Menetapkan:

Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit SAKINA IDAMAN tentang Kebijakan


Pelayanan Pasien dengan Penyakit Menular dan Pasien Imunosupressed.
Kedua : Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien imunosupressed diberikan
di semua ruang perawatan kecuali pada penyakit tertentu yang membutuhkan
perawatan di ruang isolasi khusus.

Ketiga : Setiap pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien imunosupressed di
RSIA SAKINA IDAMAN harus dilaksanakan secara seragam sesuai dengan
standar prosedur operasional yang ditetapkan di RSIA SAKINA IDAMAN

Keempat : Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, informasi mengenai keadaan


pasien, rencana tindakan dan rencana pengobatan sesuai dengan yang tercatat di
dalam rekam medis, harus diinformasikan kepada pasien dan atau keluarga.

Kelima : Setiap pasien dan atau keluarganya berhak mengambil keputusan mengenai
rencana tindakan dan rencana pengobatan yang akan diberikan.

Keenam : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pasien dengan penyakit


menular dan pasien imunosupressed di RSIA SAKINA IDAMAN dilaksanakan
oleh Manajer Pelayanan RSIA SAKINA IDAMAN

Ketujuh : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari
terdapat perubahan, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sleman
Pada tanggal :

Direktur,
Petikan Keputusan disampaikan kepada :
1. Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan
2. Kepala Sub Seksi Pelayanan Medis
3. Kepala Sub Seksi Penunjang Medis
4. Kepala Ruang Rawat Inap
5. Kepala Ruang Operasi
6. Ketua Tim KPRS
7. Arsip

BAB I
DEFINISI

PENYAKIT MENULAR
Penyakit Menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh
produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh
bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang
yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau
binatang pejamu, melalui vektor atau melalui lingkungan.

Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan
oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik
(seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Penyakit jenis ini merupakan masalah
kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan
kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular
umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini
diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan
kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3).

Cara-cara penularan penyakit :

Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)


Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :

Penyakit kelamin
Rabies
Trakoma
Skabies
Erisipelas
Antraks
Gas-gangren
Infeksi luka aerobik
Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV, agen penyakit
ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain melalui hubungan intim.
2. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun
tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai airborne disease.

Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :

TBC Paru
Varicella
Difteri
Influenza
Variola
Morbili
Meningitis
Demam skarlet
Mumps
Rubella
Pertussis
3. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak
langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water borne
disease atau water related disease.

Agen Penyakit :

Virus : hepatitis virus, poliomielitis


Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
Protozoa : amubiasis, giardiasis
Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
Leptospira : penyakit Weil Pejamu akuatik :
Bermultiplikasi di air : skistosomiasis (vektor keong)
Tidak bermultiplikasi : Guinea’s worm dan fish tape worm (vektor cyclop)

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4 kelompok menurut cara
penularannya, yaitu :

Waterborne mechanism
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia, ditularkan
melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan
poliomielitis.

2. Water washed mechanism

Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu dan umum
dapat berupa :

Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.


Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma.
Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis.
3. Water based mechanism

Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh
vektor atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam air. Contoh skistosomiasis,
Dracunculus medinensis.

4. Water related insect vector mechanism


Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air.
Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).

2. PENYAKIT IMUNOSUPPRESED

Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel fagositik,
limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat diklasifikasikan sebagai kelainan
yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan komponen yang terkena pada
sistem imun tersebut adalah sbb :

Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat genetik dan
terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.gejala biasanya timbul pada awal kehidupan
setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun. tanpa terapi, bayi dan anak-anak yang
menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia dewasa. Kelainan ini dapat
mengenai satu atau lebih komponen pada sistem imun.

Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi primer dan kerapkali
terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau akibat dari terapi terhadap
penyakit ini. Penyebab umum imonodefisiensi sekunder adalah malnutrisi, stres kronik, luka
bakar, uremia, diabetes mellitus, kelainan autoinum tertentu, kontak dengan obat-obatan serta zat
kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
imonodefisiensi sekunder yang paling sering ditemukan. Penderita imonosupresi dan sering
disebut sebagai hospes yang terganggu kekebalannya (immunocompromised host). Intervensi
untuk mengatasi imunodefisiensi sekunder mencakup upaya menghilangkan faktor penyebab,
mengatasi keadaan yang mendasari dan menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang
nyaman
BAB II

RUANG LINGKUP

Pengelolaan Pasien dengan Hepatitis B dan C


Penanganan Pasien HIV/AIDS
Pengelolaan Pasien dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Airborne (Udara)
Pengelolaan Pasien dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Droplet (Percikan)
Pengelolaan Pasien dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak
Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular Melalui Udara

BAB III

TATA LAKSANA

PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C

Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa Hepatitis B atau C;


Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka :
Lakukan hand hygiene
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :
Sarung tangan digunakan :
Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh pasien
Bila melakukan tindakan invasif.
Masker atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa, mulut, hidung dan
mata.
Celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau tumpahan darah atau
cairan.
Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan :

Dekontaminasi seluruh mebelair yang kontak dengan pasien dan petugas dengan clorine 0.5%
(tidak direkomendasikan fogging ruangan)
Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen infeksius
Instrumen yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan dekontaminasi dengan clorine
0.5%
Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan untuk pasien lain
Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.
PENANGANAN PASIEN HIV/AIDS

Lakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan sesuai five moments
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan
Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil dengan dilakukan edukasi
kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu
Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien pulang
Lakukan perendaman instrumen bekas pasien HIV/AIDS yang terkontaminasi oleh darah dan
cairan tubuh dengan chlorine 0.5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI AIRBORNE
(UDARA)

Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negatif


Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan masker bedah
Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
Batasi jumlah pengunjung
Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak diperbolehkan masuk
ruangan pasien
Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
masker bedah
Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin
Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol
Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang kontak dengan petugas
dan pasien
Bersihkan exhaust fan
Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak terkontamionasi dengan
cairan tubuh pasien
Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif setelah pelaksanaan
selesai.
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI DROPLET
(PERCIKAN)

Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling pinggir/pojok, bila tidak
mungkin kohorting
Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi
Batasi gerak dan transportasi pasien
Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien
Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dengan benar
Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba tidak bergerak
jarak jauh
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI KONTAK

Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling pinggir atau
pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses, cairan drain, dan
segera lepas sarung tangan tersebut
Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptik
Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak pasien,
permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan tubuh pasien. Lepaskan gaun sebelum ke
luar dari ruang pasien
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan mikroba
yang sama
Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.
PENANGANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR MELALUI UDARA

Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini.


Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.
Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara
terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau sedang didiagnosis. Bila ditempatkan dalam
satu ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara tempat tidur
harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang dimonitor
(ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem pembuangan
udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi (filter HEPA) yang
termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit.
Jaga pintu tertutup setiap saat.
Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai yaitu masker. Bila
perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan.
Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan
dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam ruangan.
Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.
BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi pelaporan dan form pelaporan sebagaimana terlampir

Anda mungkin juga menyukai