PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hiperosmolar Non Ketotik (HONK) merupakan komplikasi diabetes
mellitus (DM), ditandai oleh hiperglikemia lebih dari 600 mg / dL,
hyperosmolality lebih dari 330 mOsm / L, dan asidosis metabolik ringan (pH>
7.2) yaitu (7.35-7.45) (M.Moed et al 2013).
Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan
gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma
keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI,2015).
Keto asidosis diabetik (KAD) dan koma hiperosmolar hiperglikemik non
ketotik (HHNK/HONK) merupakan komplikasi akut/emergensi Diabetes Melitus
(DM).
Tabel Perbandingan KAD dengan HONK /HHNK
Variabel KAD
HONK/HHNK
Ringan Sedang Berat
2
Catatan:
2.2 Epidemiologi
Data di Amerika menunjukkan bahwa insiden HONK sebesar 17,5 per
100.000 penduduk. Insiden ini sedikit lebih tinggi dibanding insiden KAD.
HONK lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Angka
mortalitas pada kasus HONK cukup tinggi, sekitar 10-20% (IPD, 2015).
2.3 Etiologi
Hiperosmolar non ketotik (HONK) biasanya terjadi pada orangtua dengan
DM, yang mempunyai penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya
asupan maknan. Faktor pencetus data dibagi menjadi enam kategori : infeksi,
pngobatan, DM tidak terdiagnosis, dan penyakit penyerta. Infeksi merupakan
penyebab tersering (57,1%). Compliance yang buruk terhadap pengobatan DM
juga sering menyebabkan HONK (21%) (IPD, 2015).
2.4 Patofisiologi
Faktor yang memulai timbulnya HONK adalah diuresis glukosuria.
Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal dalam
mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin memperberat derajat kehilangan air.
Pada keadaan normal ginjal berfungsi mengeliminasi glukosa diatas ambang batas
tertentu. Namun, demikian penurunan volume intravaskular atau penyakit ginjal
yang telah ada sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi glomerulus,
menyebekan konsentrasi glukosa meningkat. Hilangnya air yang lebih banyak
dibandingkan natrium akan menyebakan keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada
tidak cukup untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah, terutama jika terdapat
resistensi insulin.
3
Tidak seperti pada pasien KAD, pasien HONK tidak mengalami ketoasidosis,
namun tidak diketahui dengan jelas alasannya. Faktor yang diduga ikut
berpengaruh adalah keterbatasan ketogenesis karena keadaan hiperosmolar,
konsentrasi asam lemak bebas yang rendah untuk ketogenesis, ketersediaan
insulin yang cukup untuk mencegah hiperglikemia, resistensi hati terhadap
glukagon.
Tidak tercukupinya kebutuhan insulin menyebabkan timbulnya hiperglikemia.
Penurunan pemakaian glukosa oleh jaringan perifer termasuk oleh sel otot dan sel
lemak, ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai glikogen pada otot dan hati,
dan stimulasi glukagon pada sel hati untuk glukoneogenesis mengakibatkan
semakin naiknya konsentrasi glukosa darah. Pada keadaan dimana insulin tidak
mencukupi, maka besarnya kenaikan konsentrasi glukosa darah juga tergantung
dari status hidrasi dan masukan karbohidrat oral.
Hiperglikemi mengakibatkan timbulnya diuresis osmotik, dan mengakibatkan
penurunan cairan tubuh total. Dalam ruang vaskular, dimana glukoneogenesis dan
masukkan makanan terus menambah glukosa, kehilangan cairan akan semakin
mengakibatkan hiperglikemi dan hilangnya volume sirkulasi. Hiperglikemi dan
peningkatan konsentrasi protein plasma yang engikuti hilangnya cairan
intravaskular menyebakan keadaan hiperosmolar. Keadaan hiperosmolar ini
memicu sekresi hormon anti diuretik. Keadaan hiperosmolar ini juga akan
memicu timbulnya rasa haus.
Adanya keadaan hiperglikemi dan hiperosmolar ini jika kehilangan cairan
tidak dikompensasi dengan masukan cairan oral maka akan timbul dehidrasi dan
kemudian hipovolemia. Hipovolemia akan mengakibatkan hipotensi dan nantinya
akan menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan. Keadaan koma merupakan
suatu stadium akhir dari proses hiperglikemi ini, dimana telah timbul gangguan
elektrolit berat dalam kaitannya dengan hipotensi (IPD, 2015).
4
Gambar. Patofisiologi Hiperosmolar hiperglikemik Non Ketotik
5
3. Mempunyai penyakit dasar lain, ditemukan 85% mengidap
penyakit ginjal atau kardiovaskuler, lain-lain seperti
akromegali, tirotoksikosis dan penyakit Cushing
4. Sering disebabkan oleh obat-obatan, antar lain tiazid,
furosemid, manitol, digitalis, reserpin, steroid, klorpromazin,
hidralazin, dilantin, simetidin,dan haloperidol.
5. Mempunyai faktor pencetus misalnya infeksi, penyakit
kardiovaskuler, aritmia, perdarahan, gangguan keseimbangan
cairan, pancreatitis, koma hepatic dan operasi.
2.6.1 Anamnesis
Pada pasien HONK keluhan yang dirasakan: rasa lemah, gangguan
penglihatan, atau kaki kejang. Dapat pula ditemukan keluhan mual, muntah.
Kadang, pasien datang dengan disertai keluhan saraf seperti letargi, disorientasi,
hemiparesis, kejang atau koma. Secara klinis HONK sulit dibedakan dengan
ketoasidosis diabetik terutama bila hasil laboratorium seperti kadar gula darah,
keton, dan keseimbangan asam basa belum ada hasilnya.
Untuk menilai kondisi tersebut maka dapat digunakan acuan, sebagai berikut:
• Sering ditemukan pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun,
semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah ditemukan pada
anak.
• Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau diabetes
tanpa pengobatan insulin.
• Mempunyai penyakit dasar lain. Ditemukan 85% pasien HONK
mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah ditemukan pada
penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Cushing.
• Sering disebabkan obat-obatan antara lain tiazid, furosemid, manitol,
digitalis, reserpin, steroid, klorpromazin, hidralazin, dilantin, simetidin,
dan haloperidol (neuroleptik).
• Mempunyai faktor pencetus, misalnya penyakit kardiovaskular, aritmia,
perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik,
dan operasi.
6
Dari anamnesis keluarga biasanya faktor penyebab pasien datang ke rumah
sakit adalah poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan penurunan kesadaran
(PERKENI 2015).
7
tergantung dari konsentrasi natrium yang sudah dikoreksi, yang dapat di hitung
dengan rumus:
Sodium + 165 x (Glukosa darah (mg per dL) – 100
(mEq/L) 100
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan HONK adalah untuk mengobati penyebab yang
mendasari dan secara bertahap dan aman:
• Normalisasikan osmolaritas
• Normalisasikan cairan dan elektrolit
• Normalisasikan glukosa darah
Serupa dengan KAD, hanya cairan yang diberikan adalah cairan
hipotonis (1/2N, 2A). Penggunaan cairan isotonik akan dapat menyebabkan
overload cairan dan cairan hipotonik mungkin dapat mengkoreksi defisit cairan
8
terlalu cepat dan potensial menyebabkan kematian dan lisis mielin difus. Pada
awalnya normal saline 1 L/jam. Jika keadaan syok hipovolemik bisa digunakan
plasma expanders. Diharapkan GD turun 75-100 mg/dL per jam, jika tidak
tercapai pikirkan kemungkinan pergantian cairan yang kurang atau gangguan
fungsi ginjal (IPD, 2015)
Insulin
Elektrolit
Kehilangan kalium tubuh total sering kali tidak diketahui pasti karena
konsentrasi kalium dalam tubuh dapat normal atau tinggi. Konsentrasi kalium
yang sebenarnya akan terlihat ketika diberikan insulin, karena ini akan
mengakibatkkan kalium serum masuk ke dalam sel. Konsentrasi elektrolit harus
dipantau terus menerus dan irama jantung pasien juga harus dimonitor (IPD,
2015).
Jika konsentrasi kalium awal < 3,3 mEq per L (3,3 mmol/L), tunda
pemberian insulin, berikan kalium (2/3 kalium klorida dan 1/3 kalium fosfat
sampai tercapai konsentrasi kalium setidaknya 3,3 mEq/L). Jika konsentrasi
kalium > 5,0 mEq per L (5,0 mmol/L) konsentrasi kalium harus diturunkan
sampai < 5,0 mEq/L, namun sebaiknya konsentrasi kalium ini perlu dimonitor tiap
2 jam (IPD, 2015).
9
Jika konsentrasi awal kalium 3,3 – 5,0 mEq/L, maka 20-30 mEq kalium
harus diberikan dalam tiap liter cairan iv yang diberikan (2/3 kalium klorida, 1/3
kalium fosfat) untuk mempertahankan konsentrasi kalium anatara 4,0 mEq per L
(4,0 mmol/L) dan 5,0 mEq/L (IPD,2015).
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari terapi yang tidak adekuat meliputi oklusi vaskuler, infark
miokard, low-flow syndrome, DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy),
dan rabdomiolisis. Overhidrasi dapat menyebabkan adult respiratory distress
syndrome dan edema serebri : jarang ditemukan namun dapat berakibat fatal.
Edema serebri ditatalaksana dengan infus mnitol dengan dosis 1-2 g/kgBB selama
30 menit dan pemberian deksametason intravena (IPD,2015).
2.9 Prognosis
Biasa buruk, tetapi sebenarnya kemtian pasien bukan disebabkan oleh
sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh penyakit yang mendasari atau
menyertainya. Angka kemtian berkisar antara 30-50%. Di negara maju dapat
dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi, usia lanjut dan osmolaritas
darah yang sangat tinggi. Di negara maju, angka kematian dapat ditekan menjadi
sekitar 12% (IPD,2015).
10
BAB III
ILUSTRASI STATUS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kampung tuah indrapura
Keluhan Utama
PBM via IGD RSUD Tengku Rafian Siak Sri Indrapura dengan sesak nafas sejak
pagi.
PBM via IGD RSUD Tengku Rafian Siak Sri Indrapura dengan keluhan sesak
nafas sejak pagi. Sesak dirasakan mendadak disertai penurunan kesadaran, dan
gelisah. Keluarga pasien mengatakan tidak ada mual, muntah, buang air kecil
(BAK) dan buang air besar(BAB) lancar.
Riwayat Psikososial
- Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan minum minuman alkohol.
11
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : 20,8 (Normal)
Vital sign
Tekanan darah :90/50 mmHg
Pemeriksaan kepala
• Mata: Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
• Mulut : kering (+), sianosis(-)
Pemeriksaan leher
• Pemebesaran KGB (-)
Pemeriksaan toraks
• Inspeksi: simestris kanan-kiri, tidak tampak jejas trauma
• Palpasi: vokal fremitus simestris kanan-kiri, tidak teraba krepitasi
• Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
• Auskultasi : vesikuler (+) , ronkhi (-), wheezing (-)
Pemeriksaan jantung
12
Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi: tidak tampak jejas trauma, benjolan dan tanda-tanda radang (-
), distensi (-)
• Auskultasi : Bising Usus (+) normal
• Perkusi : Timpani
• Palpasi : Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan ekstremitas
• Superior : edema (+)
• Inferior : edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 30 September 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Darah Lengkap
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Diabetes
Jam
13
14.00
801
mg/dl
Ph 7,02 - 7,35-7,45
Elektrolit
a) Na : 126 mmol/l
b) K : 5,8 mmol/l
c) Cl : 104 mmol/l
1 Oktober 2018
KGD
14
2 Oktober 2018
KGD
3 Oktober 2018
KGD
4 Oktober 2018
KGD
15
12.00 298 mg/dl ≤150
5 Oktober 2018
KGD
Diagnosis Kerja :
- Asidosis metabolic
- AKI
RENCANA
Tindakan Terapi
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
BAB V
KESIMPULAN
Hiperosmolar Non Ketotik (HONK) merupakan komplikasi diabetes
mellitus (DM), ditandai oleh hiperglikemia lebih dari 600 mg / dL,
hyperosmolality lebih dari 330 mOsm / L, dan asidosis metabolik ringan (pH>
7.2) yaitu (7.35-7.45). Insiden ini sedikit lebih tinggi dibanding insiden KAD.
HONK lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Angka
mortalitas pada kasus HONK cukup tinggi, sekitar 10-20%. Hiperosmolar non
ketotik (HONK) biasanya terjadi pada orangtua dengan DM, yang mempunyai
penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya asupan maknan. Faktor
pencetus data dibagi menjadi enam kategori : infeksi, pngobatan, DM tidak
terdiagnosis, dan penyakit penyerta. Infeksi merupakan penyebab tersering
(57,1%). Keluhan pasien HONK ialah : rasa lemah, gangguan penglihatan, atau
kaki kejang. Dapat pula ditemukan keluhan mual dan muntah, namun lebih jarang
jika dibandingkan dengan KAD. Kadang, pasien datang dengan disertai keluhan
saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang dan koma. Tujuan
pengobatan HONK adalah untuk mengobati penyebab yang mendasari dan secara
bertahap dan aman yaitu normalisasikan osmolaritas, normalisasikan cairan dan
elektrolit, normalisasikan glukosa darah.
18