Anda di halaman 1dari 4

1. Langkah-langkah hukum yang harus dilakukan?

a. Menyiapkan Telaah- Legal opini- Lingkup Birokrasi


Pokok masalah yang dipersoalkan yaitu:
1) Kelalaian Dokter.
Dokter tidak melakukan SOP yang benar untuk mendiagnosis keadaan pasien (tidak
melakukan USG)
2) Kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh dokter di RSUP MJ
3) Tindakan persalinan menimbulkan jejas (luka di kepala bayi pertama seluas 1cm)
Kelalaian
4) Melanggar UU yang berlaku
Peraturan / ketentuan yag ada kaitannya dengan kasus diatas:
- UU No 36 Tahun 2009 Tentang Hukum Kesehatan (Pasal 58 ayat 1)
- UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
- UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit (Pasal 46)
- Pasal 44 UUPK ( Permenkes 585/ 1989) tentang: diagnosa dan tata cara tindakan
medis
- SKP BIDAN, DAN SOP
- UU Tentang kode etik bidan
- UU Tentang kode etik kedokteran
- KUHPERDATA ( KITAB Undang –Undang Hukum Acara Perdata)
PASAL 1365 Berbunyi:
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang menyebabkan kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugia n itu,
mengganti kerugian tersebut.
PASAL 1366 Berbunyi :
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang diseabkan kelalaian atau kurang
hati-hatinya.
5) Melanggar hak pasien
6) Mengakibatkan kerugian materiil dan imateriil pasien

b. Langkah-Langkah hukum yang harus dilakukan dalam penangan kasus diatas adalah :
1) Jalur non litigasi (Luar Pengadilan)
- Negosiasi : Penyelesaian kedua belah pihak tanpa keterlibatan pihak ke-3
- Mediasi : Penyelesaian dengan mengunakan penengah ( mediator) yang sifatnya
pasif.pengaturan mediasi terdapat dalam kitab undang-undang hukum acara pidana
tentang pihak ketiga berbunyi :
Salah satu pihak yang sedang berperkara dapat menarik pihak ketiga ke dalam
suatu perkara yang sedang diadili.
- Konsiliasi : Penyelesaian dengan menggunakan penengah ( konsiliator ) yang
sifatnya pasif.

2) Jalur Litigasi (Pengadilan)


Pidana, Perdata atau TUN. Proses yang dapat dilakukan :
- pengaduan korban ke pihak rumah sakit
- Pihak Rumah Sakit melaporkan kasus ini ke majelis kehormatan disiplin
kedokteran indonesia ( MKDKI
- Setelah MKDKI menerima laporan dari pihak rumah sakit, maka MKDKI
memeriksa laporan tersebut.
- Jika diduga dokter melakukan pelanggaran kode etik kedokteran maka ia akan di
panggil.

Prosedur yang dapat dilakukan korban jika menghendaki penyelesaian hukum secara
perdata :
- Gugatan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan
- Ketua pengadilan tinggi tetapkan majelis hakim
- majelis hakim tetapkan hari sidang
- panitera panggil para pihak
- para pihak hadir,majelis hakim periksa identitas para pihak
- replik penggugat
- Duplik tergugat
- -pembuktian
- kesimpulan
- putusan

Prosedur yang dapat dilakukan korban jika menghendaki penyelesaian hukum secara
Pidana
- Jaksa penuntut umum – terdakwa
- dakwaan
- putusan Sela
- pledoi / pembelaan
- replik/ duplik
- putusan

Sanksi yang dapat diberikan dapat berupa :


- Pemberian sanksi disiplin berupa:
- Pemberian peringatan tertulis
- Rekomendasi Pencabutan STR ATAU SIP Dan atau kewajiban mengikuti pelatihan
atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Kesimpulan
1) Korban meminta ganti rugi terhadap apa yang telah diperbuat oleh dokter. Keluarga
pasien meminta tindakan penyembuhan dari dokter untuk kesehatan dan keselamatan
pasien tanpa biaya. Dalam kasus ini terdapat beberapa pasal yang dapat menguatkan
pasien untuk menggugat dokter secara hukum perdata.
Pasal 58 ayat 1 Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan sudah
jelas bahwa tenaga kesehatan yaitu dokter dapat digugat dan dimintai ganti rugi.
Penanganan yang dilakukan oleh dokter di mengalami kesalahan dan kerugian, maka
dokter tersebut dapat digugat dan dimintai ganti rugi.
2) Bentuk tanggung jawab dokter adalah harus mengganti kerugian materiil berupa ganti
rugi pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh pasien untuk membayar biaya rumah
sakit dan pembelian obat juga penggantian kerugian. Sedangkan penggantian kerugian
immaterial karena pasien merasa sakit, cemas, tertekan dan sebagainya.
3) Gugatan yang diajukan pasien untuk dapat meminta pertanggung jawaban rumah sakit
juga tertera dalam Pasal 46 undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum apabila
kerugian yang ditimbulkan dilakukan oleh tenaga kesehatan atau dokternya. Dalam
hal ini rumah sakit yang dipimpin oleh Direktur ikut bertanggung jawab terhadap
kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh dokter kepada pasien.
4) Bentuk pertanggung jawaban rumah sakit terhadap pasien adalah berupa pembebasan
biaya penyembuhan pasien di rumah sakit tersebut apabila sebelumnya dilakukan
musyawarah antara pasien, dokter dan pihak dari rumah sakit. Dengan catatan setelah
rumah sakit dan dokter melakukan pertanggungjawabannya maka pasien tidak boleh
meneruskan masalah ini ke dalam ranah hukum.
5) Apabila pasien menggunakan ranah hukum sebagai cara penyelesaiannya maka rumah
sakit juga dapat dikatakan melakukan perbuatan melanggar hukum sebagaimana yang
diatur dalam 1367 KUHPerdata, dengan alasan karena kesalahan yang dilakukan oleh
dokter adalah dalam kapasitasnya sebagai tenaga medis rumah sakit dan dokter juga
melaksanakan kewajibannya atas nama rumah sakit. Terhadap kesalahannya rumah
sakit sudah sepantasnya dapat juga dipertanggunggugatkan.

Anda mungkin juga menyukai