Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Angka KematianIbu (AKI) di dunia berdasarkan data World Health

Organization (WHO) menyebutkan bahwa angka kematian ibu diperkirakan, di

seluruh dunia lebih dari 585 ribu ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau

bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan yang meninggal, sedangkan

proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4

juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir

pada bulan pertama di Asia tenggara. Berdasarkan data dari Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI)) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan Angka KematianBayi

(AKB) mencapai 32/1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut data dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019,

PerpresNO.2/2015), salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan ibu

dan anaka dalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 306 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2019 dan angka kematian bayi menjadi 24 per

1.000 kelahiran hidup.

Sampai sekarang perdarahan dalam obstetric masih memegang peran

penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara maju,

terutama pada kelompok social ekonomi lemah. Perdarahan obstetrik yang terjadi

pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir

umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak dapat penanganan yang
2

cepat bias mendatangkan syok yang fatal. Perdarahan antepartum adalah

perdarahan jalan lahir setelahkehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum

digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan

kehamilan yaitu plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan pada plasenta letak

rendah, pecahnya sinus marginalisdan vasa previa.

Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) dan

sesudah persalinan (post partum bleeding). Plasenta previa marupakan salah satu

penyebab perdarahan yang terjadi sebelum persalinan dan member kontribusi

sekitar (20%) dari seluruh kejadian perdarahan pada kehamilan trimester ketiga

(Callahan et al.,2001). Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara

pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan

gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagaimekanisme yang mungkin

menjadi factor penyebab terjadinya plasenta previa.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membuat

makalah tentang plasenta previa, Karena penulis berharap bisa memahami tentang

konsep terjadinya plasenta previa.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui Dan Mendeskripsikan Tentang Plasenta Previa.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui Tentang Definisi Plasenta Previa.

b. Diketahui Tentang Klasifikasi Plasenta Previa.

c. Diketahui Tentang Patofisologi Plasenta Previa.


3

d. Diketahui Tentang Faktor Presdisposisi Plasenta Previa

e. Diketahui Tentang Penatalaksanan Plasenta Prrevia.

1.3 Manfaat

Makalah ini di harapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan serta

acuan untuk menunjang proses belajar mengajar mahasiswa S2 Program

Matrikulasi Kebidanan.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plasenta Previa

2.1.1 Defenisi

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) sehingga plasenta berada

didepan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus

uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri.

2.1.2 Klasifikasi

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Plasenta previa totalis apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium

uteri internum.

b. Plasenta previa parsialis apabila jaringan plasenta menutupi sebagian

ostium uteri internum.

c. Plasenta Previa marginalis yaitu plasenta yang tepinya terletak pada

pinggir ostium uteri internum.

d. Plasenta previa letak rendah apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4

cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

2.1.3 Patofisiologi

Plasenta berimplantasi pada daerah kaudal dari uterus. Perkembangan

plasenta selanjutnya dapat menutupi ostium uteri internum. Mungkin disebabkan


5

tempat implantasi lain yang normal tidak memiliki vaskularisasi yang baik.

Pembentukan segmen bawah uterus dan pembukaan ostium uteri internum akan

menyebabkan perobekan perlekatan plasenta pada plasenta yang sebelumnya

menutupi ostium uteri internum.

2.1.4 Faktor Predisposisi

a. Usia ibu

b. Multiparitas

c. Riwayat seksio sesarea sebelumnya

2.1.5 Diagnosis

a. Perdarahan tanpa nyeri,usia kehamilan >22 minggu

b. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

c. Tidak ada kontraksi uterus

d. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

e. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

a. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG Dengan USG,

maka posisi plasenta dapat diidentifikasi .

b. Selain itu dapat dibedakan antara plasenta previa dengan plasenta letak

rendah (tepi plasenta berada kurang lebih 3cm dari ostium uteri

internum)

c. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia

kesiapan untuk seksio sesarea.


6

d. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu

Atas panggul.

e. Pemeriksaan inspekulo untuk mencari perdarahan berasal dari ostium

uteri eksternum.

2.1.7 Tatalaksana Umum

a. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia

kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara

hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.

b. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infuscairanintravena

(NaCl0,9%atauRingerLaktat).

c. Lakukan penilaian jumlah perdarahan.

d. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea

tanpa memperhitungkan usia kehamilan.

e. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,

pertimbangkan terapi ekspektatif.

2.1.8 Tatalaksana Khusus Terapi Konservatif

a. Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan

secara non-invasif.

b. Syarat terapi ekspektatif:

a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik

b) Belum ada tada inpartu

c) Keadaan umum ibu cukup baik(kadar Hb dalam batasnormal)

d) Janin masih hidup dan kondisi janin baik


7

e) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.

f) Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.

c. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:

a) MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau

b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari

c) Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg

IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

d) Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral

60 mg selama 1 bulan.

e) Pastikan tersedianya sarana transfusi.

f) Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu

masih lama, ibu dapat di rawat jalan dengan pesan segera kembali

kerumah sakit jika terjadi perdarahan.

2.1.9 Tatalaksana Khusus Terapi Aktif

a. Rencanakan terminasi kehamilan jika:

a) Usia kehamilan cukup bulan

b) Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi

kelangsungan hidupnya(misalnya anensefali)

c) Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif

tanpa memandang usia kehamilan.

b. Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit,dan

presentasi kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput ketuban

dan persalinan pervaginam masih dimungkinkan.

c. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea


8

d. Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan

dari tempat plasenta:

a) Jahit lokasi perdarahan dengan benang

b) Pasang infus oksitosin 10 unitin 500ml cairan IV(NaCl0,9% atau

Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes/menit

c) Jika perdarahan terjadi pascasalin,segera lakukan penanganan yang

sesuai, seperti ligasi arteri dan histerektomi.

2.1.10 Persalinan Pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. penekanan

tersebut dapat dilakukan dengan cara:

a. Amniomtomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan

pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. dengan memecah ketuban,

plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala

janin. jika kontraksi uterus belum ada atau ,asih lemah, akselerasi dengan

infus oksitosin.

b. Versi braxton hicks

Tujuan melakukan versi braxton hicks adalah menggadakan tamponande

plaenta dengan bokong serta kaki janin. Versi baraxton hicks tidak

dilakukan pada janin yang masih hidup.

c. Traksi dengan cunam willet

Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian diberi beban

secukupnya sampai perdarahan berhenti. tindakan ini kurang efektif untuk

menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit


9

kepala. tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal

dan perdarahan yang tidak aktif.

Amniotomi dilakukan dengan indikasi :

a. Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada

pembukaan.

b. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan

pembukaan 4 cm atau lebih.

c. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal

2.1.11 Seksio Sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan

untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan. Persalinan dengan seksio cesarea

bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan dengan demikian

memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan

perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks dan segmen-segmen

uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam.

Seksio cesarea dilakukan dengan indikasi :

a. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal

b. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit

dikontrol dengan cara-cara yang ada.

c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti

dengan tindakan-tindakan yang ada.

d. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang


10

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian

atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) sehingga

plasenta berada didepan jalan lahir. Plasenta berimplantasi pada daerah

kaudal dari uterus. Perkembanga plasenta selanjutnya dapat menutupi

ostium uteri internum. Mungkin disebabkan tempat implantasi lain yang

normal tidak memiliki vaskularisasi yang baik. Pembentukan segmen

bawah uterus dan pembukaan ostium uteri internum akan menyebabkan

perobekan perlekatan plasenta pada plasenta yang sebelumnya menutupi

ostium uteri internum.

3. 2 SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan

yang ada didalamnya. Baik dalam penulisan kata, tanda baca atau yang

lainnya. Sehingga penulis banyak berharap kepada pembaca terutama agar

memberikan apresiasinya demi bergunanya makalah ini.


11

Anda mungkin juga menyukai