Anda di halaman 1dari 28

ILMU PENDIDIKAN

MAKALAH
“Pendidikan Sebagai Suatu Sistem”

Oleh :
SAIFUL HANAFI
NIM. 17504247007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, karena telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun makalah

dengan judul ‘Pendidikan Sebagai Suatu Sistem”. Makalah ini bertujuan semoga

pembaca dapat memahami tentang Ilmu Pendidikan sebagai suatu sistem..

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan yang mendasar dalam

makalah ini, oleh karena itu penyusun berharap pembaca dapat memberikan

kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun guna meningkatkan makalah

ini untuk kemudian hari.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang terkait atas

perhatiannya terhadap makalah ini dan penyusun berharap semooga makalah ini

bermanfaat bagi diri penyusun khususnya pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 22 November 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 4

A. Latar Belakang.............................................................................. 4

B. Rumusan Masalah......................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat...................................................................... 6

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................. 8

A. Tujuan Pendidikan......................................................................... 8

B. Peserta Didik Dalam Komponen Pendidikan.............................. 11

C. Pendidik Dalam Komponen Pendidikan..................................... 13

D. Inti Dari Pendidikan.................................................................... 15

E. Alat-alat Pendidikan.................................................................... 20

F. Metode-metode Pendidikan......................................................... 22

G. Lingkungan Pendidikan...............................................................24

BAB III. PENUTUP.................................................................................... 27

A. Kesimpulan................................................................................. 27

B. Saran............................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 28

3
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membangun peradaban bangsa

melalui membangun manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan hak setiap

orang untuk meningkatkan harkat dan martabatnya dalam kehidupan

seharihari. Dalam penyelenggaraan pendidikan, banyak faktor yang

mempengaruhinya, baik yang berasal dari internal maupun eksternal sebuah

sistem pendidikan. Faktor-faktor di luar sistem pendidikan yang seimbang

antara kepentingan pemerintah dan rakyat.

Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang

dienyam oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat

dari maju atau tidaknya pendidikan suatu bangsa. Begitu pula dengan

Indonesia yang memiliki sejarah perkembangan pendidikan dari masa klasik

hingga masa sekarang yang terus selalu berkembang. Sesuai dengan

perkembangan zaman, pendidikan juga selalu berkembang secara dinamis.

Namun, tidak ada bangsa yang berkembang secara dinamis tanpa adanya

proses, pergerakan, dan perkembangan pendidikannya.

Indonesia dalam perjalanan sejarahnya juga bergerak dengan proses,

pergerakan, dan perkembangan pendidikannya. Yang kita ketahui sendiri

bahwa tokoh-tokoh pemimpin bangsa Indonesia juga merupakan lulusan

lembaga pendidikan. Apabila kita lihat perkembangan Indonesia, pendidikan

merupakan salah satu faktor penting dalam sejarah perjuangan bangsa

Indonesia. Pendidikan adalah kebutuhan mendasar suatu bangsa, begitu pula

4
bangsa Indonesia, untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara,

serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa.

Pendidikan dalam pengertian UU No.20 Tahun 2003 disebutkan sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat bangsa dan negara. Berdasarkan UU tersebut jelas terlihat bahwa

tujuan pendidikan nasional tidak hanya untuk mencerdaskan anak secara

intelektual semata, tapi mengembangkan kepribadian mereka secara utuh.

Tantangan kehidupan global sekarang ini, justru membutuhkan anak-

anak, generasi muda dan manusia yang memiliki kepribadian, kemandirian,

kreativitas, dan semangat (motivasi) untuk melakukan adaptasi dan perubahan

kehidupan, bukan sekedar generasi muda yang menguasai pengetahuan

teknikal, tetapi lemah kepribadiannya. Hal penting bagi praktik pendidikan

dalam menghadapi tantangan kehidupan modern dan global tersebut adalah

dibutuhkannya landasan pradigma pendidikan yang bersifat transformasional,

pendidikan yang membangun perubahan pada diri anak, seluruh aspek

kehidupan dirinya, perasaan, emosi, pikiran, nilai-nilai, dan kepribadiannya

yang mendorong untuk perbaikan kehidupan (Sodiq A. Kuntoro, (2011:1-2).

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan

anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2002:11). Rumusan tentang pendidikan, lebih

5
jauh termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan Indonesia

bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan

nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat

untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini akan merumuskan masalah tentang komponen-komponen

pendidik diantaranya:

1. Apa tujuan pendidikan?

2. Bagaimana hubungan peserta didik dalam komponen pendidikan?

3. Bagaimana hubungan pendidik dengan komponen pendidikan?

4. Apa isi/inti dari pendidikan?

5. Komponen-komponen apa saja yang termasuk alat pendidikan?

6. Metode apa saja yang digunakan dalam komponen pendidikan?

7. Bagaimana kondisi lingkungan pendidikan yang baik?

C. Tujuan dan Manfaat

Makalah ini mempunyai tujuan dan manfaat yaitu:

1. Mengetahui tujuan pendidikan.

2. Memahami hubungan peserta didik dalam komponen pendidikan.

3. Memahami hubungan pendidik dalam komponen pendidikan

6
4. Mengetahui isi dari pendidikan.

5. Mengetahui komponen-komponen apa saja yang termasuk alat pendidikan

6. Memahami dan mengerti Metode apa saja yang digunakan dalam

komponen pendidikan.

7. Memahami kondisi lingkungan pendidikan yang baik.

7
BAB II. PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan

Dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam ragka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab.

Rumusan konstitusional tersebut apabila dicermati menegaskan bahwa

arah dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia yang

beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani rohani, cakap,

berilmu, dan kreatif, mengembangkan kemandirian serta menjadi warga

negara yang baik. Ini semua dalam rangka membangun watak bangsa yang

beradab dan bermartabat. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut

sangat ideal dan komprehensif, bahkan bisa dikatakan yang terlengkap di

dunia.

Rumusan tujuan pendidikan tersebut adalah untuk memberikan suasana

kebatinan dan semangat serta motivasi bagi setiap komponen manusiawi yang

terkait dan terus berusaha untuk mencapai cita-cita yang ideal itu. Dijelaskan

pula dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1, butir 1, bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

8
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara. Jadi menurut amanat UU No. 20 Tahun 2003 ini, peserta didik

harus didorong untuk aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki

kepribadian yang kuat, akhlak yang mulia serta ketrampilan-ketrampilan yang

diperlukan yang implikasinya pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntutan perubahan zaman. Berdasarkan pengertian pendidikan sesuai

rumusan UU No. 20 Tahun 2003, maka tujuan pendidikan nasional adalah

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

9
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tokoh pendidikan nasional Indonesia, Ki Hadjar Dewantara (2008:26)

telah lama menggagas tentang pendidikan nasional, yang mestinya sesuai

dengan budaya bangsanya dan bertujuan untuk mencerdaskan masyarakatnya.

Seperti diungkapkan dalam pidato sambutannya pada 7 Nopember 1956 saat

pemberian gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada sebagai

berikut:

“Pendidikan nasional ialah pendidikan jang berdasarkan garishidup

bangsanja (kultur-nasional) dan ditudjukan untuk keperluan perikehidupan

(maatschappelijk), jang dapat mengangkat deradjat negeri dan rakjatnja,

sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerdjasama dengan lain-lain

bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.”

Jika ditilik dari kutipan tersebut, maka pendidikan nasional menurut Ki

Hadjar Dewantara seharusnya berdasarkan kultur nasional dan bertujuan

untuk mengangkat derajat negara dan bangsanya. Tujuan pendidikan menurut

Ki Hadjar Dewantara (1951a:59) tidak hanya penguasaan pengetahuan

ketrampilan teknikal, tetapi lebih kepada anak itu sendiri yang dapat

berkembang mencapai sempurnanya hidup manusia sehingga bisa memenuhi

segala bentuk keperluan hidup lahir dan batin. Buah pendidikan adalah

matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang

tertib dan suci dan manfaat bagi orang lain.

10
B. Peserta Didik Dalam Komponen Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran

yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik

juga mempunyai hak dan kewajiban yang diatur pada pasal 12, yaitu:

(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:

a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang

dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,

dan kemampuannya.

c. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya

tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya

tidak mampu membiayai pendidikannya.

e. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan

lain yang setara.

f. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan

belajar masingmasing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas

waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban:

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin

keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

11
b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi

peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan

pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah

Siswa merupakan salah satu komponen inti dari pembelajaran, karena inti

dari proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu

tujuan. Menurut Kimble dan Garmezy (dalam Sumiati dan Asra 2009: 38)

sifat dan perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan

demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan

melakukan sesuatu secara permanen dan dapat diulang-ulang dengan hasil

yang relatif sama.

Seorang siswa perlu memiliki sikap disiplin belajar dengan melakukan

latihan dan memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan

mempertinggi daya kendali diri, sehingga kemampuan yang diperoleh dapat

diulang-ulang dengan hasil yang relatif sama. Herlin Febriana Dwi Prasti

(2011) mengemukakan disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai –

12
nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai

moral.

Slamet (2003: 2) menyatakan belajar adalah proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. disiplin belajar adalah suatu kondisi yang terbentuk melalui

proses usaha seseorang yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungan yang menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Dari berbagai pengertian diatas dapat diketahui bahwa siswa/peserta

didik merupakan komponen inti dari pembelajaran, maka siswa harus

memiliki disiplin belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki disiplin belajar

yang tinggi akan terbiasa untuk selalu patuh dan mempertinggi daya kendali

diri, sehingga kemampuan yang sudah diperoleh siswa dapat diulang-ulang

dengan hasil yang relatif sama.

C. Pendidik Dalam Komponen Pendidikan

Kata pendidik berasal dari didik, artinya memelihara, merawat dan

memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang

diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya)

selanjutnya dengan menambahkan awalan pe- hingga menjadi pendidik,

13
artinya orang yang mendidik. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

pendidik artinya orang yang mendidik.

Secara etimologi dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang

berdekatan arti pendidik seperti kata teacher artinya pengajar dan tutor yang

berarti guru pribadi, di pusat-pusat pelatihan disebut sebagai trainer atau

instruktur. Demikian pula dalam bahasa Arab seperti kata al-mualim (guru),

murabbi (mendidik), mudarris (pengajar) dan uztadz.Secara terminology

beberapa pakar pendidikan berpendapat, Menurut Ahmad Tafsir, bahwa

pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi

peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun

psikomotorik (karsa).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (Martinis Yamin dan Maisah, 2009:

100) secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua

orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat maupun di sekolah. Guru

dilihat sebagai sosok yang kharismatik, karena jasanya yang banyak mendidik

umat manusia dari dulu hingga sekarang. E. Mulyasa (dalam Martinis Yamin

dan Maisah, 2009: 101) juga menegaskan jika semua orang yakin bahwa guru

memiliki andil yang sangat besarterhadap keberhasilan pembelajaran di

sekolah. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh

peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan seorang

guru.

14
Secara umum tugas guru adalah sebagai fasilitator, yang bertugas

menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri

siswa. Menurut Suciati, dkk (2007: 523) dalam menjalankan tugasnya sebagai

fasilitator, ada dua tugas yang harus dikerjakan oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran yang efektif. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola

pembelajaran dan sebagai pengelola kelas. Sebagai pengelola pembelajaran,

guru bertugas untuk menciptakankegiatan pembelajaran yang memungkinkan

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sedangkan

sebagai pengelola kelas, guru bertugas untuk menciptakan situasi kelas yang

memungkinkan terjadinya pembelajaran yang efektif. Kedua tugas itu saling

berkaitan satu dengan yang lain.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan

komponen utama yang sangat penting dalam prose pembelajaran karena tugas

guru bukan hanya sebagai fasilitator namun ada dua tugas yang harus

dikerjakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua tugas

tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan sebagai pengelola kelas.

D. Inti Dari Pendidikan

Segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk memenuhi

keperluan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Ada 3 isi dari

pendidikan yaitu:

15
1. Nilai-nilai atau norma kemanusiaan.

Nilai sebagai konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar

peserta didik mengenai hal-hal yang harus mereka anggap penting dalam

kehidupan terutama dalam lingkungan sekolah. Secara umum, nilai juga

dapat diartikan sebagai hal-hal mengenai apa yang dianggap buruk dan

baik oleh masyarakat.

Norma di sekolah dipahami sebagai aturan yang berlaku di dalam

lingkungan sekolah yang disertai sanksi bagi peserta didik yang melanggar

aturan tersebut. Sanksi dapat berupa teguran, denda, maupun hukuman

fisik. Norma secara umum juga dapat diartikan sebagai kaidah yang berisi

perintah dan larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan untuk

mengatur perilaku manusia agar tercapai ketertiban dan kedamaian. Norma

sangat dibutuhkan untuk mewujudkan nilai-nilai sosial.

2. IPTEK dan Seni

Munculnya Media Massa, khususnya Media elektronik sebagai

sumber ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab.

Komputer Sekolah dan lain-lain. Dampak dari hal ini yaitu guru bukanlah

satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga siswa dalam belajar tidak

perlu terlalu terpaku terhadap Informasi yang diajarkan oleh guru, tetapi

juga bisa mengakses materi pelajaran langsung dari Internet, olehnya itu

guru disini bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing

siswa untuk mengarahkan dan memantau jalannya pendidikan, agar siswa

16
tidak salah arah dalam menggunakan Media Informasi dan Komunikasi

dalam pembelajaran.

Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang

memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan

kemajuan Teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa

mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut

dengan bantuan Teknologi bisa dibuat abstrak, dan dapat dipahami secara

mudah oleh siswa.

Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Selama ini,

proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang

disampaikan hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya

kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan

siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan

lain-lain.

Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan

pemamfaatan Teknologi. Dulu, ketika orang melakukan sebuah penelitian,

maka untuk melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh harus

dianalisis dan dihitung secara manual. Namun setelah adanya

perkembangan IPTEK, semua tugasnya yang dulunya dikerjakan dengan

manual dan membutuhkan waktu yang cukup lama, menjadi sesuatu yang

mudah untuk dikerjakan, yaitu dengan menggunakan media teknologi,

seperti Komputer, yang dapat mengolah data dengan memamfaatkan

berbagai program yang telah di installkan.

17
Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi

dengan cepat. Dalam bidang pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang

harus dipersiapkan, salah satu contoh, yaitu ; Penggandaan soal Ujian,

dengan adanya mesin foto copy, untuk memenuhi kebutuhan akan jumlah

soal yang banyak tentu membutuhkan waktu yang lama untuk

mengerjakannya kalau dilakukan secara manual. Tapi dengan

perkembangan teknologi semuanya itu dapat dilakukan hanya dalam waktu

yang singkat.

3. Keterampilan (segala sesuatu yang diperoleh dari latihan berulang-ulang)

Ketrampilan dalam pendidikan adalah pendidikan yang memberi

bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik

tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu,

sanggup, dan terampil menjalankan kehidupannya, yaitu dapat menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan definisi tersebut,

maka pendidikan keterampilan harus merefleksikan nilai-nilai kehidupan

nyata sehari-hari, baik yang bersifat preservative maupun progresif.

Pendidikan perlu diupayakan relevansinya dengan nilai-nilai kehidupan

nyata sehari-hari. Dengan cara ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih

kontekstual. Tidak akan mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga

pendidikan akan lebih bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh

subur. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan apabila yang

bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjalankan kehidupan

dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi

18
kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan

perusahaan, kehidupan masyarakat, kehidupan bangsa, dan kehidupan-

kehidupan lainnya. Ciri kehidupan adalah perubahan dan perubahan selalu

menuntut kecakapan-kecakapan untuk menghadapinya.

Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga

terjadi proses belajar mengajar. Tugas dan tanggung jawab seorang guru

adalah mengelola proses belajar mengajar yang selalu berusaha untuk

meningkatkan kualitas belajar. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 4) peran

guru dalam pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa setidak-

tidaknya menjalankan tugas utama, berikut ini:

1. Merencanaan pembelajaran, yang terinci dalam empat sub

kemampuan yaitu perumusan tujuan pembelajaran, penetapan materi

pembelajaran, penetapan kegiatan belajar mengajar, penetapan

metode dan media pembelajaran, penetapan alat evaluasi.

2. Pelaksanaan pengajaran yang termasuk di dalamnya adalah penilaian

pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Mengevaluasi pembelajaran dimana evaluasi ini merupakan salah

satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan

keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

4. Memberikan umpan balik menurut Stone dan Nielson (Sumiati dan

Asra, 2009: 7) umpan balik mempunyai fungsi untuk membantu

19
siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan

tugas belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, serta pemberian sikap dan kepercayaan kepada peserta didik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membanttu

peserta didik dapat berjalan dengan baik.

E. Alat-alat Pendidikan

Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud yang dikutip oleh Suharsimi

Arikunto (1988: 103), dikemukakan bahwa sarana pendidikan adalah semua

fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak

maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat

berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisian.

Dari beberapa batasan tersebut menekankan bahwa sarana pendidikan

terkait langsung dengan fasilitas yang digunakan oleh tenaga pengajar pada

saat berlangsungnya proses pembelajaran di sekolah secara efektif dan efisien

sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan tujuan pendidikan

dapat tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa sarana adalah alat atau

bahan yang berhubungan langsung dalam proses pembelajaran dan berfungsi

sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan alat yang

20
tidak berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran disebut

prasarana pendidikan.

Alat pendidikan dapat dibagi menjadi:

1. Perbuatan (software)

Ing Ngarso Sung Tulodo artinya didepan saya (guru) harus menjadi

panutan atau contoh. Jadi seorang guru pada saat di depan peserta didik

tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi selalu memberikan contoh

yang baik untuk peserta didiknya.

Ing Madyo Mbangun Karso, yang artinya di tengah memberikan semangat

dan motivasi, yang bertujuan agar peserta didik dapat lebih semangat dan

giat belajar.

Tut Wuri Handayani, artinya di belakang memberikan dorongan, dorongan

disini maksudnya adalah memberi semangat ke peserta didik untuk merasa

terlibat dalam pembelajaran.

2. Sarana Prasarana (hardware)

Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134-136) bahwa sarana

pendidikan ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan menjadi empat

macam.

a. Sarana fisik sekolah meliputi; (1) bangunan sekolah, yang terdiri dari

ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan

lain-lain; (2) perabot sekolah, meliputi: kursi, meja belajar, meja kerja,

papan tulis, dan lain-lain; (3)sarana tata usaha pendidikan, misal: buku

induk siswa, buku rapor, alat tulis, dan alat-alat kantor lainnya.

21
b. Media pendidikan meliputi: (1) perangkat keras atau hardware, yaitu

segala jenis alat penampilan elektronik untuk menyampaikan

pesanpesan dalam kegiatan pembelajaran, meliputi: OHP, tape

recorder, televisi, komputer, dan lain sebagainya; (2) perangkat lunak

atau software, yaitu segala jenis atau materi pengajaran yang

disampaikan melalui alat penampil dalam kegiatan pembelajaran.

c. Alat peraga meliputi: (1) alat peraga yang dipergunakan dalam

kegiatan pembelajaran sebagai sarana penjelas dan memvisualisasikan

konsep, ide atau pengertian tertentu yang terdiri dari: gambar-gambar

anatomi, rangka badan, diagram, globe, peta, dan lain sebagainya; (2)

alat praktik yaitu alat yang berfungsi sebagai sarana untuk berlatih

mencapai ketrampilan tertentu.

d. Perbukuan sekolah meliputi macam-macam buku yang dipergunakan

dalam proses pembelajaran.

F. Metode-metode Pendidikan

1. Otoriter

Merupakan suatu metode pendidikan, di mana interaksi antara pendidik

dan terdidik banyak didominasi oleh pendidik dan pola interaksi yang

terjadi didominasi oleh pendidik dan pola interaksi yang terjadi bersifat

searah dari pihak pendidik. Metode pendidikan ini dapat digunakan bila

terdidik masih banyak memerlukan bimbingan dan bantuan, tetapi bila

terdidik sudah mulai mandiri maka setiap dictator atau otoriter harus

benar-benar dikurangi.

22
2. Liberal

Metode ini lebih banyak memberi kebebasan pada anak didik sehingga

kadar kegiatan lebih banyak pada si terdidik. Metode ini sangat tepat jika

terdidik telah mempunyai sikap mandiri dan rasa tanggung jawab,

sehingga kebebasan dapat mengembangkan kreativitas anak didik.

3. Demokrasi

Dalam metode ini, hubungan antara terdidik dan pendidik bersifat

interaktif (dua arah) dan memungkinkan adanya kerjasama antara

keduanya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai objek pendidikan.

Adanya ketiga metode pendidikan sebenarnya pantas digunakan

semuanya tetapi harus sesuai dengan kondisi dan situasi. Pada metode yang

disebutkan untuk pertama kali, maka metode pendidikan tersebut sesuai

digunakan oleh pendidikan yang masih bersifat dasar, di mana pengetahuan

yang dimiliki oleh para peserta didik memang masih belum terlalu banyak

Metode pendidikan ini juga pantas digunakan untuk pendidikan Taman

Kanak-kanak, karena saat di bangku pendidikan tersebut, pengetahuan anak

masih sangat bersifat minim.Untuk metode pendidikan yang kedua yaitu

metode demokrasi. Metode ini yang memiliki karakteristik tidak memandang

peserta didik sebagai objek pendidikan. Pada saat itu, peserta didik memang

telah memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap suatu hal, di mana

saat ada kegiatan belajar mengajar berlangsung, rasa keingintahuan para

peserta didik membuat mereka bertanya lebih jauh kepada si pendidik.

Metode pendidikan yang ketiga yaitu metode liberal. Metode pendidikan ini

23
dikatakan sebagai metode pengembangan kreativitas anak didik. Maka dari

itu, metode ini pantas untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena para

peserta didik telah memiliki rasa tanggung jawab untuk mengemban tugas

dari pendidik, misalnya tugas untuk penelitian ataupun percobaan. Jadi setiap

metode pendidikan tersebut sangat tepat digunakan untuk jenjang pendidikan

manapun, asalkan si pendidik telah mengetahui kondisi peserta didiknya,

yang biasanya telah disesuaikan dengan tingkatan pendidikannya.

G. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

manusia, baik berupa benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa

yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan

pengaruh kuat kepada individu.

Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan

tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai

lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara

khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.

Pengertian lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia

yang karena satu dan hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya

pendidikan. Badan pendidikan itu bertugas memberi pendidikan kepada si

terdidik (Marimba, 1980) . secara umum fungsi lembaga-lembaga pendidikan

adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses pendidikan dapat

24
berlangsung sesuai tugas yang bebankan kepadanya karena situasi lembaga

pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain (Azra, 1998).

Menurut Hasbullah (2003), lingkungan pendidikan mencakup:

1. Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan

alam.

2. Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu

seperti bahasa seni ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan

pedagang keagamaan.

3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat)

keluarga, kelompok bermain, desa perkumpulan dan lainnya.

Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif bilamana

memberikan pengaruh sesuai dengan arah tujuan pendidikan. Lingkungan

bersifat negatif bilamana berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan

tujuan pendidikan sebagai contoh mendidik agama dalam lingkungan

masyarakat yang agamis dengan kehidupan masyarakat yang taat

menjalankan agama dengan sarana pribadatan yang lengkap dan memberikan

dukungan positif bagi pendidikan agama. Sebaliknya lingkungan masyaraka

yang penuh dengan kejahatan serta minimnya sarana/prasarana keagamaan

menyebabkan anak terpengaruh dengan lingkungannya dan akan berbuat

seperti apa yang ada dalam lingkungannya.

Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap

peserta didik .perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan

pendidikan tempat peserta didik terlibat didalamnya. Hal ini karena msing-

25
masing jenis lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-

beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana dan

sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan. Intensitas pengaruh

lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana lingkungan

mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan

peserta didik.

26
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Peserta didik adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Pendidik merupakan komponen utama yang sangat penting dalam prose

pembelajaran karena tugas guru bukan hanya sebagai fasilitator namun ada

dua tugas yang harus dikerjakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang

efektif. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan sebagai

pengelola kelas. Segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk

memenuhi keperluan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Ada 3 isi

dari pendidikan yaitu: norma kemanusiaan, IPTEK dan keterampilan. Alat-

alat pendidikan berupa perbuatan dan sarana prasarana, sedangkan metode-

metodenya yaitu: otoriter, liberal dan demokrasi.

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

manusia, baik berupa benda mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa

yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan

pengaruh kuat kepada individu

B. Saran

27
DAFTAR PUSTAKA

Burhannudin A. (2013, November 08) . Pengantar pendidikan. Diperoleh pada 27


November 2017, dari
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-
dan-jenis-lingkungan-pendidikan/

Feri D.H . (2011, Mei) . Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Diperoleh
pada 27 November 2017, dari http://eprints.uny.ac.id/22246/1/Ferry
%20Dwi%20Hidayanto.pdf

Ramli M. (2015, Juni). Hakikat pendidik dan peserta didik. Diperoleh pada 27
November 2017, dari http://idr.uin-antasari.ac.id/4626/1/M
%20Ramli_Hakikat%20Pendidik.pdf

Sugiono, dkk. (----). Peta jalan pendidikan Indonesia. Diperoleh pada 27


November 2017, dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296045/penelitian/buku-peta-jalan-
pendidikan-indonesia.pdf

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003


TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Version . (2014, Oktober 07) . Pengaruh iptek pada perkembangan


media pendidikan. Diperoleh pada 27 November 2017, dari
https://versioncom.wordpress.com/2014/07/10/pengaruh-iptek-pada-
perkembangan-media-pendidikan/

28

Anda mungkin juga menyukai