JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
Pola Pembimbingan Akademik Dosen Wali Sebagai Upaya Efektivitas Masa Studi Mahasiswa
M. Fahrur Saifuddin
Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah
Eci Sriwahyuni
Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab di SD Negeri 18 Air Kumbang
Irmi Suryanti dan Yasir Arafat
Mengembangkan Karakter Jiwa Seni Kriya Peserta Didik Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal
Liantoni
Implementasi Budaya Sekolah dalam Upaya Pembangunan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Fatmah
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Melalui Manajemen Berbasis Sekolah
Rika Hernita
1
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
E-ISSN 2614-8021
JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Terbit dua kali dalam setahun pada Januari dan Juli. Berisi tulisan Ilmiah Ilmu Manajemen,
Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan yang merupakan ringkasan hasil penelitian.
Pelindung:
Meilia Rosani
Penasihat:
Bukman Lian
Penanggung Jawab:
Houtman
Pimpinan Redaksi:
Muhammad Kristiawan
Ketua Penyunting:
Ramadhanita Mustika Sari
Penyunting Ahli:
Salahuddin Khan (Gomal University, Pakistan)
Inaad Mutlib Sayeer (University of Human Development, Sulaimaniya, Iraq)
Imron Arifin (Universitas Negeri Malang)
Enco Mulyasa (Universitas Islam Nusantara)
Anakagung Gede Agung (Universitas Pendidikan Ganesha)
Penyunting Pelaksana:
Syarwani Ahmad
Edi Harapan
Tobari
Yasir Arafat
Tata Usaha:
Chandra Kurniawan
Puspa Indah Utami
Dian Lukmansyah
Penerbit
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang
Jl. Jend. Ahmad Yani Lrg. Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang
Telp. (0711) 510043 Fax. (0711) 514782
e-mail: jurnalmpupgripalembang@gmail.com
2
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Daftar Isi
Pola Pembimbingan Akademik Dosen Wali Sebagai Upaya Efektivitas Masa Studi Mahasiswa
M. Fahrur Saifuddin..................................................................................................................... 149 - 160
3
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Rika Hernita
SMA Negeri 1 Rambutan
e-mail: rikahernita23@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini menginvestigasi strategi Kepala Sekolah dalam mengembangkan budaya
sekolah yang kondusif melalui Manajemen Berbasis Sekolah. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Wawancara, observasi lapangan, dan studi
dokumen/artifact merupakan instrumen dari penelitian ini. Uji keabsahan data dilakukan dengan
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengembangan budaya sekolah diawali dengan pengembangan budaya kedisiplinan.
Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah; Manajemen Berbasis Sekolah; Budaya Sekolah
Abstract: This research investigated headmaster’s strategy to develop school’ culture through
School Based Management. It used a qualitative approach with case studies. Data were
collected by using interviews, observation, and study of the documents/artifacts. Data validation
was done through credibility, transferability, dependability, and confirmability. This results
showed that headmaster’s strategy to develop school’ culture started from developing discipline
culture.
261
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Menurut Mulyasa (2007: 25) tersendiri apa yang dijalankan dalam satuan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah kerja atau organisasi yang dipimpinnya.
upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan Selain kepemimpinan kepala sekolah,
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu Manajemen Berbasis Sekolah merupakan
dan teknologi, dan dapat menjadi landasan factor yang perlu diperhatikan dalam
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia peningkatan budaya organisasi. Undang-
yang berkualitas dan berkelanjutan, baik undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
secara makro maupun mikro. tahun 2003 secara tegas sudah menyatakan
Menurut Fattah (2000) MBS bahwa setiap penyelenggaraan sistem
merupakan pendekatan politik yang bertujuan pendidikan harus menggunakan prinsip MBS.
untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah Hal ini menunjukkan bahwa Manajemen
dengan memberikan kekuasaan pada Kepala Berbasis Sekolah merupakan strategi yang
Sekolah dan meningkatkan partisipasi harus digunakan oleh semua sekolah dalam
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja upaya peningkatan mutu pendidikan serta
sekolah yang mencakup guru, siswa, komite dengan penerapan MBS diharapkan dapat
sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. memberikan perilaku yang positif di sekolah
MBS memindahkan otoritas dalam yang akhirnya memberikan kontribusi pada
pengambilan keputusan dan manajemen ke budaya yang ada di sekolah.
setiap yang berkepentingan di tingkat Local Keterikatan antara guru dan satuan
Stakeholder. kerja sangat dibutuhkan, guru yang memiliki
Hasil pengamatan sementara di keterikatan dengan satuan kerja lebih disiplin
beberapa sekolah, terlihat masih adanya guru dibandingkan guru yang tidak mempunyai
dan pegawai yang datang di sekolah tidak rasa keterikatan pada satuan kerja. Shadur,
tepat pada waktunya, yang akan berakibat Kinzle dan Rodwell (1999) menyatakan
tidak baik pada kondisi siswa di sekolah. Hal bahwa “organizational commitment was
ini jika dibiarkan terlalu lama maka akan defined as the strength of an individual’s
membudaya pada sekolah tersebut. Penulis identification with and involvement in a
tertarik untuk menganalisis pengembangan particular organization”. Sehingga guru yang
budaya sekolah yang kondusif, sehingga memiliki komitmen keterikatan dengan satuan
Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja kerja kemungkinan untuk bertahan lebih tinggi
atau organisasi itu berdiri. “being developed dari pada guru yang tidak mempunyai
as they learn to cope with problems of komitmen.
external adaption and internal integration” Pada kenyataannya bahwa “sekolah
artinya pembentukan budaya kerja terjadi yang tidak mempunyai kapasitas atau
tatkala lingkungan kerja atau organisasi kemampuan yang cukup jelas akan kesulitan
belajar menghadapi masalah, baik yang melakukan berbagai upaya perbaikan yang
menyangkut perubahan-perubahan eksternal berkelanjutan secara efektif”. Aspek kapasitas
maupun internal yang menyangkut persatuan sekolah yang terjadi masih dalam taraf
dan keutuhan organisasi (Ndraha, 2003). implementasi, belum mempunyai arah
Perlu waktu bertahun-tahun bahkan kebijakan program yang jelas. Kapasitas yang
puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk dipunyai sekolah tidak diarahkan untuk hal
budaya kerja. Pembentukan budaya diawali yang unggul dan focus pada tujuan tertentu
oleh (para) pendiri (founders) atau pimpinan (Sumintono, 2013). Sekolah banyak
paling atas (top management) atau pejabat mengalami masalah kapasitas manajemen
yang ditunjuk karena besarnya pengaruh yang sekolah, khususnya terkait dengan
dimilikinya akan menentukan suatu cara ketidakberfungsian peran dan fungsi pendidik
262
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
263
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
264
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
B karena letaknya di daerah perkotaan, maka motivasi bagi guru untuk meningkatkan
jadwal pengajaran dimulai lebih pagi yakni prestasinya, sehingga guru akan senantiasa
pukul 06.40 WIB, sedangan berbeda dengan berusaha untuk bekerja lebih baik. Sergiovani
sekolah A yang letaknya di daerah pedesaan (1987) beranggapan bahwa iklim sekolah atau
sedangkan rata-rata gurunya tinggal budaya sekolah dapat diciptakan, dibentuk dan
diperkotaan, sehingga kepala sekolah disalurkan oleh kepala sekolah (Moedjiarto,
mengambil kebijakan untuk memulai jadwal 2002).
pembelajaran pada pukul 07.30 WIB. Kepala Sekolah sangat berperan dalam
Salah satu kompetensi Kepala Sekolah mengembangkan budaya sekolah yang
menurut Dikdasmen (2003) adalah kondusif.Budaya sekolah yang kondusif dapat
mengembangkan budaya sekolah. Kompetensi diimplementasikan pada sikap dan perilaku
tersebut bertujuan 1) menerapkan dan guru, siswa dan kepala sekolah dalam perilaku
mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah sehari-hari.Kepala sekolah dan tenaga
yang demokratis; 2) membentuk budaya kependidikan lainnya dapat memberikan
kerjasama (school corporate culture) yang contoh atau keteladanan dalam perilaku di
kuat; 3) menumbuhkan budaya sekolah yang mengarah kepada budaya
profesionalisme warga sekolah; 4) sekolah yang kondusif.
menciptakan iklim sekolah yang kondusif- Robbins (1996) menjelaskan
akademis; 5) menumbuhkembangkan bagaimana budaya kerja dibangun dan
keragaman budaya dalam kehidupan sekolah; dipertahankan, ditunjukan dari filsafat pendiri
dan 6) mengembangkan budaya atau pemimpinnya. Selanjutnya budaya ini
kewirausahaan sekolah (Mulyasa, 2005). sangat dipengaruhi oleh criteria yang
Kepemimpinan merupakan cara untuk digunakan dalam mempekerjakan pegawai.
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh
untuk tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah terhadap perilaku yang dapat diterima, baik
Proses mempengaruhi orang lain dalam suatu dan yang tidak baik. Bagaimana bentuk
organisasi untuk mencapai tujuan dan sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang
kepentingan bersama dari suatu organisasi dicapai dalam menerapkan nilai-nilai dalam
tersebut. Artinya, keberhasilan ataupun proses seleksi. Dan dari hasil seleksi tersebut
kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi Secara tidak langsung nilai-nilai tersebut akan
banyak ditentukan oleh gaya kepemimpinan berdampak pada kedisiplinan dalam budaya
seseorang dalam mengelola sumber daya yang sekolah.
ada (Yuliandri dan Kristiawan, 2017). Kepala Selain dari kepemimpinan kepala
sekolah merupakan pengarah dan sekolah, hal yang perlu diperhatikan dalam
mempengaruhi para guru dan warga sekolah pembentukan budaya sekolah adalah
lainnya. Oleh karena itu diperlukan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau
kepatuhan, kesetiaan, pengabdian dan School Based Management (SBM),
kegotongroyongan stakeholder sekolah. merupakan strategi untuk mewujudkan
Dalam hal ini kepercayaan sangat dibutuhkan sekolah yang efektif dan produktif. Istilah ini
oleh seorang pemimpin. Memimpin adalah pertama kali muncul di Amerika Serikat
mengajak, merayu, serta membimbing, dan ketika masyarakat mulai mempertanyakan
bukannya memaksakan kehendak (Moedjiarto, relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
2002). perkembangan masyarakat setempat. MBS
Dukungan atau dorongan terhadap merupakan paradigma baru manajemen
guru akan menciptakan iklim sekolah yang pendidikan, Yang memberikan otonomi luas
positif dan memberikan semangat dan pada sekolah, dan melibatkan stakeholder
265
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
266
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
mendukung, serta system Absensi Iliuta, 2014; Lunenburg, 2011; Mujeeb, Tahir
menggunakan mesin FingerPrint. Sedangkan & Shakil, 2011), bahwa budaya yang positif
untuk Penyusunan Jadwal pembelajaran atau kuat akan meningkatkan kinerja. Budaya
sebaiknya disusun secara tim atau bersama, yang positif atau budaya yang kuat
yaitu orang-orang yang berkepentingan akan memungkinkan dapat menjadi sarana untuk
melaksanakannya. Hal ini bertujuan agar pengembangan kapasitas manajemen sekolah.
orang-orang tersebut memahami tugas mereka Kedua sekolah telah menggunakannya melalui
masing-masing.Pada pukul berapa seharusnya artifact dan program. Artifact dan program
mereka berada di sekolah, sehingga tidak ada adalah sarana yang dapat dipergunakan untuk
keterlambatan lagi. menyebarkan budaya organisasi.
Pada sekolah A, rata-rata para Budaya organisasi sekolah efektif
pendidik yang berdomisili di kota Palembang, merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang
mengalami keterlambatan datang ke sekolah dianut dan dijalankan oleh setiap orang yang
pada jam pertama. Namun saat diminta kepala ada dilingkungan sekolah dalam
sekolah untuk datang lebih awal, mereka memberdayakan setiap komponen yang ada
berusaha dan dapat melakukannya. Hal ini disekolah baik secara internal mmaupun
menandakan bahwa keterlambatan telah eksternal serta adanya pengelolaan yang baik
membudaya pada sekolah tersebut, dan peran dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan
kepala sekolah melalui Manajemen Berbasis sekolah secara efektif dan efisien (Kristiawan,
Sekolah adalah hal yang tepat untuk 2017: 128).
mengatasi permasalahan tersebut. Sedangkan Budaya organisasi dapat difungsikan
pada sekolah B, semua tenaga pendidik datang untuk membangun rasa identitas bagi
tepat pada waktunya, bahkan yang mengajar anggotanya.Dan melalui bahasa komunikasi,
pada jam siang pun dapat datang lebih awal. pembinaan budaya organisasi dapat dilakukan
MBS bertujuan mengembalikan (Robbins & Judge, 2013; Wibowo,
sekolah kepada pemiliknya, dalam arti yang 2011).Bahwa budaya yang kuat menunjukkan
mengetahui perkembangan sekolah baik di anggotanya untuk membangun kekompakan,
bidang mutu maupun lainnya tergantung pada loyalitas, dan komitmen organisasi. Kekuatan
sekolah dan masyarakat partisipannya. Kepala budaya ini berhubungan dengan kinerja,
sekolah merupakan orang yang paling tahu sementara itu, budaya dikembangkan dengan
tentang prestasi guru-gurunya, kekurangan nilai-nilai yang luhur yang dianut stakeholder
buku, sarana-prasarana yang menyangkut pada sekolah.Sehingga dapat dikatakan
proses pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah budaya yang kuat dibangun oleh Manajemen
dan guru-guru harus dikembangkan Berbasis sekolah yang baik oleh
kemampuannya dalam melakukan kajian, agar pemimpinnya.
semakin peka terhadap masalah-masalah yang
terjadi di sekolahnya. KESIMPULAN
Pengembangan manajemen sekolah Manajemen berbasis sekolah (MBS)
dimaksudkan untuk peningkatan mutu layanan saling terkait dengan pengembangan budaya
sekolah.Karena pada intinya mutu sekolah sekolah. Dengan adanya manajemen yang
adalah mutu kinerja organisasi yang baik oleh kepala sekolah maka akan tercipta
digambarkan melalui kinerja manajemennya. budaya yang positif di lingkungan sekolah, hal
Sementara itu, hasil penelitian lain ini sangat penting untuk pembentukan
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang kedisiplinan murid maupun guru-guru di
signifikan antara budaya organisasi dengan lingkungan sekolah.
kinerja manajemen (Dizik, 2016; Ovidiu-
267
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
268
JMKSP
Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2018
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan)
Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Kota Bandung dan SMA Negeri 2 Kota
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tasikmalaya. Bandung: Program Studi
Moedjiarto.(2002). Sekolah unggul. Jakarta: Administrasi Pendidikan, Sekolah
Duta Graha Pustaka. Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Indonesia.
Profesional: Dalam Konteks Undang-undang Republik Indonesia Nomor
menyukseskan MBS dan KBK. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Pendidikan Nasional.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Yuliandri, J., & Kristiawan, M. (2017). Peran
Profesional.Bandung: PT. Remaja Kepemimpinan Kepala Sekolah
Rosdakarya. Terhadap Peningkatan Kinerja
Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Guru. Jurnal Dosen Universitas PGRI
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Palembang.
Rosdakarya.
Ndraha, T. (2003). Budaya Organisasi, Ed.2.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Robbins. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep
Kontroversi, Aplikasi, ed. Indonesia.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Robbins, S.P. & Judge, T.A.
(2013).Organizational
Behavior.Fifteenth Edition.USA:
Pearson Education, Inc.
Shadur, M. A., Kinzle, R. dan Rodwell, JJ.
(1999). The Relations Between
Organization, Climate and Employe
Perceptions of Involvement. Group &
Organization Management, Vol. 24,
Iss. 4, December, p 479-504.
Sukaningtyas, D., Satori D., & Sa’ud, US.
(2017). Pengembangan Kapasitas
Manajemen Sekolah Dalam
Membangun Pemahaman Visi dan
Misi. Jurnal Dosen Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung.
Suminto, B. (2013). Sekolah Unggulan:
Pendekatan Pengembangan Kapasitas
Sekolah. JMP, Volume 2 Nomor 1.
Susanto, A. (2012). Perkembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Triatna, C. (2014). Ringkasan Hasil
Penelitian: Pengembangan Kapasitas
Manajemen Sekolah untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Sekolah, Studi Kasus di SMA Negeri 2
269