Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO 2 GERIATRI

Nadira Rachmianti H.

 Mini Mental State Exam (MMSE) atau disebut juga folstein test adalah tes yang digunakan untuk
menunjukkan ada atau tidaknya pelemahan kognitif pada pasien, dengan emmberkan pertanyaan sederhana atau
masalahn pada pasien dengan cakupan tempat dan waktu, mengulangi beberapa kata, aritmika, penggunaan dan
pemahaman bahasa serta kemampuan motorik dasar.
 Mengapa pasien sulit kencing padahal sebelumnya mengalami sulit menahan kencing, serta bagaimana
patofisiologinya?
Hal ini ada kaitannya dengan perubahan-perubahan fisiologik proses menua pada saluran kemih bawah yang
mungkin dialami oleh pasien dalam skenario, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya inkontinensia urin.
Organ Perubahan morfologis Perubahan Fisiologis
Kandung kemih Trabekulasi meningkat Kapasitas penyimpanan
menurun

Fibrosis meningkat Kemampuan menahan kencing


menurun
saraf autonom menurun Kontraksi involunter
meningkat
Pembentukan divertikula Volume residu pasca
berkemih meningkat
Uretra Komponen seluler menurun Tekanan penutupan menurun
Deposit kolagen meningkat Tekanan akhiran keluar
menurun
Prostat Hiperplasi dan membesar
Vagina Komponen seluler menurun
Mukosa atrofi
Dasar Panggul Deposit kolagen meningkat
Rasio jaringan ikat – otot
meningkat
Otot melemah

Proses menua baik pada laki-laki maupun perempuan telah diketahui mengakibatkan perubahan-
perubahan anatomis dan fisiologis pada system urogenital bagian bawah. Perubahan-perubahan tersebut
berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen pada perempuan dan hormone androgen pada laki-laki. Pada
dinding kandung kemih terjadi peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen sehingga mengakibatkan fungsi
kontraktil tidak efektif lagi dan mudah terbentuk trabekulasi sampai divertikel.
Atrofi mukosa, perubahan vaskularisasi submukosa, dan menipisnya lapisan otot uretra mengakibatkan
menurunnya tekanan penutupan uretra dan tekanan outflow. Pada laki-laki terjadi pengecilan testis dan
pembesaran prostat sedangkan pada perempuan terjadi penipisan dinding vagina dengan timbulnya eritema
atau ptekie, pemendekan dan penyempitan ruang vagina serta berkurangnya lubrikasi dengan akibat
meningkatnya pH serta lingkungan vagina.
Perubahan akibat proses menua pada system urogenital bawah mengakibatkan posisi kandung kemih
prolapse sehingga melemahkan tekanan atau tekanan akhiran kemih keluar.
Jika sebelumnya pasien mengalami kesulitan berkemih karena beberapa kemungkinan penyebab
seperti penurunan kontraktilitas dari otot detrusor dan obstruksi oleh kelenjar prostat yang membesar, terdapat
beberapa mekanisme yang menyebabkan lanjut usia mengalami kesulitan untuk menahan kencing.
Kandung kemih overaktif memiliki gejala berupa seringnya berkemih, nokturia, urgensi berhubungan
dengan usia dan disebabkan karena aktivitas motorik dan/atau sensorik yang abnormal. Overaktivitas detrusor
adalah kontraksi yang tidak diinginkan dari otot detrusor, dengan atau tanpa pengeluaran urin. Perubahan
sensorimotor ini menyebabkan perubahan fungsi penyimpanan dan pengosongan kandung kemih. Terdapat
kombinasi dari peningkatan volume urin di kandung kemih dengan penurunan efektivitas sensasi,
menyebabkan turunnya kewaspadaan lansia sebelum munculnya keinginan untuk berkemih yang kuat.
Sarkopenia pada lanjut usia dan perubahan komposisi jaringan ikat menyebabkan berubahnya efisiensi
otot sfingter dan mengakibatkan terganggunya penyimpanan dan pengeluaran urin. Ketebalan otot polos dan
lurik dari otot sfingter baik eksterna maupun interna mengalami pengurangan. Gabungan dari overaktivitas
detrusor dengan penurunan fungsi otot sfingter menyebabkan lanjut usia sulit menahan kencing.
Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki
tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah social dan higienis
penderitanya. Proses menua baik pada laki-Iaki maupun perempuan telah diketahui mengakibatkan
perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis pada sistem urogenital bagian bawah. Secara keseluruhan
perubahan akibat proses menua pada sistem urogenital bawah mengakibatkan posisi kandung kemih prolaps
sehingga melemahkan tekanan atau tekanan akhiran kemih keluar.

Penyebab dan Tipe Inkontinensia Urin


Mengetahui penyebab inkontinensia urin penting dalam penatalaksanaannya yang tepat. Perlu
dibedakan 4 penyebab pokok yaitu: gangguan urologik, neurologis, fungsional/psikologis , dan iatrogenik
lingkungan.
 Inkontinensia akut terjadi secara mendadak, biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem
iatrogenik yang menghilang jika bila kondisi akut teratasi atau problem medikasi dihentikan.

 Inkontinensia persisten merujuk pada kondisi urikontinensia yang tidakberkaitan dengan kondisi akut
iatrogenik dan berlangsung lama. Penyebab inkontinensia urin akut dapat di ingat dengan akronim DRIP
seperti tercantum pada Tabel 4.
 Inkontinensia Urin Kronik-Persisten

Ada 2 kelainan mendasar pada fungsi saluran kemih bawah yang melatarbelakangi inkontinensia persisten yaitu :
1) Kegagalan menyimpan urin pada kandung kemih akibat hiperaktif atau menunmnya kapasitas kandung
kemih atau lemahnya tahanan saluran keluar
2). Kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor atau meningkatnya
tahanan aliran keluar.
Jenis-jenis Inkontinensia urin
1. Kelainan pada buli-buli (Inkontinensia Urge)
a. Overaktivitas detrusor
- Hiperefleksia Detrusor (Kelainan Neurologis)
Sering disebabkan oleh : Stroke, parkinson, cedera korda spinalis, multiple sklerosis, spina bifida.
- Instabilitas Detrusor (Non Neurologis)
Sering disebabkan oleh : obstruksi infravesika, pasca bedah infravesica, batu buli, tumor buli, sistitis
b. Menurunnya Komplians buli-buli (Penurunan buli-buli dalam mempertahankan tekanannya pada saat
pengisian urin, akibat bertambahnyakolagen pada matriks detrusor atau kelainan neurologis
2. Kelainan pada uretra (Inkontinensia Stress)
a. Hiperpermeabilitas uretra
b. Defisiensi sfingter intrinsik

Tipe Inkontinensia Urin


1. Inkontinensia urin tipe urgensi ditandai dengan ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih
muncul. Manifestasinya berupa urgensi, frekuensi, dan nokturia. Kelainan ini dibagi 2 subtipe yaitu motorik
dan sensorik.
a. Subtipe motorik disebabkan oleh lesi pada sistem saraf pusat seperti stroke, parkinsonism, tumor otak dan
sklerosis multipel atau adanya lesi pada medula spinalis suprasakral.
b. Subtipe sensorik disebabkan oleh hipersensitivitas kandung kemih akibat sistitis, uretritis, dan
divertikulitis.
2. Inkontinensia urin tipe stres terjadi akibat tekanan intraabdominal yang meningkat seperti batuk, bersin, atau
mengejan, terutama terjadi pada perempuan usia lanjut yang mengalami hipermobilitas uretra dan lemahnya
otot dasar panggul akibat seringnya melahirkan, operasi dan penurunan estrogen.
3. Inkontinensia urin tipe overflow : Meningkatnya tegangan kandung kemih akibat obstruksi prostat hipertrofi
pada laki-Iaki atau lemahnya otot detrusor akibat diabetes melitus, trauma medula spinalis, obat-obatan dapat
menimbulkan. Manifestasi klinisnya berupa berkemih sedikit, pengosongan kandung kemih tidak sempurna,
dan nokturia.
4. Inkontinensia urin tipe fungsional terjadi akibat penurunan berat fungsi fisik dan kognitif sehingga pasien
tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Hal ini terjadi biasanya pada demensia berat, gangguan
mobilitas (artritis genu, kontraktur), gangguan neurologik dan psikologik.

 Depresi pada Usia Lanjut


Depresi adalah penyakit umum yang paling sering pada usia diatas 60 tahun dan merupakan
penyakit dengan gejala/manifestasi klinis yang tidak spesifik. Etiologi depresi diketahui memiliki
multifaktorial, yaitu obat-obatan, kehilangan (pasangan hidup, anggota keluarga, taraf kesehatan yang
menurun, kehilangan rasa aman, jabatan), pemiskinan sosial dan lingkungan, neurobiologi, kemunduran
kondisi fisik, multipatologi, perubahan pada sistem saraf pusat, serta penurunan kapasitas sensoris,
intelektual, daya ingat sehingga membuat dirinya terisolasi.
Menurut teori Erik Erikson, kepribadian terus berkembang dan terus tumbuh dengan perjalanan
kehidupan. Perkembangan ini melalui beberpa tahapan psikososial. Erikson menyebutkan terdapat krisis
intergrity versus despair , yaitu suatu krisis yang ketika individu dapat melewati tahap tersebut maka
akan memiliki adaptasi yang baik dan dapat menerima segala perubahan dengan ikhlas. Sebaliknya, jika
tidak dapat melewati krisis tersebut maka individu tersebut akan memiliki perasaan bahwa hidupnya
terlalu pendek, perasaan tidak memiliki, pemberontak, mudah marah, dan putus asa.
Depresi pada usia lanjut lebih sulit dideteksi karena:
 Terdapat penyakit fisik yang diderita sehingga mengacaukan gejala/manifestasi klinis dari depresi,
misalnya mudah lelah dan penurunan berat badan
 Usia lanjut sering menutupi rasa sedihnya bahkan justru menunjukkan dirinya yang lebih aktif
 Kecemasan, histeria, dan hipokondria yangs sering merupakan gejala depresi justru sering menutupi
depresinya
 Masalah sosial
Sehingga, diagnosis depresi pada usia lanjut dianjurkan menggunakan GDS (Geriatric Depression
Scale) daripada menggunakan DSM V.

Tata Laksana Depresi Usia Lanjut


Tujuan terap depresi pada usia lanjut adalah untuk mencegah relaps, rekuren, dan kronisitas.
Terapi yang digunakan adalah kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai dengan pendekatan
interdisiplin yang menyeluruh. Strategi terapi pada individu usia lanjut sebagai berikut:
 Menyusun jadwal pertemuan untuk menjaga kepatuhan dan komitmen
 Mengetengahkan topik pembicaraan tentang kehidupan sosial yang umum untuk membangun hubungan
dokter pasien yang baik
 Fokus membicarakan masalah dan menetapkan sasaran realistis
 Mendorong pasien terlibat dalam kegiatan sosial yang berarti
 Menunjukkan kepedulian dengan sentuhan fisikyang wajar
 Meninjau kembali apa yang telah dicapai di masa lalu untuk membangkitkan rasa mampu dan harga diri

Indikasi pemberian obat anti depresi pada pasien usia lanjut adalah gangguan depresi sedang
sampai berat, episode berulang, dan depresi dengan gambaran melankolia dan psikotik. Golongan SSRI
merupakan terapi lini pertama farmakologis pada depresi usia lanjut. Dari golongan SSRI, sitalopram dan
sertralin dianggap paling aman karena kedua obat ini sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim
sitokrom P450, sehingga mengurangi resiko interaksi obat yang merugikan. Pemberian anti depresi
dimulai dari dosis rendah kemudian dinaikkan perlahan-lahan. Pengobatan anti depresi dibedakan atas
tiga fase, yaitu:
 Fase Akut
Berlangsung selama 6-12 minggu. Pada tahap ini dosis optimal obat untuk memperbaiki gejala
depresi diharapkan telah tercapai.
 Fase Lanjutan
Dosis optimal dipertahankan selama 4-9 bulan untuk mencegah relaps.
 Fase Rumatan
Fase rumatan berlangsung kurang lebih satu tahun terutama untuk pasien yang memiliki riwayat
episode berulang.

Terapi Elektrokonvulsi (ECT)


Indikasi terapi ECT yaitu:
 Intoleransi terhadap efek samping obat anti depresi
 Gagal terapi
 Tidak patuh untuk minum obat
 Pasien yang tidak bisa makan maupun minum
 Berniat bunuh diri
 Retardasi berat
Terapi ECT diberikan sampai ada perubahan mood yaitu sekitar 5-10x, dilanjutkan dengan obat
antidepresi untuk mencegah kekambuhan.

 Interpretasi Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


 Hasil pemeriksaan prostat dengan rectal touche didapatkan sulkus medianus datar mengindikasikan
adanya pembesaran prostat, maka DD nya adalah benign prostate hyperplasia (BPH) derajat 2.
 Hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 termasuk kedalam kategori hipertensi stage 1.
 Hasil pemeriksaan urin rutin lekosit 50/LPB menunjukkan adanya leukosuria. Leukosuria atau piuria
merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah infeksi saluran kemih(ISK).
Dinyatakan positif bila terdapat >5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya
leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. ISK pada skenario ini
kemungkinan disebabkan oleh pembesaran prostat yang didapatkan pada pasien. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa
infeksi.Pada sistem urogenitalia yang normal, ginjal menyaring darah dan mencegahleukosit untuk
melewati urin. Beberapa penyebab leukosit urin seperti ISK, nefritis interstisial, pielonefritis, dan
penyebab lain yang menandakan terjadinya infeksi (normal= 0-4/LPB).
 GDS adalah hasil pengukuran gula darah yang dilakukan seketika waktu itu, tanpa ada puasa. GDS
>200 mg/dL menandakan seseorang menderita diabetes melitus. Hasil pemeriksaan gula darah
sewaktu (GDS) didapatkan 350 mg/dl, maka pasien termasuk Diabetes Melitus (DM) karena gula
darah mencapai >200 mg/dL.
 Proteinuria +3 : proteinuria (albuminuria) adalah suatu kondisi dimana terlalu bantak protei dalamurin.
Ginjal yang bekerja dengan benar akan menyaring limbah keluar dari darah dan tetap menyimpan
unsur penting seperti albumin untuk mencegah air keluar dari darah ke jaringan. Nilai proteinuria
dengan dipstik:
(-): 10-20 mg/dl
(+1): 50 mg/dl
(+2): 100 mg/dl
(+3): 300 mg/dl
(+4): 1000-2000 mg/dl.
 Kreatinin 2.0 mg/dl : kreatinin dalam darah adalah salah satu indikator menilai fungsi ginjal selain
ureum. Nilai normal kreatinin pada pria ada pada kisaran 0.7-1.2 mg/dl. Kenaikan nilai ini bisa karena
gangguan fungsi ginjal, orang yang mengonsumsi obat darah tinggi jenis tertentu, serta orang yang
melakukan olahraga fisik berat.

Berdasarkan skenario, didapatkan kreatinin 2,0 mg/dl dan proteinuria (+3). Pemeriksaan kadar kreatinin serum
dan protein pada urin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk limbah dalam darah yang berasal dari aktivitas otot. Produk limbah ini
biasanya dibuang dari darah melalui ginjal, tapi ketika fungsi ginjal melambat, tingkat kreatinin akan
meningkat. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total
daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot. Nilai rujukan pada dewasa yaitu laki-laki: 0,6-1,3
mg/dl; perempuan: 0,5-1,0 mg/dl. Pada lansia kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan
penurunan produksi kreatinin.
Bila ginjal rusak maka dapat terjadi kebocoran protein ke urin. Biasanya, hanya sebagian kecil protein
plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan
menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10
mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada
urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang
dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pada skenario pemeriksaan menggunakan Dipstick
yang mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin.
Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan
karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Berdasarkan tes fungsi ginjal didapatkan diagnosis banding antara lain chronic kidney disease (CKD),
acute renal failureI (ARF), dan sindroma nefrotik diabetikum.
 Mengapa dokter menyarankan agar pasien dirawat di rumah sakit?
Adanya beberapa penyakit pada pasien menyebabkan pasien mengalami gangguan tidur. Kualitas tidur
pasien pun menjadi berkurang. Pasien membutuhkan perawatan yang baik untuk mengobati penyakit
yang mendasari gangguan tidur ini. Selain itu, yang pasien butuhkan tidak hanya obat tidur saja. Apabila
pasien dirawat di rumah sakit, pasien bisa mendapat obat-obatan yang bisa mengobati penyakit yang
menyebabkan pasien susah tidur. Apabila penyakit ini bisa diatasi, kualitas tidur pasien bisa diperbaiki
dan kemudian dapat melakukan aktivitas seperti semula.
 Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Disebut juga Folstein test adalah tes yang digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya
pelemahan kognitif (cognitive impairment) pada pasien. Tes dilakukan dengan memberikan
pertanyaan sederhana atau masalah pada pasien dengan cakupan: tempat dan waktu tes dilakukan,
mengulangi beberapa kata, aritmatika, penggunaaan dan pemahaman bahasa, dan kemampuan
motorik dasar.
Nilai tertinggi dari MMSE adalah 30.

Metode Skor Interpretasi


Single Cutoff < 24 Abnormal
Range < 21 Meningkatkan kemungkinan menderita demensia
> 25 Menurunkan kemungkinan menderita demensia
Pendidikan 21 Abnormal untuk pendidikan kelas 8
< 23 Abnormal untuk pendidikan SMA
< 24 Abnormal untuk pendidikan kuliah
Keparahan 24 – 30 Tidak ada pelemahan kognitif
18 – 23 Pelemahan kognitif ringan
0 – 17 Pelemahan kognitif berat
Tabel: Interpretasi Skor MMSE

Interpretasi:
24-30 (normal)
17-23 (probable)
< 16 (definitif)
Atau
25-30 (normal)
21-24 (gangguan ringan)
10-20 (gangguan sedang)
< 9 (gangguan berat)
MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)
1. Nama Pasien : Amis (Laki-laki / Perempuan ) Umur : 79 tahun
2. Pekerjaan/Jabatan : Ibu Rumah Tangga
3. Pendidikan Terakhir: Lulusan SD
4. Riwayat Penyakit : O Stroke O DM O HT O Jantung O Lainnya...............................
5. Alasan Diperiksa :-
Item Tes Standar Pasien
ORIENTASI
1 Sekarang : tahun, bulan, hari, tanggal, musim 5
2 berapa/apa? 5
Kita berada dimana? Negara, Provinsi, Kota, RS, Lantai
REGISTRASI
3 Sebutkan nama 3 benda (apel-meja-koin), tiap benda 1 3
detik. Pasien disuruh menyebutkan nama benda
tersebut. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.
Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan ketiganya
dengan benar, catat berapa kali pengulangannya.
ATENSI dan KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7 sampai 5 kali pengurangan. Nilai 5
1 untuk setiap jawaban benar. Atau disuruh mengeja
terbalik kata “WAHYU”, nilai 1 untuk setiap urutan
benarnya.
MENGINGAT KEMBALI
5 Pasien disuruh menyebut ulang ke 3 nama ad 3. Nilai 1 3
setiap yang benar.
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan 2 nama benda yang
ditunjukkan ke dia.
7 Pasien disuruh mengulang kata : namun – tanpa – bila. 2
8 Pasien disuruh melakukan perintah: “ Ambil kertas ini
dengan tangan kanan anda – Lipat menjadi 2 – dan 1
letakkan di lantai!” 3
9 Pasien disuruh baca dan melakukan perintah tertulis: “
Pejamkan mata anda!”
10 Pasien disuruh menulis satu kalimat lengkap yang 1
berarti.
11 Pasien disuruh mengkopi bentuk gambar dibawah ini: 1

1
TOTAL 30

 Pemeriksaan GDS (Geriatric Depression Scale)


Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui skala depresi seorang pasien lanjut usia, salah
satu tool yang dapat dipergunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Versi asli dari tool ini
terdiri dari 30-item.

Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak


1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa?
4. Apakah anda senantiasa bosan?
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan?
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan?
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu?
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa anda?
9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu?
10. Apakah anda merasa tidak berdaya?
11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup?
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke
luar dan melakukan sesuatu yang baru?
13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda?
14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan?
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai
sekarang?
16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih?
17. Apakah anda merasa tidak berguna?
18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda?
19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan?
20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru?
21. Apakah anda memiliki energi maksimal?
22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong?
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda?
24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil?
25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis?
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi?
27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari?
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial?
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan?
30. Apakah pikiran anda jernih?

Panduan penilaian
Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? 0 1
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda? 1 0
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? 1 0
4. Apakah anda senantiasa bosan? 1 0
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? 0 1
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan? 1 0
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu? 0 1
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa anda? 1 0
9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? 0 1
10. Apakah anda merasa tidak berdaya? 1 0
11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup? 1 0
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke 1 0
luar dan melakukan sesuatu yang baru?
13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda? 1 0
14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan? 1 0
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai 0 1
sekarang?
16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih? 1 0
17. Apakah anda merasa tidak berguna? 1 0
18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda? 1 0
19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan? 0 1
20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru? 1 0
21. Apakah anda memiliki energi maksimal? 0 1
22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong? 1 0
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda? 1 0
24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil? 1 0
25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis? 1 0
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? 1 0
27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari? 0 1
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial? 1 0
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? 0 1
30. Apakah pikiran anda jernih? 0 1

Interpretasi Hasil
Nilai 0-9 : normal
Nilai 10-19 : depresi ringan
Nilai 20-30 : depresi berat

 Nefrosklerosis Hipertensif

Pengerasan ginjal menunjukkan adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal
sebagai akibat dari hipertensi. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik.
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan pada struktur arteriol yang
ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi. Pada ginjal, arteriosklerosis ginjal akibat hipertensi lama
disebut nefrosklerosis jinak. Gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan
lumen pembuluh darah intrarenal. Penyumbatan arteri dan arteriol akan menyebabkan kerusakan
pada glomerulus dan atrofi tubulus, yang pada prosesnya akan merusak nefron.
Nefrosklerosis maligna merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan perubahan
struktur ginjal selama fase maligna dari hipertensi esensial. Lumen yang menyempit akan
menyebabkan iskemia pada jaringan ginjal. Hal ini akan merangsang pelepasan renin yang
kemudian malah akan meningkatkan tekanan darah (Price & Wilson, 2006).

 Cedera Ginjal Akut


Cedera ginjal akut atau acute kidney injury adalah penurunan mendadak dari kapasitas ginjal
untuk mengekskresi limbah nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit. Kriteria umum
yang banyak dipakai untuk mendefinisikan AKI adalah peningkatan dari kreatinin serum melebihi
batas normal, dengan atau tanpa penurunan keluaran urin. AKI umum terjadi pada lanjut usia
dengan insidensi mencapai 949 sampai 1129 per sejuta populasi.
Etiologi:
- Prerenal: hipoperfusi ginjal, yang bisa terjadi karena hypovolemia karena dehidrasi,
kehilangan darah, muntah atau diare, sepsis, gagal jantung, atau sirosis hepar dekompensasi.
Obat seperti AINS, ACE inhibitor, ARB yang memngaruhi otoregulasi dari aliran darah
ginjal dapat menyebabkan AKI
- Intrinsik: disebabkan oleh cederan langsung terhadap sel ginjal, bentuk paling umum adalah
cedera tubuler akut. Sayangnya, penyebab terbanyak adalah iatrogenik dengan antibiotik
golongan aminoglikosida adalah obat penyebab AKI. Infeksi ginjal adalah penyebab
intrinsik lainnya. Infeksi seperti glomerulonephritis dapat merusak sel-sel ginjal dan memicu
AKI.
- Postrenal: penyebab obstruktif harus diperiksa pada pasien dengan AKI. Penyakit prostat
merupakan penyebab umum dari obstruksi saluran kemih. Penyebab lainnya meliputi kalkuli
ginjal, striktur urethra, fibrosis retroperitoneal, nekrosis papil ginjal, dan keganasan pelvis.

Tatalaksana:
- Segera: tujuan utamanya adalah untuk menangani kondisi yang mengancam nyawa dan
menghentikan penurunan fungsi ginjal sebelum kerusakan menjadi ireversibel. Hipotensi,
syok, dan gagal napas dapat dideteksi dari gejala klinis dan sepsis harus ditangani dengan
antibiotik dan resusitasi cairan. Kegawatan lainnya adalah hyperkalemia, kondisi in dapat
memicu aritmia. Stabilisasi dari miokardium dilakukan dengan kalsium intravena, diikuti
infus insulin dan dekstrosa untuk meningkatkan ambilan kalium seluler. Hal ini dilakukan
untuk menurunkan kadar kalium darah. Edema paru disebabkan karena volume cairan yang
berlebihnan pada pasien yang oliguria atau anuria. Pemberian diuretik mungkin dibutuhkan
untuk menginduksi diuresis, namun apabila gagal dapat dilakukan terapi pengganti ginjal.
Asidosis metabolik dapat dikoreksi dengan natrium bikarbonat intravena. Asidosis dapat
membaik seiring dengan perbaikan fungsi ginjal, namun dibutuhkan terapi penggantian
ginjal pada pasien asidosis yang tetap oliguria atau anuria.
- Lanjutan: lakukan anamnesis untuk mencari penyebab AKI. Kateterisasi urethra harus
dilakukan pertama kali, tidak hanya untuk mengurangi volume urin karena obstruksi,
namun juga untuk memantau keluaran urin. Seluruh medikasi nefrotoksik harus dihentikan.
Beberapa obat seperti lithium, salisilat barbiturate, dan asam inorganik dapat dikeluarkan
dengan dialysis (Fillit et al, 2009).
 Kesimpulan
Penyakit bersifat multipatologik atau mengenai multiorgan/ sistem, bersifat degenerative,
saling terkait. Keluhan sering kencing di malam hari (nocturia) yang diialami oleh pasien pada skenario
salah satunya disebabkan oleh inkontinensia urin yang dialami oleh pasien. Inkontinensia urin sendiri
dapat disebabkan oleh Benign Prostate Hyperplasia yang sering terjadi pada pria usia lanjut dan bisa
menyebabkan komplikasi diantaranya adalah Infeksi Saluran Kemih yang dapat dilihan dari hasil
pemerikaan urin rutin pasien. Penyebab lainnya dari kencing berulang adalah Diabetes Mellitus tipe 2
yang diderita pasien, status diabetes pasien dibuktikan oleh hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu yang
melebihi normal.
Selain komplikasi klinis, inkontinensia urin juga berdampak pada psikologis pasien, salah
satunya depresi akibat ketidakberdayaan lansia untuk hidup mandiri. Kondisi psikiatrik pasien juga
dapat memperparah penyakit fisik yang diderita pasien. Sehingga terdapat keterkaitan antara satu
kondisi dengan kondisi lainnya. Penatalaksanaan pada pasien geriatri sebisa mungkin menghindari
polifarmasi, sehingga terapi farmakologis didahulukan untuk penyakit yang paling membutuhkan
penanganan.

Anda mungkin juga menyukai