Anda di halaman 1dari 12

JMKSP

JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018

(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)


P-ISSN: 2548-7094 E-ISSN 2614-8021
Volume 3, No 2, Juli-Desember 2018

Pola Pembimbingan Akademik Dosen Wali Sebagai Upaya Efektivitas Masa Studi Mahasiswa
M. Fahrur Saifuddin

Isu Global Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SD Indonesian Creative School Pekanbaru


Jefril Rahmadoni

Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah
Eci Sriwahyuni

Peran Arsiparis Dalam Mengelola Arsip Sebagai Sumber Informasi


Khodijah

Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berbasis Pendidikan Karakter


di SMA Negeri 1 Tanjung Raja
Sarina dan Bukman Lian

Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab di SD Negeri 18 Air Kumbang
Irmi Suryanti dan Yasir Arafat

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Kinerja Karyawan Tata Usaha


SMA Negeri I Belitang OKU Timur
Ribuwati

Gerakan Literasi Sekolah Berbasis Pembelajaran Multiliterasi


Sebuah Paradigma Pendidikan Abad Ke- 21
Lisa Nopilda dan Muhammad Kristiawan

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa


Syafwatul Putria Hidayatullah

Mengembangkan Karakter Jiwa Seni Kriya Peserta Didik Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal
Liantoni

Implementasi Budaya Sekolah dalam Upaya Pembangunan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Fatmah

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Melalui Manajemen Berbasis Sekolah
Rika Hernita

Implementasi Kurikulum 2013 dan Pendidikan Karakter


Ririn Oktarina

1
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2018 P-ISSN 2548-7094

E-ISSN 2614-8021

JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Terbit dua kali dalam setahun pada Januari dan Juli. Berisi tulisan Ilmiah Ilmu Manajemen,
Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan yang merupakan ringkasan hasil penelitian.

Pelindung:
Meilia Rosani

Penasihat:
Bukman Lian

Penanggung Jawab:
Houtman

Pimpinan Redaksi:
Muhammad Kristiawan

Ketua Penyunting:
Ramadhanita Mustika Sari

Penyunting Ahli:
Salahuddin Khan (Gomal University, Pakistan)
Inaad Mutlib Sayeer (University of Human Development, Sulaimaniya, Iraq)
Imron Arifin (Universitas Negeri Malang)
Enco Mulyasa (Universitas Islam Nusantara)
Anakagung Gede Agung (Universitas Pendidikan Ganesha)

Penyunting Pelaksana:
Syarwani Ahmad
Edi Harapan
Tobari
Yasir Arafat

Tata Usaha:
Chandra Kurniawan
Puspa Indah Utami
Dian Lukmansyah

Penerbit
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang
Jl. Jend. Ahmad Yani Lrg. Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang
Telp. (0711) 510043 Fax. (0711) 514782
e-mail: jurnalmpupgripalembang@gmail.com
2
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

Daftar Isi

Pola Pembimbingan Akademik Dosen Wali Sebagai Upaya Efektivitas Masa Studi Mahasiswa
M. Fahrur Saifuddin..................................................................................................................... 149 - 160

Isu Global Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SD Indonesian Creative School Pekanbaru


Jefril Rahmadoni........................................................................................................................... 161 - 169
Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah
Eci Sriwahyuni……....................................................................................................................... 170 - 179

Peran Arsiparis Dalam Mengelola Arsip Sebagai Sumber Informasi


Khodijah......................................................................................................................................... 180 - 190

Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berbasis Pendidikan Karakter


di SMA Negeri 1 Tanjung Raja
Sarina dan Bukman Lian.............................................................................................................. 191 - 199

Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab


di SD Negeri 18 Air Kumbang
Irmi Suryanti dan Yasir Arafat.................................................................................................... 200 - 206

Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Kinerja Karyawan Tata Usaha


SMA Negeri I Belitang OKU Timur
Ribuwati.......................................................................................................................................... 207 - 215

Gerakan Literasi Sekolah Berbasis Pembelajaran Multiliterasi


Sebuah Paradigma Pendidikan Abad Ke- 21
Lisa Nopilda dan Muhammad Kristiawan................................................................................... 216 - 231

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa


Syafwatul Putria Hidayatullah...................................................................................................... 232 - 241
Mengembangkan Karakter Jiwa Seni Kriya Peserta Didik
Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal
Liantoni............................................................................................................................................. 242 - 250

Implementasi Budaya Sekolah dalam Upaya Pembangunan


Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Fatmah............................................................................................................................................... 251 - 260

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Sekolah


Melalui Manajemen Berbasis Sekolah
Rika Hernita...................................................................................................................................... 261 - 269

Implementasi Kurikulum 2013 dan Pendidikan Karakter


Ririn Oktarina................................................................................................................................... 270 - 279

3
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA


SEKOLAH MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Rika Hernita
SMA Negeri 1 Rambutan
e-mail: rikahernita23@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini menginvestigasi strategi Kepala Sekolah dalam mengembangkan budaya
sekolah yang kondusif melalui Manajemen Berbasis Sekolah. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Wawancara, observasi lapangan, dan studi
dokumen/artifact merupakan instrumen dari penelitian ini. Uji keabsahan data dilakukan dengan
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengembangan budaya sekolah diawali dengan pengembangan budaya kedisiplinan.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah; Manajemen Berbasis Sekolah; Budaya Sekolah

Abstract: This research investigated headmaster’s strategy to develop school’ culture through
School Based Management. It used a qualitative approach with case studies. Data were
collected by using interviews, observation, and study of the documents/artifacts. Data validation
was done through credibility, transferability, dependability, and confirmability. This results
showed that headmaster’s strategy to develop school’ culture started from developing discipline
culture.

Keywords: Headmaster Leadership; School-Based Management; School’s Culture

PENDAHULUAN diperlukan adanya kepatuhan, kesetiaan,


Sekolah merupakan lembaga pengabdian dan kegotong royongan dari
pendidikan formal yang diselenggarakan stakeholder sekolah. Dalam hal ini
dalam rangka mewujudkan pendidikan kepercayaan sangat dibutuhkan oleh seorang
nasional yakni mengembangkan potensi pemimpin. Memimpin adalah mengajak,
peserta didik agar menjadi manusia beriman, merayu serta membimbing dan bukannya
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memaksakan kehendak (Moedjiarto, 2002).
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, Dukungan terhadap guru akan menciptakan
kreatif, mandiri dan menjadikan warga Negara iklim sekolah yang positif dan memberikan
yang demokratis serta bertanggung jawab. semangat bagi guru untuk meningkatkan
Kepemimpinan merupakan cara untuk prestasinya, sehingga guru akan senantiasa
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan berusaha untuk bekerja lebih baik.
untuk tujuan tertentu. Menurut Arilana dkk Tingkat efektivitas tinggi yang dimiliki
(2017) seseorang yang memiliki kondisi fisik sekolah merupakan kewenangan yang
yang baik, memiliki keterampilan yang tinggi, bertumpu pada sekolah dan inti dari
menguasai teknologi, memiliki ikatan yang manajemen berbasis sekolah sehingga
baik serta imajinasi yang baik, serta imajinasi memberikan beberapa keuntungan antara lain,
yang meyakinkan akan mampu memimpin Adanya perhatian bersama untuk mengambil
bawahan. Kepala sekolah merupakan keputusan, memberdayakan guru, manajemen
pengarah yang dapat mempengaruhi para guru sekolah, rancang ulang sekolah, dan
dan stakeholder lainnya. Oleh karena itu perubahan perencanaan (Fattah, 2000).

261
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

Menurut Mulyasa (2007: 25) tersendiri apa yang dijalankan dalam satuan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah kerja atau organisasi yang dipimpinnya.
upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan Selain kepemimpinan kepala sekolah,
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu Manajemen Berbasis Sekolah merupakan
dan teknologi, dan dapat menjadi landasan factor yang perlu diperhatikan dalam
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia peningkatan budaya organisasi. Undang-
yang berkualitas dan berkelanjutan, baik undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
secara makro maupun mikro. tahun 2003 secara tegas sudah menyatakan
Menurut Fattah (2000) MBS bahwa setiap penyelenggaraan sistem
merupakan pendekatan politik yang bertujuan pendidikan harus menggunakan prinsip MBS.
untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah Hal ini menunjukkan bahwa Manajemen
dengan memberikan kekuasaan pada Kepala Berbasis Sekolah merupakan strategi yang
Sekolah dan meningkatkan partisipasi harus digunakan oleh semua sekolah dalam
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja upaya peningkatan mutu pendidikan serta
sekolah yang mencakup guru, siswa, komite dengan penerapan MBS diharapkan dapat
sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. memberikan perilaku yang positif di sekolah
MBS memindahkan otoritas dalam yang akhirnya memberikan kontribusi pada
pengambilan keputusan dan manajemen ke budaya yang ada di sekolah.
setiap yang berkepentingan di tingkat Local Keterikatan antara guru dan satuan
Stakeholder. kerja sangat dibutuhkan, guru yang memiliki
Hasil pengamatan sementara di keterikatan dengan satuan kerja lebih disiplin
beberapa sekolah, terlihat masih adanya guru dibandingkan guru yang tidak mempunyai
dan pegawai yang datang di sekolah tidak rasa keterikatan pada satuan kerja. Shadur,
tepat pada waktunya, yang akan berakibat Kinzle dan Rodwell (1999) menyatakan
tidak baik pada kondisi siswa di sekolah. Hal bahwa “organizational commitment was
ini jika dibiarkan terlalu lama maka akan defined as the strength of an individual’s
membudaya pada sekolah tersebut. Penulis identification with and involvement in a
tertarik untuk menganalisis pengembangan particular organization”. Sehingga guru yang
budaya sekolah yang kondusif, sehingga memiliki komitmen keterikatan dengan satuan
Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja kerja kemungkinan untuk bertahan lebih tinggi
atau organisasi itu berdiri. “being developed dari pada guru yang tidak mempunyai
as they learn to cope with problems of komitmen.
external adaption and internal integration” Pada kenyataannya bahwa “sekolah
artinya pembentukan budaya kerja terjadi yang tidak mempunyai kapasitas atau
tatkala lingkungan kerja atau organisasi kemampuan yang cukup jelas akan kesulitan
belajar menghadapi masalah, baik yang melakukan berbagai upaya perbaikan yang
menyangkut perubahan-perubahan eksternal berkelanjutan secara efektif”. Aspek kapasitas
maupun internal yang menyangkut persatuan sekolah yang terjadi masih dalam taraf
dan keutuhan organisasi (Ndraha, 2003). implementasi, belum mempunyai arah
Perlu waktu bertahun-tahun bahkan kebijakan program yang jelas. Kapasitas yang
puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk dipunyai sekolah tidak diarahkan untuk hal
budaya kerja. Pembentukan budaya diawali yang unggul dan focus pada tujuan tertentu
oleh (para) pendiri (founders) atau pimpinan (Sumintono, 2013). Sekolah banyak
paling atas (top management) atau pejabat mengalami masalah kapasitas manajemen
yang ditunjuk karena besarnya pengaruh yang sekolah, khususnya terkait dengan
dimilikinya akan menentukan suatu cara ketidakberfungsian peran dan fungsi pendidik

262
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

dan tenaga kependidikan dalam wawancara, observasi, studi dokumen atau


menyelesaikan tugas-tugasnya dan artifact. Persiapan untuk penelitian ini
memecahkan permasalahan yang dihadapi dilakukan dengan menyiapkan kerangka
sekolah (Triatna, 2014: 1). penelitian yang berisikan focus kajian, metode
Pengembangan budaya sekolah telah pengumpulan data yang digunakan, dan
dilakukan untuk beberapa kebutuhan, dalam partisipan yang terlibat. Selanjutnya kerangka
jurnal dosen Universitas Pendidikan Indonesia penelitian dirinci dalam bentuk panduan untuk
Bandung, Sukaningtyas (2017) menyebutkan semua metode pengumpulan data. Masing-
bahwa pengembangan kapasitas sekolah masing terdapat panduan untuk wawancara,
antara lain, pemanfaatan budaya sekolah observasi, dan studi dokumen/artifact.
semaksimal mungkin untuk keberhasilan Proses pengumpulan data, pengolahan,
pelaksanaan MBS. Tujuan studi ini untuk dan display hasil pendekatan kualitatif
memperoleh data dan informasi mengenai peta dilakukan sebagai rangkaian yang
kapasitas sekolah yang terkait dengan empat dimaksudkan untuk meneliti kondisi kapasitas
aspek yaitu: anggaran sekolah, sumber daya manajemen sekolah. Data lengkap tentang
manusia dan sarana prasarana sekolah, kondisi kapasitas manajemen sekolah
manajemen sekolah, serta partisipasi orang tua dievaluasi dan dianalisis sebagai dasar untuk
siswa (Koster, 2011). mengetahui pola pengembangan kapasitas
Di dalam budaya organisasi sekolah, manajemen sekolah dalam membangun
terdapat sharing atau berbagai nilai dan budaya sekolah yang baik.
keyakinan yang sama dengan seluruh anggota Proses observasi dilakukan guna
organisasi atau sekolah. Misalnya, berbagai mengetahui aktivitas rutin para Guru dan
nilai dan keyakinan yang sama melalui murid di dua sekolah tersebut. Wawancara
pakaian seragam. Namun, menerima dan dilakukan dengan berpedoman pada kisi-kisi
memakai seragam saja tidaklah cukup. instrument literature review berupa
Pemakaian seragam haruslah membawa rasa pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban
bangga, menjadi alat control, dan membentuk terbuka. Wawancara dilakukan dengan satu
citra organisasi/sekolah (Kristiawan dkk, partisipan atau lebih dalam bentuk focus
2017: 126). Bagaimana sekolah group discussion (FGD). FGD dilakukan pada
mengembangkan budaya baik melalui sesi perancangan program dan evaluasi,
manajemen berbasis sekolah? Pertanyaan karena pada tahap tersebut banyak dilakukan
tersebut menjadi dasar pembahasan dalam kerja tim. Selain itu, juga dilakukan
penelitian ini. wawancara tidak terstruktur atau informal
dengan teknik “conversational”/
METODE PENELITIAN perbincangan harian. Konteks penelitian ini
Penelitian ini menggunakan metode terkait nilai dasar lembaga yang biasanya
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang dibangun awal oleh para pendiri sekolah.
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi Sehubungan dengan konteks tersebut, dipilih
mengenai gejala yang ada (Arikunto, 2005: key informants untuk setiap sekolah adalah
234). Margono (2003) menyatakan bahwa pendiri atau ketua yayasan dan kepala sekolah.
Penelitian kualitatif adalah data deskriptif Pemilihan dengan metode ini diharapkan
yang menghasilkan berupa penggabungan kata dapat menghasilkan ukuran sampel yang
yang berbentuk tulisan atau lisan dari orang- cukup untuk mendeskripsikan kondisi dalam
orang dan komponen yang dapat diamati. berbagai perspektif. Peneliti merupakan
Karena situs penelitian ada dua Metode instrument utama. Peneliti juga mengambil
pengumpulan data dilakukan melalui peran sebagai observer partisipan.

263
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

di lapangan. Deskripsi kondisi rasional


tersebut merupakan hasil credibility (validitas
internal) dengan teknik member checking dan
triangulation. Member checking merupakan
hasil interpretasi dan simpulan data peneliti
yang disampaikan pada partisipan untuk
dimintai persetujuan. Triangulasi dilakukan
dengan cara membandingkan dan mengecek
tingkat pembentukan budaya kerja dari
informasi yang diperoleh pada beberapa
sumber (partisipan yang terlibat dalam
wawancara formal dan informal) juga metode
pengumpulan data (seperti wawancara,
observasi, dan studi dokumen/artifact). Hasil
pengumpulan data selanjutnya dianalisis
secara kualitatif, analisis kasus tunggal dan
multikasus.

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan untuk menjawab
pertanyaan (1) bagaimana Kepemimpinan
Studi dokumen pada penelitian ini Kepala Sekolah dapat mengembangkan
dilakukan dengan mengumpulkan dokumen- budaya yang baik di sekolah tersebut? (2)
dokumen sekolah yang relevan terkait dengan bagaimana kepemimpinan Kepala Sekolah
judul dan konteks penelitian. Dokumen- Menerapkan MBS dalam pengembangan
dokumen tersebut antara lain berupa dokumen Budaya Sekolah?
aktivitas sekolah, dokumen pembelajaran Pengumpulan data dilakukan melalui
(perencanaan pengajaran, agenda pelaksanaan, wawancara, observasi, serta studi
serta rencana dan hasil penilaian), absensi dokumen/artifact dilakukan pada dua lokasi
guru, buku piket, dan sebagainya. Studi sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Rambutan
artifact dilakukan dengan melaksanakan (sekolah A) dan SMA Negeri 8 Palembang
dokumentasi dalam bentuk gambar. (sekolah B) keduanya berada di provinsi
Pengumpulannya dimaksudkan untuk sumatera selatan. Pada masing-masing lokasi,
menghubungkan keberadaan-nya berdasar partisipan wawancara yang terlibat antara lain:
manfaatnya dalam proses pengembangan Pengurus/manajemen lembaga, kepala
budaya sekolah melalui maajemen berbasis sekolah, wakil kepala sekolah, dan pendidik.
sekolah. Seluruh proses pengumpulan data Selanjutnya, hasil wawancara antar partisipan
dilakukan dengan tata cara yang berpedoman ditriangulasi sumber, kemudian ditriangulasi
pada prosedur pengambilan data kualitatif. juga dengan metode pengumpulan data
Data penelitian diuji keabsahannya lainnya seperti observasi dan studi
dengan derajat kepercayaan (credibility), dokumen/artifact, sehingga diperoleh refleksi
keteralihan (transferability), kebergantungan atau pemaknaan data yang relative sama.
(dependability), dan kepastian Perbedaan kedua sekolah dalam
(confirmability). Berdasarkan pengumpulan menyusun jadwal pembelajran berdasarkan
data, didapatkan kondisi rasional yang terjadi lokasi dan kebijakan kepala sekolah. Sekolah

264
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

B karena letaknya di daerah perkotaan, maka motivasi bagi guru untuk meningkatkan
jadwal pengajaran dimulai lebih pagi yakni prestasinya, sehingga guru akan senantiasa
pukul 06.40 WIB, sedangan berbeda dengan berusaha untuk bekerja lebih baik. Sergiovani
sekolah A yang letaknya di daerah pedesaan (1987) beranggapan bahwa iklim sekolah atau
sedangkan rata-rata gurunya tinggal budaya sekolah dapat diciptakan, dibentuk dan
diperkotaan, sehingga kepala sekolah disalurkan oleh kepala sekolah (Moedjiarto,
mengambil kebijakan untuk memulai jadwal 2002).
pembelajaran pada pukul 07.30 WIB. Kepala Sekolah sangat berperan dalam
Salah satu kompetensi Kepala Sekolah mengembangkan budaya sekolah yang
menurut Dikdasmen (2003) adalah kondusif.Budaya sekolah yang kondusif dapat
mengembangkan budaya sekolah. Kompetensi diimplementasikan pada sikap dan perilaku
tersebut bertujuan 1) menerapkan dan guru, siswa dan kepala sekolah dalam perilaku
mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah sehari-hari.Kepala sekolah dan tenaga
yang demokratis; 2) membentuk budaya kependidikan lainnya dapat memberikan
kerjasama (school corporate culture) yang contoh atau keteladanan dalam perilaku di
kuat; 3) menumbuhkan budaya sekolah yang mengarah kepada budaya
profesionalisme warga sekolah; 4) sekolah yang kondusif.
menciptakan iklim sekolah yang kondusif- Robbins (1996) menjelaskan
akademis; 5) menumbuhkembangkan bagaimana budaya kerja dibangun dan
keragaman budaya dalam kehidupan sekolah; dipertahankan, ditunjukan dari filsafat pendiri
dan 6) mengembangkan budaya atau pemimpinnya. Selanjutnya budaya ini
kewirausahaan sekolah (Mulyasa, 2005). sangat dipengaruhi oleh criteria yang
Kepemimpinan merupakan cara untuk digunakan dalam mempekerjakan pegawai.
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh
untuk tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah terhadap perilaku yang dapat diterima, baik
Proses mempengaruhi orang lain dalam suatu dan yang tidak baik. Bagaimana bentuk
organisasi untuk mencapai tujuan dan sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang
kepentingan bersama dari suatu organisasi dicapai dalam menerapkan nilai-nilai dalam
tersebut. Artinya, keberhasilan ataupun proses seleksi. Dan dari hasil seleksi tersebut
kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi Secara tidak langsung nilai-nilai tersebut akan
banyak ditentukan oleh gaya kepemimpinan berdampak pada kedisiplinan dalam budaya
seseorang dalam mengelola sumber daya yang sekolah.
ada (Yuliandri dan Kristiawan, 2017). Kepala Selain dari kepemimpinan kepala
sekolah merupakan pengarah dan sekolah, hal yang perlu diperhatikan dalam
mempengaruhi para guru dan warga sekolah pembentukan budaya sekolah adalah
lainnya. Oleh karena itu diperlukan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau
kepatuhan, kesetiaan, pengabdian dan School Based Management (SBM),
kegotongroyongan stakeholder sekolah. merupakan strategi untuk mewujudkan
Dalam hal ini kepercayaan sangat dibutuhkan sekolah yang efektif dan produktif. Istilah ini
oleh seorang pemimpin. Memimpin adalah pertama kali muncul di Amerika Serikat
mengajak, merayu, serta membimbing, dan ketika masyarakat mulai mempertanyakan
bukannya memaksakan kehendak (Moedjiarto, relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
2002). perkembangan masyarakat setempat. MBS
Dukungan atau dorongan terhadap merupakan paradigma baru manajemen
guru akan menciptakan iklim sekolah yang pendidikan, Yang memberikan otonomi luas
positif dan memberikan semangat dan pada sekolah, dan melibatkan stakeholder

265
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

dalam kerangka kebijakan pendidikan inisiatif individu; 2) toleransi terhadap resiko;


nasional. Otonomi diberikan agar sekolah 3) pengarahan; 4) integrasi; 5) dukungan
leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, manajemen; 6) pengawasan; 7) identitas; 8)
sumber belajar dan mengalokkasikannya system penghargaan; 9) toleransi terhadap
sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap konflik; 10) pola komunikasi. Menurut
terhadap kebutuhan setempat. MBS adalah Rachmawati (2004: 72), terdapat tujuh
suatu ide tentang pengambilan keputusan karakteristik budaya organisasi yaitu 1)
pendidikan yang diletakkan pada posisi yang inovasi dan pengambilan keputusan; 2)
paling dekat dengan pembelajaran, yakni perhatian kerincian; 3) orientasi hasil; 4)
sekolah. Pemberdayaan sekolah dengan orientasi orang; 5) orientasi tim; 6)
memberikan otonomi yang lebih besar, keagresifan; 7) kemantapan (Kristiawan dkk,
disamping menunjukkan sikap tanggap 2017: 128).
pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga Budaya sekolah yang dibangun dari
merupakan sarana peningkatan efisiensi, nilai-nilai yang dianut, dianggap sebagai
mutu, dan pemerataan pendidikan. pemicu tumbuhnya komitmen guru sehingga
Menurut Mulyasa (2007: 12) MBS guru dengan mudah akan memahami nilai-
merupakan salah satu wujud dari reformasi nilai dan norma yang dianut dalam satuan
pendidikan yang menawarkan kepada sekolah kerja dan menerapkannya dalam lingkungan
untuk menyediakan pendidikan yang lebih kerja sebagai pedoman dalam berprilaku.
baik dan memadai bagi para peserta didik. Dalam KepMenpan RI No. 25 tahun 2002
Otonomi dalam manajemen merupakan tentang Pedoman Pengembangan Budaya
potensi bagi sekolah untuk meningkatkan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa
kinerja para staff, menawarkan partisipasi untuk melaksanakan pengembangan nilai-nilai
langsung kelompok-kelompok yang terkait, dasar Budaya Kerja Aparatur Negara di
dan meningkatkan pemahaman masyarakat lingkungan instansi/lembaga penyelenggaraan
terhadap pendidikan. MBS merupakan model pemerintahan dan pembangunan diperlukan
manajemen pendidikan yang memberikan komitmen secara konsisten dalam kerangka
otonomi lebih besar kepada sekolah. pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sesuai
Disamping itu, MBS juga mendorong dengan kewenangan pada bidang masing-
pengambilan keputusan partisipatif yang masing instansi. Pegawai yang mempunyai
melibatkan langsung semua warga sekolah komitmen terhadap satuan kerja akan
yang selaras pada kebijakan nasional menunjukkan sikap dan perilaku positif serta
pendidikan. cenderung mempertahankan keanggotaannya
MBS memiliki karakter yang perlu sebagai wujud kebanggaan pada satuan kerja
dipahami oleh sekolah yang akan yang dianggap mampu memenuhi harapannya.
menerapkannya, karakteristik tersebut Pada sekolah A, keterlambatan Guru
mempunyai cirri khas yang dimiliki sehingga sudah menjadi budaya, ini dikarenakan letak
membedakan dari sesuatu yang lain. MBS sekolah yang masih berada di pedesaan,
memiliki karakteristik sebagai berikut 1) sehingga menyulitkan para guru yang rata-rata
pemberian otonomi yang luas kepada sekolah; pulang di daerah perkotaan, akses transportasi
2) partisipasi masyarakat dan orang tua; 3) masih belum memadai, serta system Absensi
kepemimpinan yang demokratis dan masih menggunakan cara manual, berbeda
professional; 4) team-work yang kompak dan dengan sekolah B yang letaknya di perkotaan,
transparan (Mulyasa, 2007: 35). walaupun jam masuk lebih pagi, mereka lebih
Menurut Susanto (2012:245) dapat disiplin datang tepat waktu di sekolah,
karakteristik budaya organisasi yaitu 1) hal ini dikarenakan letak dan transportasi yang

266
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

mendukung, serta system Absensi Iliuta, 2014; Lunenburg, 2011; Mujeeb, Tahir
menggunakan mesin FingerPrint. Sedangkan & Shakil, 2011), bahwa budaya yang positif
untuk Penyusunan Jadwal pembelajaran atau kuat akan meningkatkan kinerja. Budaya
sebaiknya disusun secara tim atau bersama, yang positif atau budaya yang kuat
yaitu orang-orang yang berkepentingan akan memungkinkan dapat menjadi sarana untuk
melaksanakannya. Hal ini bertujuan agar pengembangan kapasitas manajemen sekolah.
orang-orang tersebut memahami tugas mereka Kedua sekolah telah menggunakannya melalui
masing-masing.Pada pukul berapa seharusnya artifact dan program. Artifact dan program
mereka berada di sekolah, sehingga tidak ada adalah sarana yang dapat dipergunakan untuk
keterlambatan lagi. menyebarkan budaya organisasi.
Pada sekolah A, rata-rata para Budaya organisasi sekolah efektif
pendidik yang berdomisili di kota Palembang, merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang
mengalami keterlambatan datang ke sekolah dianut dan dijalankan oleh setiap orang yang
pada jam pertama. Namun saat diminta kepala ada dilingkungan sekolah dalam
sekolah untuk datang lebih awal, mereka memberdayakan setiap komponen yang ada
berusaha dan dapat melakukannya. Hal ini disekolah baik secara internal mmaupun
menandakan bahwa keterlambatan telah eksternal serta adanya pengelolaan yang baik
membudaya pada sekolah tersebut, dan peran dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan
kepala sekolah melalui Manajemen Berbasis sekolah secara efektif dan efisien (Kristiawan,
Sekolah adalah hal yang tepat untuk 2017: 128).
mengatasi permasalahan tersebut. Sedangkan Budaya organisasi dapat difungsikan
pada sekolah B, semua tenaga pendidik datang untuk membangun rasa identitas bagi
tepat pada waktunya, bahkan yang mengajar anggotanya.Dan melalui bahasa komunikasi,
pada jam siang pun dapat datang lebih awal. pembinaan budaya organisasi dapat dilakukan
MBS bertujuan mengembalikan (Robbins & Judge, 2013; Wibowo,
sekolah kepada pemiliknya, dalam arti yang 2011).Bahwa budaya yang kuat menunjukkan
mengetahui perkembangan sekolah baik di anggotanya untuk membangun kekompakan,
bidang mutu maupun lainnya tergantung pada loyalitas, dan komitmen organisasi. Kekuatan
sekolah dan masyarakat partisipannya. Kepala budaya ini berhubungan dengan kinerja,
sekolah merupakan orang yang paling tahu sementara itu, budaya dikembangkan dengan
tentang prestasi guru-gurunya, kekurangan nilai-nilai yang luhur yang dianut stakeholder
buku, sarana-prasarana yang menyangkut pada sekolah.Sehingga dapat dikatakan
proses pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah budaya yang kuat dibangun oleh Manajemen
dan guru-guru harus dikembangkan Berbasis sekolah yang baik oleh
kemampuannya dalam melakukan kajian, agar pemimpinnya.
semakin peka terhadap masalah-masalah yang
terjadi di sekolahnya. KESIMPULAN
Pengembangan manajemen sekolah Manajemen berbasis sekolah (MBS)
dimaksudkan untuk peningkatan mutu layanan saling terkait dengan pengembangan budaya
sekolah.Karena pada intinya mutu sekolah sekolah. Dengan adanya manajemen yang
adalah mutu kinerja organisasi yang baik oleh kepala sekolah maka akan tercipta
digambarkan melalui kinerja manajemennya. budaya yang positif di lingkungan sekolah, hal
Sementara itu, hasil penelitian lain ini sangat penting untuk pembentukan
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang kedisiplinan murid maupun guru-guru di
signifikan antara budaya organisasi dengan lingkungan sekolah.
kinerja manajemen (Dizik, 2016; Ovidiu-

267
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beradaptasi dengan arus globalisasi dan


kedua sekolah yang menjadi sampel penelitian perubahan lingkungan.
mulai melakukan pengembangan yang diawali Penulis berharap kepada para pemangku
dengan pengembangan budaya kedisiplinan. kebijakan di kedua sekolah yang menjadi
Pemahaman manajemen berbasis sekolah objek penelitian, baik manajemen maupun
menjadi bagian penting di dalamnya. kepala sekolah dapat menerapkan berbagai
Pemahaman makna dan karakteristik MBS strategi guna meningkatkan mutu layanannya.
dilakukan melalui budaya sekolah, melalui Dengan mutu yang baik disertai manajemen
kalimat pertanyaan tentang rutinitas harian, yang baik pula, maka akan tercipta budaya
bahasa komunikasi dan sebagainya. Doktrinasi kedisiplinan di lingkungan sekolah tersebut.
atau sosialisasi yang dilakukan secara Baik sekolah yang berada di perkotaan
berulang dimaksudkan agar pemahaman maupun di pedesaan, jika memiliki
tentang kedisiplinan untuk menciptakan manajemen berbasis sekolah maka akan
budaya sekolah yang positif melekat di dalam tercipta budaya sekolah yang memiliki
cerminan aktivitas hariannya. kekhasan yang tentunya bersifat positif.
Peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, dan warga sekolah lainnya yang DAFTARPUSTAKA
merupakan bagian dari kapasitas sekolah, Aprilana, E. R., Kristiawan, M., & Hafulyon,
secara kontinu diberikan pemahaman tentang H. (2017). Kepemimpinan Kepala
Manajemen berbasis sekolah dalam Madrasah dalam Mewujudkan
pengembangan budaya sekolah.Bahwa budaya Pembelajaran Efektif di Madrasah
sekolah yang kuat dibangun atas dasar nilai- Ibtidaiyyah Rahmah El Yunusiyyah
nilai yang dianut dan diciptakan oleh Diniyyah Puteri Padang
pemimpin atau dalam hal ini kepala sekolah. Panjang. Elementary, 4(1).
Dan stakeholder yang ada di lingkungan Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian.
sekolah wajib mematuhi dan mengikuti nilai- Jakarta: Rineka Cipta.
nilai yang telah ditetapkan oleh pemimpinnya. Dizik, A. (2016). The Relationship Between
Corporate Culture and Performance.
UCAPAN TERIMA KASIH The Wall Street Journal, Journal
Melalui artikel ini, Penulis Reports: Leadership, Feb. 21, 2016.
mengucapkan terima kasih kepada para Fattah, N. (2006). Landasan Manajemen
pemangku kebijakan di kedua sekolah, SMA Pendidikan. Bandung: Remaja
Negeri 8 Palembang dan SMA Negeri 1 Rosdakarya
Rambutan Banyuasin, atas kesempatan dan Keputusan Menteri Pertahanan (KepMenHan)
kerjasamanya telah mengijinkan penulis Republik Indonesia No. 25 Tahun
melakukan penelitian dan dapat sharing 2002 tentang Pedoman Pengembangan
informasi mengenai pengembangan budaya Budaya kerja aparatur Negara.
sekolah melalui Manajemen Berbasis sekolah. Koster, W. (2011). Rekonstruksi
Pengembangan budaya organisasi, terutama Penyelenggaraan Pendidikan: Studi
untuk sekolah masih sangat minim di Kapasitas Sekolah dalam rangka
Indonesia.Sedangkan di luar Indonesia, Desentralisasi Pendidikan. Online, 10
sekarang sedang marak dilakukan kemajuan April 2018.
pemikiran kearah pemberdayaan organisasi Kristiawan, M., Safitri, D., & Lestari, R.
untuk mendukung organisasi menjadi (2017). Manajemen Pendidikan.
organisasi pembelajar yang mampu Yogyakarta: Deepublish.

268
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)

Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Kota Bandung dan SMA Negeri 2 Kota
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tasikmalaya. Bandung: Program Studi
Moedjiarto.(2002). Sekolah unggul. Jakarta: Administrasi Pendidikan, Sekolah
Duta Graha Pustaka. Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Indonesia.
Profesional: Dalam Konteks Undang-undang Republik Indonesia Nomor
menyukseskan MBS dan KBK. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Pendidikan Nasional.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Yuliandri, J., & Kristiawan, M. (2017). Peran
Profesional.Bandung: PT. Remaja Kepemimpinan Kepala Sekolah
Rosdakarya. Terhadap Peningkatan Kinerja
Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Guru. Jurnal Dosen Universitas PGRI
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Palembang.
Rosdakarya.
Ndraha, T. (2003). Budaya Organisasi, Ed.2.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Robbins. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep
Kontroversi, Aplikasi, ed. Indonesia.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Robbins, S.P. & Judge, T.A.
(2013).Organizational
Behavior.Fifteenth Edition.USA:
Pearson Education, Inc.
Shadur, M. A., Kinzle, R. dan Rodwell, JJ.
(1999). The Relations Between
Organization, Climate and Employe
Perceptions of Involvement. Group &
Organization Management, Vol. 24,
Iss. 4, December, p 479-504.
Sukaningtyas, D., Satori D., & Sa’ud, US.
(2017). Pengembangan Kapasitas
Manajemen Sekolah Dalam
Membangun Pemahaman Visi dan
Misi. Jurnal Dosen Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung.
Suminto, B. (2013). Sekolah Unggulan:
Pendekatan Pengembangan Kapasitas
Sekolah. JMP, Volume 2 Nomor 1.
Susanto, A. (2012). Perkembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Triatna, C. (2014). Ringkasan Hasil
Penelitian: Pengembangan Kapasitas
Manajemen Sekolah untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Sekolah, Studi Kasus di SMA Negeri 2

269

Anda mungkin juga menyukai