Anda di halaman 1dari 13

RESUME KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

T DENGAN DIAGNOSA
LEUKOREA DI POLIKLINIK OBSGYN

RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Kelas 3A

Bekti Suhartimah (2720162818)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Resume Keperawatan pada Ny. T dengan diagnosa medis


leukorea di Poliklinik Obsgyn RSUP Dr. Sardjito untuk memenuhi tugas individu
asuhan keperawatan PKK Maternitas semester V, pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat : Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito

Mahasiswa,

(Bekti Suhartimah)

Mengetahui,

Pembimbing Lahan CI Akademik

(………………….) (Ni Ketut K,M.Kep., Sp.Kep.KMB)


BAB II
KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian
Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di
keluarkan dari alat–alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005)
Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih
seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau lendir ini
tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Sasmiyanti & Handayani,
2008).
Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari
vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal)
dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit
melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi
wanita (Mansjoer, 2001).
Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal
yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar,karena ada berbagai sebab
yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang
merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat
menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk,
2005).
B. Etiologi
Menurut Sibagariang E. (2010) keputihan yang fisiologis terjadi pada :
1. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon
esterogen dan progesteron sang ibu.
2. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid, hal ini ditunjang
oleh hormon esterogen.
3. Setiap wanita yang mengalami kegairahan seksual, hal ini berkaitan
dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
4. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
5. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah kedaerah vagina
dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
Keputihan yang patologis terjadi disebabkan oleh (Sibagariang E., 2010):
1. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini
dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi yakni:
2. Jamur, jenis jamur candida albicans adalah jamur paling sering
menyebabkan keputihan. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan
infeksi jamur candida seperti : pemakaian obat antibiotika atau
kortikosteroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal, penyakit
diabetes militus, penurunan kekebalan tubuh karena penyakit kronis,
selalu memakai pakaian ketat dan dari bahan yang sukar menyerap kering
3. Bakteri
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah : Gonokokus,
Clamidia trakomatis, Grandnerella, dnan Treponema pallidum
4. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas
vaginalis. Salah satu penularan T.vaginalis yang paling sering adalah
dengan koitus.
5. Virus
Sering disebabkan oleh Human papiloma virus (HPV) dan Herpes
Simpleks. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan
tanpa rasa gatal.
6. Benda asing
Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau
prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih.

C. Klasifikasi
1. Keputihan yang fisiologis
Keputihan yang fisiologis adalah cairan jernih,tidak berbau dan tidak
gatal. Keputihan fisiologis cairan jernih yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang (Sibagariang E., 2010). Keputihan fisiologis
muncul pada saat ovulasi, rangsangan seksual, menjelang dan sesudah
haid, atau pengaruh hormon (Manuaba, 2009).
2. Keputihan patologis
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak leukosit. Eksudat yang terjadi karena adanya luka,
cairan yang muncul bewarna, jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap,
terasa gatal atau panas dan menyebabkan luka didaerah mulut vagina
(Sibagariang E.,2010). Keputihan patologis muncul karena infeksi vagina,
keganasan reproduksi, bisa juga karena benda asing dalam vagina
(Manuaba, 2009)

D. Patofisiologi
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentanterhadap
infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anussangat dekat,
sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri,parasit,maupun virus mudah
masuk ke liang vagina. Infeksi juga terjadikarena terganggunya
keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem vagina merupakan lingkaran
kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu estrogen dan bakteri
Lactobacillus atau bakteri baik.Di sini estrogen berperan dalam menentukan
kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh(glikogen). Glikogen
merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk
pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asamlaktat,
yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH dikisaran 3,8-
4,2. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri
patogen akan mati.
Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% Lactobacillus,5%
patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak
akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat
keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun,dan rentanmengalami
infeksi. Ketidakseimbangan ekosistem vaginadisebabkan banyak faktor. Di
antaranya kontrasepsi oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid,
cairan sperma,penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan
gangguan hormon seperti saat pubertas,kehamilan, atau menopause.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman
yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan
yang lain ituuntuk tidak tumbuh subur. Jika keasaman dalam vagina berubah
maka kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya
bisa terjadi infeksi yangakhirnya menyebabkan fluoralbus, yang berbau, gatal,
danmenimbulkan ketidaknyamanan. Begitu seorang wanita melakukan
hubungan seks, maka wanita tersebut terbuka sekali terhadap kuman-kuman
yang berasal dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa didapatdari kuman
penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita
tersebut.
Lactobacillus acidophilu merupakan bakteri yang dominan dalam
ekosistem vagina. Lactobacillus membantu mempertahankan pH vagina
normal (3,5 – 4,5) dengan memproduksi asam laktat, yang menyeimbangkan
ekosistem vagina (Smith M., 2000)
Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang
awalnya bersifat asam menjadi lebih basa. pH asam pada genital wanita
berfungsi sebagai mekanisme pertahan alat genital terhadap patogen-patogen
didaerah tersebut, pH yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan
patogen bisa mengivasi daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada
pada daerah genital menjadi bersifat patogen. Adanya keadaan ini
menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang tergantung kepada penyebab
ataupun mikroorganisme yang menyebabkan keputihan. Manifestasi dari
keputihan tergantung kepada penyebab keputihan (Sibagariang E., 2010)

E. Manifestasi Klinis
Keputihan mempunyai berbagai penyebab infeksi, salah satu cara
memastikan mikroorgnisme penyebab keputihan adalah dengan melihat
discharge-nya :
1. Bakteri, gejala : cairan bau amis (fishy, pH 6-7), warna putih atau abu-
abu.
2. Parasit,gejala : cairan bau amis (fishy, pH 6-7), warna hijau atau kuning.
3. Jamur, gejala : cairan berwarna putih berbusa, pH <4,5
4. Penyebab lain : cairan bewarna putih berbusa, pH >4,5 (REES.M , 2008)

F. Data Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berguna untuk mendeteksi adanya kemungkinan
penyakit kronis. Pemeriksaan fisik yang khusus yang harus dilakukan
adalah pemeriksaan genital yang meliputi : inspeksi dan palpasi genital
eksterna, pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks,
pemeriksaan pelvis bimanual.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Penentuan pH, menggunakan kertas indikator (normal 3,0 – 4,5)
b. Penilaian sediaan basah,dengan KOH 10% dan garam fisiologis.
Trichomonas vaginalisakan terlihat jelas dengan garam fisiologis
sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagellnya dan gerakannya
yang cepat. Sedangkan Candida albicansdapat dilihat jelas dengan
KOH 10% tampak sel ragi (blastospora). Pada infeksi Gardnerella
vaginalisakan dijumpai clue cell yang merupakan ciri khasnya.
c. Pewarnaan gram.
d. Kultur, untuk menentukan kuman penyebab.
e. Pemeriksaan serologis, untuk mendeteksi Herpes genitalis dan
Human Papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.
f. Tes pap smear, tes ini ditunjukkan untuk mendeteksi adanya
keganansan pada serviks, infeksi termasuk Human Papiloma virus,
peradangan, sitologi hormonal dan evaluasi hasil terapi.
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan ( Koronek , Muhammad A.)
Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi
insidensi kepurihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir
pernah dialami oleh setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat
diberikan yaitu:
a. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang
b. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat
c. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminim
d. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan)
e. Memakai celana dalam katun
f. Menghindari pemakaian celana ketat
g. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar
vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel
halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung
jamur dan bakteri untuk bersarang ditempat itu.
h. Jaga kesterilan alat vital. Penggunaan tisu basah atau produk
pantyliner harus betul-betul steril.
i. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
2. Farmakologi
Keputihan merupakan salah satu kondisi paling umum untuk wanita
mencari perawatan medis. Wanita dengan keluhan keputihan akan
berusaha melakukan terapi dengan menggunakan obat yang salah (Rees
M., 20008). Terapi pada keputihan harus disesuaikan dengan etiologinya
(Ramayanti, 2004) :
1. Parasit Pada infeksi Trichomonas vaginalisdiberikan metronidazol
3x250 mg peroral selama 10 hari, dapat juga dengan Klotrimazol
1x100 mg intravaginal selama 7 hari.
2. Jamur Pada infeksi Candida albicansdapat diberikan mikostatin
10.000 unit intravaginal selama 14 hari, obat lainnya Itrakonazol
2x200 mg peroral dosis sehari.
3. Bakteri Untuk Gonokokusdapat diberikan Tetrasiklin 4x250 mg
peroral/hari selama 10 hari, untuk Gradnerella vaginalisdiberikan
Clindamycin 2x300mg peroral/hari selama 7 hari, Klamidia
trachomatis diberikan Tetrasiklin 4x500 mg peroral/hari selama 7-10
hari, dan Treponema palladiumdiberikan Benzatin Penisilin G 24 juta
unit IM dosis tunggal atau Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2
minggu
4. Virus
Pada virus Herpes tipe 2,diberikan obat topical larutan neutral 1% atau
larutan proflavine 0,1%, pada Human Papiloma virus pemberian
vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk infeksi virus
ini (namun vaksinasi ini masih dalam penelitian), kemudian
pemberian suntikan interferon dan obat topical podofilin 25% atau
podofilotoksin 0,5% baik untuk Kondiloma akuminata.

H. PENCEGAHAN
Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi
insidensi kepurihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir
pernah dialami oleh setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat diberikan
yaitu:
1. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang.
2. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat.
3. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminism.
4. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan).
5. Memakai celana dalam katun.
6. Menghindari pemakaian celana ketat.
7. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar
vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel halus
yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung jamur dan
bakteri untuk bersarang ditempat itu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Data psikososial spiritual
7. Pola aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas istirahat
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Hygiene perseorangan
8. Pemeriksaan fisik
9. Pemeriksaan status ginekologis
10. Pemeriksaan penunjang
B. Diagnosa
1. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan higinitas daerah genitalia
berhubungan dengan terbatasnya informasi
2. Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme
3. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
C. INTERVENSI
Diagonsa 1 :
Kurangnya pengetahuan tentang perawatan higinitas daerah genitalia
berhubungan dengan terbatasnya informasi
Intervensi :
1. Jelaskan kepada klien tentang penyebab terjadinya fluor albus.
2. Jelaskan kepada klien tentang proses terjadinya fluor albus.
3. Jelaskan kepada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk menghindari terjadinya fluor albus.
4. Anjurkan kepada klien untuk kontrol secara teratur dan meminum
obat
yang diberikan secara rutin.
5. Observasi kemampuan ibu dalam menjelaskan kembali apa yang telah
dijelaskan oleh petugas.

Diagnosa 2 :
Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme
Kriteria hasil:
Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas dari
proses infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan
pengetahuan tentang fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi :
1. Jelaskan teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia
2. Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi
3. Berikan infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab,
resiko-resiko pada kekuatan penularan dari infeksi
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi antimikroba sesuai resep dokter

Diagnosa 3
Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
Kriteria hasil :
Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan
peningkatan kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk
melanjutkan aktivitas seksual
Intervensi :
1. Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan
seksual, masalah seksual
2. Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual
3. Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual
4. Anjurkan untuk merawat kebersihan alat genitalia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA

Caprnito, Lynda Juall. 2006. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC


Indah Arthanasia.2011.Perawatan Gangguan Bermacam-macam Keputhan Pada
Organ Reproduksi Wanita
Kartono, (2006). Perilaku Manusia. PT Refika Aditama. Bandung
Kusumawati, (2008). Kehamilan dan persalinan. Tugu Publiser.Yogyakarta.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Thomas Rabe.2002.Alih bahasa dr Ida Bagus Gde Manuaba, SPOG.Ilmu
Kandungan. Jakarta : Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai